BAB IX (part 2)

97 15 0
                                    

Yoon Gi terhenyak. Itu artinya Se Mi sedang melancarkan usahanya untuk membatalkan pernikahan ayahnya dengan cara memacari pria yang seharusnya menjadi kakak tirinya. Sungguh Yoon Gi tak pernah menduga Se Mi akan bertindak sejauh ini hanya karena kebenciannya terhadap rencana pernikahan sang ayah.

Yoon Gi meletakkan kembali ponselnya dan segera melajukan mobilnya menuju kediaman orang tuanya. Setelah mengantar tas kertas besar tadi pada ibunya, Yoon Gi segera melaju kembali menuju apartemen Ji Min. Ketika ia hendak memasuki lift yang ada di basement, Yoon Gi mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan menelepon seseorang.

"Ji Min-a, apa kau kebetulan tahu nomor berapa apartemen Jung Kook?" Entah mengapa nalurinya mengatakan bahwa Jung Kook tinggal di gedung yang sama dengan Ji Min.

"Kau mengenal pria itu, Hyeong? Apa dia memang pacar Se Mi?"

"Sudahlah, jangan banyak bicara. Katakan saja berapa nomor apartemennya."

"1507, tepat di sebelah tempatku."

Setelah Ji Min memberinya nomor hunian Jung Kook, Yoon Gi segera mengakhiri panggilannya dengan Ji Min dan bergegas menuju lantai lima belas. Sesampainya di lantai lima belas, Yoon Gi segera berlari mendekati sebuah pintu dengan nomor 1507. Ditekannya bel yang berada di samping pintu itu dengan tidak sabar. Hingga tak lama, pintu itu terbuka dan menampilkan sesosok pria yang dicarinya, Jeon Jung Kook.

"Yoon Gi Hyeong?" gumam Jung Kook.

"Di mana Se Mi?" tanya Yoon Gi datar. Namun, percayalah Jung Kook dapat merasakan ketajaman dari suara Yoon Gi.

"Di dalam," jawab Jung Kook pelan. Tanpa disilakan, Yoon Gi sudah terlebih dulu melewati tubuhnya memasuki apartemen itu. Meninggalkan Jung Kook yang masih menganga di tempatnya. Namun, tak lama kemudian, Jung Kook pun menutup pintunya dan berjalan mengikuti Yoon Gi.

"Oppa! Apa yang kau lakukan di sini?" pekik Se Mi begitu matanya menangkap sosok Yoon Gi yang mendekat ke arahnya.

"Ayo pulang," ajak Yoon Gi dengan menggunakan nada bicara yang tidak ingin dibantah.

"Hey, ada apa denganmu, Oppa?" tanya Se Mi bingung.

Baru saja Yoon Gi hendak menarik lengan Se Mi ketika Jung Kook lebih dulu mencegahnya. "Jika kau ada masalah dengannya, tak bisakah kau selesaikan itu secara baik-baik di sini?" ucap Jung Kook bijak.

Yoon Gi melepas tangannya dari cekalan Jung Kook seraya berucap, "Baiklah, ayo kita selesaikan ini di sini. Lagi pula, ini juga ada hubungannya denganmu."

Yoon Gi mengambil duduk di salah satu single sofa. Se Mi dan Jung Kook sempat bertukar pandang tak mengerti. Namun, pada akhirnya keduanya ikut mendudukkan diri di sofa panjang yang letaknya tak jauh dari single sofa yang Yoon Gi duduki.

"Jujurlah padaku. Sejak kapan kalian berpacaran?" tanya Yoon Gi dengan wajah dan suara yang serius.

"Tepat di hari pertemuan keluarga antara Ayah dan calon istrinya," jawab Se Mi.

"Kalian dengan mudahnya berpacaran meski tahu orang tua kalian akan menikah?!" tanya Yoon Gi yang meninggikan suaranya di akhir kalimatnya.

Keduanya terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing yang pada dasarnya sama. Dari mana Yoon Gi tahu tentang hal itu?

"Se Mi-ya, apa ini salah satu rencanamu untuk menentang pernikahan ayahmu?" tanya Yoon Gi lagi masih dengan menggunakan nada bicara yang sama seperti sebelumnya.

"Apakah hanya itu yang terlintas di pikiranmu?" tanya balik Se Mi sarkastis. Senyum sinisnya perlahan terlukis di bibirnya.

"Lalu apa lagi yang​ seharusnya ada dalam pikiranku? Kalian berpacaran atas dasar cinta? Aku bahkan sekarang menyangsikan kenyataan cinta kalian. Apa kalian bahkan saling mencintai?" tanya balik Yoon Gi tak kalah sarkastis.

"Min Yoon Gi," desis Se Mi tajam. Gadis itu hendak membalas ucapan Yoon Gi tadi. Namun, Jung Kook segera menggenggam tangan Se Mi. Mencegah gadis itu agar tidak membalas ucapan Yoon Gi di saat amarah menyelimutinya.

"Saat itu bukanlah kali pertama aku meminta Se Mi untuk menjadi kekasihku. Saat Se Mi masih berada di Paris, saat kami belum mengetahui tentang orang tua kami yang hendak menikah, aku sudah pernah menyatakan perasaanku padanya. Namun, dia menolakku hanya karena alasan yang menurutku tidak logis. Kau tahu apa itu?" tanya Jung Kook di sela penjelasannya.

"Karena kau pria kaya. Se Mi sangat membenci pria kaya," jawab Yoon Gi.

"Tepat sekali. Saat itu, aku memilih untuk tidak memaksanya agar menerimaku. Namun, ketika dia hendak kembali ke Korea, aku memutuskan untuk memperjuangkan kembali cintaku. Aku berjanji padanya akan meminta dia menjadi kekasihku lagi ketika kami bertemu kembali nanti, entah sengaja atau tidak. Dan akhirnya kami bertemu lagi, tanpa sengaja. Itulah kenapa aku langsung memintanya menjadi kekasihku saat itu juga, tidak peduli ketika bahkan ada orang tua kami yang berencana untuk menikah di sana," jelas Jung Kook tenang.

"Dan aku memutuskan untuk menekan egoku hingga akhirnya menerimanya. Memang benar aku ingin menghancurkan pernikahan ayah dengan ini, tapi itu bukan alasan utamaku. Rasa cintaku padanya terlalu mendominasi. Bahkan egoku pun kalah karenanya." Kini giliran Se Mi yang membuka mulutnya. Setidaknya ia juga harus berusaha untuk meyakinkan kakak sepupunya itu mengenai cinta mereka yang benar nyata adanya meski ia tahu itu akan sangat sulit.

"Baiklah, aku mengerti," ucap Yoon Gi. "Tapi tetap saja, aku masih berada di pihak ayahmu dan akan menentang keras hubungan kalian," lanjutnya seraya melayangkan tatapan tajamnya pada kedua sejoli di hadapannya.

Se Mi menghela napasnya lelah. Sampai kapan pun, bahkan sampai butiran salju turun di gurun sahara pun, ia tak akan mampu menang melawan Yoon Gi. Jika Se Mi memiliki seribu satu cara untuk menentang kehendak ayahnya, maka Yoon Gi memiliki seribu satu cara untuk mengalahkan setiap kata yang meluncur dari bibir Se Mi.

"Ayo pulang," ajak Yoon Gi seraya bangkit dari duduknya dan melangkah lebih dulu hendak menuju pintu apartemen Jung Kook.

Se Mi bergeming. Ia sama sekali tidak mengacuhkan ajakan Yoon Gi yang terdengar sebagai perintah baginya. Jujur saja, ia masih ingin di sini bersama Jung Kook. Yoon Gi baru saja merusak kembali suasana hatinya yang sudah lebih baik berkat Jung Kook. Ia tidak ingin pulang dalam keadaan marah. Ditambah lagi harus bersama dengan orang yang bahkan mungkin akan semakin merusak suasana hatinya. Ia butuh Jung Kook untuk mengembalikan serta meningkatkan lagi suasana hatinya agar menjadi lebih baik.

Namun, Yoon Gi yang menyadari Se Mi sama sekali tak beranjak pun berbalik dan menatap tajam Se Mi. "Kau tahu kau bahkan tak akan pernah menang melawanku," ucap Yoon Gi sarkastis lalu menarik paksa lengan Se Mi.

Meski awalnya meronta, Se Mi akhirnya hanya menurut ditarik Yoon Gi keluar dari hunian itu setelah Jung Kook memberinya anggukan kecil serta senyum menenangkannya. Bahkan hal kecil seperti itu, jika Jung Kook yang melakukannya, akan sangat berdampak pada Se Mi. Gadis itu bisa menjadi lebih tenang dan meredam sedikit amarahnya meski dalam hatinya letupan amarah itu masih bergejolak.

Selepas kepergian Yoon Gi yang membawa serta Se Mi, Jung Kook segera meraih ponselnya dan menelepon seseorang. Tak lama, seseorang di ujung sana tampak menerima panggilan itu. "Bisakah kita bertemu?"

***

RETROUVAILLES [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang