#47

6 2 0
                                    

"Kak, Rere mau ngomong-"

Delete

"Kak, bisa Rere ngomong-"

Ah.. Entah sudah berapa kali aku bolak balik menghapus chat ku untuk kak Yosi sebetulnya aku hanya ingin menanyakan apa dia sudah tau soal rencana yang tadi siang ayah ceritakan apa dia setuju atau malah menolak bagaimana kalau dia belum tau apa-apa mana mungkin aku tiba-tiba bilang kalau keluarga kita merencanakan perjodohan ini.

"Apa kak Yosi memang punya perasaan yang sama dengan ku tapi kenapa dia mencium ku kemarin malam apa maksudnya apa dia kurang ajar denganku tapi -"gumamku

Banyak pertanyaan di kepalaku membuat ku agak pening satu-satunya cara menghilangkan pertanyaan itu yaitu bertanya langsung ke kak Yosi tapi apa aku bisa berani menanyakan itu memikirkannya saja aku sudah gugup setengah mati

"Jika kak yosi memang suka kenapa dia gak nembak atau ada sesuatu yang dia tunggu atau apa-"gumamku sambil terus menatap layar ponselku

Tuhan aku harus bagaimana...

"Aku harus cari tau perasaan kak Yosi atau jika dia memang punya perasaan, aku harus buat dia bisa ngomong tapi gimana.."

Lelah karena terus memikirkan Kak Yosi aku pun memilih untuk mandi dan mengerjakan tugas yang di kerjar deadline, agar sebentar saja aku tidak memikirkan hal itu.

Aku me-silent ponselku supaya lebih fokus ke tugas yang sudah berjejer rapi di meja belajarku tapi gagal, aku masih saja  berungkali memeriksa ponselku melihat apa ada pesan masuk atau hanya melihat nomor telpon kak Yosi tanpa melakukan apapun. Pikiranku masih penuh dengan satu nama dan mencari cara untuk tau apa orang itu juga menyukaiku juga dan membuat makin malas melanjutkan tugasku

Akhirnya aku memilih untuk tidur daripada aku seperti mayat hidup yang semalaman menatap ponsel tanpa melakukan apapun

-*-

Penuh, lagi-lagi aku kesulitan mencari tempat untuk memarkirkan motor ku padahal tinggal 5 menit lagi bel masuk berbunyi dengan kesal aku menaruh motorku sembarangan daripada akhirnya berurusan dengan guru-guru penjaga pintu itu.

"Re.. Sini" teriak seseorang yang membuatku celingukan

"Hah? Apa ?" Jawabku seadanya menemukan Enriq yang meneriaki ku

"Parkirin sini daripada kamu suruh parkir diluar " jawabnya

"Terus motormu?" ucapku yang melihat motor Enriq yang juga diparkir sembarangan

"Gampang ntar titip di mbak nah" Enriq pun menghampiriku dan langsung mendorong motorku ke tempat tadi.

Jika Enriq tidak memberikan tempat parkir nya padaku bisa-bisa aku di suruh parkir sama satpam di lahan kosong yang lumayan jauh dari sekolah bisa benar-benar di hukum jika harus jalan kaki dari sana ke sekolah.

Tapi dengan baiknya Enriq memilih parkir di warung samping sekolah,disana memang tempat nongkrong dan bolos nya anak cowok bukan dari sekolahku saja tapi dari sekolah lain juga wajar jika dia santai parkir disitu dan mana mungkin aku harus kesana sama saja aku masuk sarang penyamun.

"Eh makasih banget ya Riq, sorry ngerepotin makasih ya" ucapku sambil mengunci motorku

"Oke.. udah masuk masa anak teladan telat sih"

"Ya makasih ya aku duluan ya dah.."

Aku pun buru-buru masuk ke sekolah dan Enriq menaiki motor nya keluar dari sekolah untuk parkir di warung sebelah, akhirnya selamat hari ini.

"Kok lama sih Re" ucap Anov yang menunggu di pintu masuk

"Gak dapet parkir"

"Terus kamu parkir luar"

"Gak untung aja tadi Enriq kasihin tempatnya terus dia parkir di mbak nah" Kamipun menuju kelas bersama

"Terus dia belom balik?"

"Ntar juga balik Nov kenapa udah kangen?" Sindirku melihat Anov mencari Enriq

"Bodo ah" dia pun berjalan lebih cepat

"Eh tungguin Nov, sorry... habis nya sampai kapan sih kamu mau diem-diem suka sama Enriq?"

"Siapa yang suka sama dia?"

"Orang buta juga tau lah kamu suka sama dia, keliatan banget"

"Aku gak yakin dia juga suka sama aku, dia kayaknya suka sama orang lain"

"Hem? Siapa?" Ucapku canggung

" gatau, udah ah aku udah seneng kok biarpun cuma gini"

"Keep strong ya miss bawel"

Diapun mengangguk dan obrolan berlanjut sampai di kelas.

Different Destiny  [END]Where stories live. Discover now