#37

10 3 0
                                    

Enriq kembali dari apotik beberapa saat setelah mendapat resep dari dokter yang dia panggil ke rumahku, dia membawa sebungkus obat yang baru ia beli dan ditaruh di nakas sebelas tempat tidurku.

"Nih obatnya, kamu istirahat dulu, aku harus balik ke sekolah ntar aku kesini lagi sama Anov pulang sekolah bawain tas sama motormu" ucapnya sambil duduk di sampingku

"Thanks Riq, sorry ngerepotin"

Kemudian aku membuka bungkusan obat itu dan membaca aturan pakai nya

"Iya gapapa, kamu jaga kesehatan mu jangan kayak gini lagi" ucapnya terlihat cemas

Aku cuma mengangguk padanya dan meminum beberapa obat yang aturannya diminum sebelum makan

"Makasih kamu mending cepetan balik, nanti aku ganti uang mu dan makasih bantuin aku"

"Ga perlu, aku ikhlas" tolaknya cepat

"Gak Riq aku tetep punya hutang sama kamu, udah ngerepotin kamu juga"

"Anggap aja semua lunas Re, aku juga punya salah sama kamu, hutang minta maaf sama kamu"

"Aku udah maafin kamu Riq, ga usah di pikirin lagi lah..masalah itu lupain aja please" mohonku

"Kita masih temenan dan tolong tetep bersikap kayak biasa aja jangan ada yang gak enak, aku gamau kalau ada yang tau" lanjutku

Dia hanya mengangguk dan berusaha tersenyum

"Oke, aku balik dulu ya.." Ucapnya sambil berdiri

"Hati-hati, makasih ya Riq"jawabku tersenyum

Diapun tersenyum dan mengacak puncak kepalaku, kemudian Enriq keluar dari kamarku dan terdengar suara motor besar meninggalkan halaman rumahku.

Spin On Enriq

"Aku sayang kamu Re" gumamku keluar dari kamar Rere

Melihat kondisi Rere seperti ini mana mungkin aku bisa diam, dia sendirian dirumah jujur jika bukan karena aturan sekolah yang menyuruhku kembali ke sekolah mungkin aku lebih memilih menunggu Rere disini.

Perasaan ku campur aduk antara emosi,sedih dan canggung saat harus membawa Rere ke Uks tadi tapi aku juga tidak bisa menahan diriku melihat Rere kesakitan seperti itu mana tidak ada yang peduli karena sibuk lihat Film itu.

Mendengar Rere yang sempat merintih saat aku bonceng pulang membuatku semakin kalut jujur jika aku tidak menahan emosi ku mungkin aku akan panik dan binggung sendiri dengan kondisi Rere tapi untunglah segera setelah dokter memberi Rere obat, kondisi Rere mulai membaik dan aku bisa sedikit lega melihat nya tidak kesakitan lagi

Pikiranku saat ini masih penuh dengan Rere apa dia bisa aku tinggal sendirian dengan kondisinya itu

Ahhh.. Gumamku frustasi

Semakin aku mengkhawatirkannya semakin rasanya aku ingin putar arah untuk kembali ke rumah Rere, tapi pasti dia tidak akan setuju kalau aku tidak balik ke sekolah apapun alasannya.

Akhirnya setelah sampai ke parkiran sekolah, dengan setengah hati aku kembali ke kelas dan baru saja masuk Anov sudah menyerangku dengan seribu pertanyaan

"Riq mana Rere? Gimana keadaannya? Kok lama sih? " ucapnya tanpa titik koma

"Tenang Nov, Rere gakpapa"

Diapun duduk di bangku di depanku dan menunggu kelanjutan ceritaku, akhirnya mau tidak mau aku menceritakan semuanya dari awal hingga kondisi Rere terakhir.

"Nanti pulang sekolah kita ke Rere dulu ya nganter tas sama motornya"

"Iya Riq, aku nanti yang bawa motornya Rere"

Setelah kejadian itu satu-satunya yang aku tunggu adalah jam pulang sekolah padahal tinggal sejam lagi tapi kenapa rasanya sangat lama, aku cuma sibuk mengirimi Rere pesan tapi tidak satupun dia balas yang malah membuat ku semakin khawatir.

"Haduh Re.. gak bisa ya bales bentar " gumamku cemas

Aku berusaha untuk berpikir positif mungkin dia sedang tidur sekarang jadi tidak bisa membalas pesanku.

Different Destiny  [END]Where stories live. Discover now