BAB V (part 1)

121 16 0
                                    

"Eomma, kenapa aku harus datang di acara pertemuan seperti ini? Saat Ayah mau menikah dulu saja dia tidak memintaku datang ke acara seperti ini," ucap Jung Kook sedikit kesal pada ibunya. Di sinilah dirinya berada sekarang, duduk di salah satu bilik restoran yang sudah dipesan calon suami ibunya.

"Itu karena ayahmu sudah tidak menyayangimu," sahut ibunya ringan sambil memainkan ponsel.

"Jika tidak menyayangiku, Ayah pasti tidak akan memberiku kepercayaan untuk mengurus Delta Parfume," ucap Jung Kook pelan.

"Mereka sudah tiba. Jaga sikapmu, Jung Kook-a," ucap ibunya sembari meletakkan ponsel ke dalam tas tangannya. Ia kemudian memosisikan dirinya agar duduk dengan nyaman, tetapi masih dalam keadaan sopan. Melihat ibunya yang begitu membuat Jung Kook mau tak mau melakukan hal yang sama meski sebelumnya ia mendengus sebal.

Tak lama, pintu bilik di hadapan Jung Kook pun terbuka. Menampilkan sosok pria paruh baya yang ia yakini sebagai calon suami ibunya dan seorang gadis yang tampak berada di belakang pria itu. Jung Kook dan ibunya segera bangkit dari duduk dan menyambut kedatangan dua orang itu.

"Maaf sudah membuatmu menunggu, Ji Hye-ya," ucap pria itu pada ibu Jung Kook yang kemudian mendapat balasan tidak apa-apa.

Jung Kook sebenarnya tidak peduli dengan siapa calon keluarga baru ibunya ini hingga kedua matanya menangkap jelas siapa gadis yang tadi berada di belakang si pria. Matanya seketika membulat begitu tahu siapa gadis itu. Yoo Se Mi.

Jung Kook tampak terkejut bukan main. Ia juga dapat melihat dengan jelas gadis itu sama terkejutnya dengan dirinya. Rasa senang bertemu kembali dengan sang pujaan hati terdorong oleh rasa cemas yang mendominasi.

Jung Kook tampak sedang berpikir, mencoba memahami apa yang sedang terjadi di sini. Ia datang kemari sebagai putra ibunya ynag hendak diperkenalkan dengan calon ayah serta calon adik tirinya. Sekarang di hadapannya berdiri seorang pria baruh baya dan seorang gadis yang ia tahu bahwa itu adalah Se Mi. Ia yakin betul bahwa pria di hadapannya ini adalah sang calon ayah tiri. Lalu, apakah itu berarti Se Mi yang berdiri di hadapannya ini adalah sang calon adik tiri?

"Ada apa dengan ekspresi kalian? Apa kalian sudah saling mengenal?" tanya pria paruh baya itu setelah menyadari perubahan ekspresi di wajah Jung Kook dan juga Se Mi.

"Ya, kami sudah saling mengenal. Se Mi adalah brand ambassador untuk parfum terbaru perusahaan saya. Perkenalkan, saya Jeon Jung Kook," jawab Jung Kook kemudian karena sepertinya dialah yang lebih dulu menguasai kembali kesdarannya disbanding dengan Se Mi yang masih terkejut.

"Aku Yoo Jang Soo. Kau bisa memanggilku Ayah. Dan Se Mi ini adalah putriku," sahut pria bernama Jang Soo itu sambil menunjukkan senyumnya.

Kalimat terakhir Jang Soo itu seakan memberinya tamparan keras. Jika Se Mi adalah putri Jang Soo, apakah itu artinya memang tak ada lagi kesempatan baginya untuk dapat memiliki gadis itu?

"Ayo duduk," ucap Jang Soo. Mereka pun mengambil duduk masing-masing dengan Jang Soo yang duduk berhadapan dengan Ji Hye dan Se Mi yang juga duduk berhadapan dengan Jung Kook.

"Kita bertemu lagi, Se Mi-ya. Kulihat kau semakin cantik saja," ucap Ji Hye, ibu Jung Kook, membuka pembicaraan setelah mereka terduduk dengan kedua mata yang menatap lembut Se Mi.

"Geureonneyo," sahut Se Mi sambil menyunggingkan senyumnya. Senyum sama seperti senyum yang ia lemparkan pada wanita itu di pertemuan pertama mereka tempo hari, senyum atas dasar keformalan semata.

"Jadi, kau terbang ke Paris bulan lalu adalah untuk bekerja dengan perusahaan milik Jung Kook?" tanya Jang Soo pada Se Mi.

"Alasanku ke Paris bukan hanya karena pekerjaan, asal Ayah tahu," jawab Se Mi ringan, tetapi ada sedikit kesan sinis di dalamnya.

Jang Soo tampak terdiam sejenak. "Jika kau ingin membahas hal ini, lakukan di rumah nanti," balasnya kemudian. Ekspresinya seketika berubah kaku dan rahangnya tampak mengeras. Ayah Se Mi itu mungkin sedang menahan amarahnya sekarang.

Se Mi tampak tersenyum miring sambil menatap gelas berisi air putih yang ada di hadapannya. "Jika memang nanti kalian menikah, bukankah Nyonya Kim juga harus tahu tentang hal ini, Ayah?" sahutnya penuh penekanan. Di akhir kalimatnya, ia bahkan memutar kepalanya untuk menatap sang ayah dengan tatapan yang bisa disebut merendahkan. Nada bicara yang digunakannya pun tergolong sinis.

Se Mi tahu ia tak seharusnya bersikap seperti ini pada ayahnya. Se Mi sadar tak seharusnya ia membenci ayahnya terlalu dalam. Hanya saja rasa cintanya terhadap kakaknya terlalu mendominasi dibanding rasa cintanya terhadap ayahnya. Sementara di sisi lain, ayahnya yang selalu bersikap seolah membenci kakaknya membuat Se Mi pun tak bisa menolak untuk membenci sang ayah. Rasa benci pada ayahnya yang bermula sejak masih remaja itu masih digenggam Se Mi hingga detik ini.

Jang Soo sama sekali tidak membalas ucapan putrinya. Selain karena makanan mereka sudah tiba, ia juga malas untuk melakukan perdebatan dengan Se Mi di saat ada Ji Hye serta putranya di sana.

"Jung Kook-a, aku sudah banyak mendengar tentangmu dari Ji Hye. Setelah melihatmu sekarang, aku benar-benar kagum padamu," ucap Jang Soo setelah pramusaji yang mengantarkan makanan mereka meninggalkan bilik restoran itu.

Jung Kook yang mengetahui Jang Soo sedang berbicara dengannya pun segera mengalihkan pandangannya dari Se Mi. Sejak Se Mi tiba, Jung Kook memang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Se Mi, bahkan sedetik pun. "Mengagumiku?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Di usiamu yang masih muda, kau sudah memimpin sebuah perusahaan besar. Dan jika dilihat dari penampilanmu, kau sangat tampan. Kau memiliki segalanya, Jung Kook-a," jawab Jang Soo yang membuat Ji Hye mengulum senyumnya.

Jung Kook tampak tersenyum samar. "Anda terlalu berlebihan."

Jang Soo hanya tertawa membalas ucapan Jung Kook sementara Ji Hye masih menyunggingkan senyumnya. Sementara Se Mi, gadis itu lebih memilih untuk mulai menikmati spageti miliknya. Dan Jung Kook, ia sibuk memandang Se Mi yang terlihat sangat malas sambil meneguk wine miliknya.

"Ah, Se Mi-ya. Kudengar kau sedang sibuk dengan proyek drama terbarumu. Apa acara makan malam ini mengganggu jadwalmu?" tanya Ji Hye di sela makannya. Sama seperti pada pertemuan waktu itu, Ji Hye tampak sangat khawatir dengan Se Mi. Ia takut jika acara makan malam ini justru menganggu pekerjaan calon putrinya itu.

"Yoon Gi Oppa sudah mengosongkan jadwalku malam ini. Jadi, Anda tidak perlu merasa cemas," jawab Se Mi sembari menyunggingkan senyumnya.

Ji Hye tampak menghela napasnya lega sembari berucap, "Syukurlah kalau begitu. Aku benar-benar takut jika telah merusak pekerjaanmu."

Se Mi hanya membalas ucapan calon istri ayahnya itu dengan senyuman yang kemudian dibalas oleh Ji Hye dengan senyuman pula. Ia lalu mengalihkan kembali pandangannya pada spagetinya yang masih dua per tiga.

"Se Mi-ssi, bisakah kau ikut denganku sebentar? Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu," ucap Jung Kook tiba-tiba yang membuat ketiga orang lainnya yang berada di ruangan itu menatapnya.

"Kenapa harus keluar? Katakan saja di sini," sahut Se Mi sambil menatap Jung Kook. Entah apa arti dari tatapan yang ia layangkan itu.

"Kau yakin tak apa jika kukatakan di sini?" tanya Jung Kook sekali lagi, mencoba memastikan. Ia hanya takut gadis itu akan menyesal jika ia mendengar apa yang hendak dikatakannya di sini.

"Katakan saja," jawab Se Mi dengan tenang.

Jung Kook tampak meletakkan sumpit yang tadi digunakannya untuk makan. Ditatapnya lekat wajah gadis yang selama satu bulan ini selalu hadir dalam mimpinya. "Apa kau masih ingat dengan ucapanku saat terakhir kali kita bertemu di Paris waktu itu?" tanyanya kemudian.

Se Mi terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab, "Ya, aku mengingatnya."

Baik Ji Hye maupun Jang Soo hanya diam sambil tidak melepas perhatian mereka pada Jung Kook dan juga Se Mi. Entah mengapa keduanya merasa ada yang aneh dari percakapan dua anak muda itu. Seolah ada sesuatu yang akan berakibat buruk pada mereka ke depannya.

"Kita bertemu lagi, tanpa sengaja. Jadi, bisakah kau mengubah jawabanmu dan memilih bersamaku?"

to be continued...

RETROUVAILLES [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang