#28 "Sekarang Tergantung Takdir"

3.4K 239 15
                                    

Bahkan hatikupun ikut tersenyum tetkala membaca sebuah pesan dari Lisa, adik Irwan yang memberitahukan kalau hari ini Irwan pulang.. Wahh.. Curang sekali, Irwan bahkan gak memberi kabar kepulangannya padaku. Jahaaat!!

"ayooo kak Chacha, sambut abang dirumah.. Kaka kerumah yah.."

Padahal aku ingin sekali menjemputnya di bandara, tapi yasudahlah, aku setuju dengan Lisa, baiknya aku beri kejutan saja. Aku penasaran dengan ekspresi pulang Irwan ke rumah nanti. Di cuti pertamanya pulang kerumah dari Papua, kembali ia melihat semua keluarganya berkumpul termasuk aku. Ahhh ahhh pasti Irwan bahagia.

Tinggal kira-kira sepuluh menit lagi aku tiba di rumah Irwan. Kali ini aku beneran minta si Yudha mantanku itu mengantarku karena aku malas naik umum. Sekalian Yudha juga mau ngapel kerumah pacarnya yang secara kebetulan deket rumah Irwan. Ehh pacarnya Yudha udah ganti lagi ternyata, boros juga orang itu..

Aku hanya membiarkan Yudha mengantarku sampai gang rumah Irwan.
"balik kapan?"

"belom tau, gue balik sendiri aja.." kataku.

Yudha berdehem pelan, setelahnya ia langsung pergi berhambur dengan motornya.

Aku sudah berada dekat sekali dengan rumahnya. Entah kenapa walaupun sudah kesekian kalinya, hatiku selalu saja begini, tak bisa menghentikan getaran-getaran aneh dalam diriku. Sesaat aku tersenyum geli. Bayangan wajah Irwan pulang dari Papua. Pasti Irwan tambah item, deeeuh..

Gang rumah Irwan nampak ramai dengan orang-orang yang mungkin juga punya niat sama denganku, ke rumah Irwan. Waaw.. Bahkan aku gak tau acara penyambutan Irwan kerumah lagi akan semeriah ini. Pastilah Irwan terharu melihatnya.

Tiga meter sebelum memasuki area rumah Irwan, rasanya aneh.. Tak ada sedikitpun raut-raut kebahagiaan yang di pamerkan dari tiap-tiap tamu yang datang, heey.. Apakah cuma aku yang senang akan kepulangan Irwan? Heey, ayooolaaah.. Irwan cuti perdanaa kenapa dengan semua tamu ini.

"psssttt.. Psssttt.."

"tuhh pacarnya... "

" itu yah pacarnya.."

Seketika terdengar bisikan dari orang-orang yang kulewati. Aku tersenyum ramah tiap kali melewatinya.

"kasian yahh.."

Terdengar suara bisikan lagi. Kasihan katanya? Yaah, kemarin-kemarin aku memang kasihan, tapi tidak hari ini. Aku sangat bahagia, tak bisakah mereka melihatnya?

"kak Chachaa.."
Pecah sebuah teriakan dari Lisa yang datang dari arah pintu depan rumah menyambutku sambil kemudian langsung memelukku.

"ehh.."
Aku sedikit terkejut dengan sikap Lisa yang tak seperti biasanya. Kalau biasanya dirinya sangat cuek dan pemalu, lalu ada apa dengan Lisa hari ini? Ia nampak tak ragu memelukku.

"hiks.."

Eh, Lisa menangis di pulukanku. Aku bengong, aksi peluk-peluk itu sukses bikin semua mata tertuju padaku, sungguh aku tak pernah suka jadi pusat perhatian seperti ini. Ada apa sebenarnya. Kenapa semua orang memandangiku seperti itu.

"heey.. Kenapaa???"
Kutanya kenapa pada Lisa berulang kali, tapi Lisa makin kejer menangis. Aku makin bingung, saat ia semakin memelukku erat.

Aku mendadak pusing, apa lagi saat kulihat wajah beberapa orang nampak memerah, bekas nangis. Tak berapa lama, menyembul pula sosok bapak Irwan yang nampak panik, sepanik-paniknya. Aku makin bingung saat seseorang ikutan memelukku dari belakang.

Dear Pak Loreng (END)Where stories live. Discover now