#10 "hak paten!!"

5.3K 323 6
                                    

"Baiklah sayang, ayoo kita jalani hubungan ini lebih serius"
Kata Irwan, dan benar saja ia langsung memanggilku sangat paten dengan sebutan "calon istri".
Kenapa harus seserius itu padahal kan masih muda, kenapa harus berkomitmen, padahal baru kenal. Aku baru menemukan titik terang keraguanku selama ini. Aku belum mau diajak berkomitmen, belum pernah ngerasain pacaran sama pak guru, sama anak kampus, sama yang modelnya gini.. gitu.. Begitulah pikiran bocah SMA.

"Sayang, maaf ya aku gak bisa nemuin kamu tiap minggu.. gini aja deh, kamu mau aku mampir berapa minggu sekali deh ?"
Kata Irwan semangat setelah ia menciumku di taman asrama saat ia MENJENGUKku. Aku berfikir sejenak. Kembali aku teringat Yudha. Ahh ini kenapa cerita jadi temanya terjebak masa lalu, gagal move on gitu yahh..

Apapun Yudha, tentang Yudha. Dulu sewaktu aku dan Yudha masih bahagia, aku sering sekali merajuk minta di tengokin ke asrama. Tapi Yudha yang terlalu sibuk bahkan jarang sekali mengontekku tak pernah menghiraukan mauku. Sangat berbeda dengan Irwan. Ia malah dengan senang hati menawarkan dirinya untuk bertemu denganku.

"Ehh apa engga gini aja deh calis (*calon istri).. Gimana kalo tiap akhir bulan aja aku tengokin kamu, sekalian kita anymonth" kata Irwan di Inbox pesan saat aku sudah memutuskan untuk meneruskan hubungan ini walau masih tanpa cinta. Bersabarlah Irwan. Dan apa anymonth ? Semacam perayaan ulangtahun jadian sebulan sekali gitu yah. Sungguh harus kah aku kembali membandingkannya dengan Yudha lagi ??

Perbedaan umurku terpaut 3 tahun dengan Yudha lebih tua, aku yang saat itu bocah mencoba mati-matian mengimbangi sikapnya yang menurutku dewasa, sedangkan aku anak bocah yang hanya punya pengalaman pacaran disekolah bisa apa ? Kuputuskan untuk mengimbanginya. secara gitu, sudah sejak lama sekali aku menjadi secret admirer-nya, ku katakan 'semua untuknya dan gak akan pernah sedikitpun aku membuat kesalahan' dan hal pacaran dengan Yudha menjadikan aku 'tidak menjadi diri sendiri' lebih banyak bohongi diri sendiri, mencoba nyaman dengan keadaan padahal nggak !! Sok bisa padahal dibelakang ngebatin mewek, kebahagiaan hanya sehari lalu keesokan harinya bingung bagaimana lagi cara untuk menjalani kedepan. Lama kelamaan aku jadi terbiasa, dan benar mungkin hal yang kami ambil adalah hal 'keputusan bersama' bukan karena kami berbeda, tapi karena kami terlalu sama, tak ada lagi hal bengkok yang dapat kami luruskan. Semua pemikiran sudah terlalu sejalan dan kami memang sadar dan merasa kalau kami harus pergi meluruskan hal lain diluar zona nyamannya kita. "Nggak ada lagi yang bisa kita pelajari, semuanya sudah kita miliki. Betul ?? Perasaanku gak akan pernah berubah." look ? Gimana aku gak makin baper susah move on.
Lalu sekarang harus ya aku menyesuaikan diri ke Irwan ? Irwan yang lebih muda dari Yudha, Irwan yang lebih perhatian dari Yudha, yang lebih bocah ? Harus ya aku menyesuaikan sikapku ke Irwan setelah aku mati-matian terbiasa dengan sikap Yudha ? Irwan tidak bisa kah seperti yang sudah ada ? Lalu aku harus masuk ke dunia Irwan dan mempelajarinya. setelah belajar, setelah semua lurus aku tinggal keluar dari zona nyaman seperti dengan Yudha. Simple baiklah ayoo kita mulai.

**

Jumat yang di janjikan Irwan sudah lewat masanya, entah padahal aku bilang kalau aku tidak sungguh suka tapi kenapa aku kecewa saat ia tak datang jumat ini. Padahal tanggal 30 sudah lewat dua hari lalu, Ia mengucapkannya manis di dinding facebookku sambil meminta maaf gak jadi jenguk minggu ini.

"Rabu deh yah.. Maaf banget nih.." bujuknya lagi.

"Nggak apa-apa, kalo gak bisa gak usah maksain" kataku, sangat berbeda dengan masa bersama Yudha, pasti aku ngamuk-ngamuk kalau sedang berada di posisi seperti ini, bukan tak mau. Aku hanya takut kejadian yang sama terulang lagi, apakah artinya aku sudah mencintainya ?

"Jangan Rabu deh, kan aku udah mulai ada bimbingan belajar buat Ujian Nasional."

"Yaudah sabtu deh.." katanya lagi yang langsung ku tolak kuat. "Jangaaaan !!! Sabtu orangtuaku mau datang nengokin. Minggunya aja, tapi siangan"

Dear Pak Loreng (END)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora