#25 "saat kau jauh.."

3K 245 3
                                    

Kalau difikir, hubunganku dengan Irwan terus-menerus diselimuti oleh jarak dan waktu. Aku hanya perlu waktu untuk menemukannya. Bertemu dengannya bukanlah perkara mengganti semua waktu yang hilang, ataupun melepas rindu, bertemu dengannya malah makin menebalkan rindu yang belum terbayar lunas. Untunglah, perjalanan tetungguanku kali ini di temani Irwan, karena sudah penugasan, Irwan sudah diperbolehkan menggunakan alat telekomunikasi, tak seperti saat pendidikan dulu, aku bahkan harus menunggui waktunya pesiar atau IB. Huuuft.. lantas apa lagi sekarang ? Irwan bisa mendengarkan semuanya langsung, aku tak perlu lagi chatting dengan sim-simi lagi. uninstall sim-simi.

“ta..” panggil ibu dari luar kamarku, aku yang kesehariannya hanya mengurung diri dikamar kemudian keluar dan menghampiri ibuku. “nih.. ada temen ibu..” ucap ibuku lagi sambil mengiringiku menjumpai tamunya. Aku lantas menyalami teman ibuku.

“ihh si cantik udah gede yah sekarang..” ucap teman ibuku sambil mencubit pipiku pelan. “si gantengnya kemana nih ??”

“masih di pondok.. belum liburan..” jelas ibuku mengingat-ingat adik menyebalkanku yang masih terperangkap di sana, di pesantren. Aku ikutan  nimbrung ngobrol dengan ibu-ibu itu dengan terus-terusan melendoti ibuku bak anak tunggal.

“ih, lucu yah mbak, deket banget sama anaknya.. kalo saya sama anak perawan saya mah, boro-boroo mau deket kayak gini.. berantem mulu, ibunya dimusihin..” keluh teman ibuku sambil mengingat anaknya, aku hanya tersenyum mendengarnya.

“eh ta.. ambilin kue di lemari kaca gih..” suruh ibuku “itu kemarin si Tata iseng-iseng pengen bikin nastar katanya, coba keluarin dong ta..” kata ibuku lagi. Dengan malas, aku bangkit berdiri dan langsung segera mengambil kue yang dimaksud. Kue nastar buatanku, walaupun agak sedikit berwarna kecoklatan dan bentuknya tak sama serupa, tapi aku tetap lebih suka kue buatanku, karena dibuat dengan cinta. ciyeeh...

“..iyah, gitulah anak sekarang..”

Eh ? ibuku menghentikan obrolannya sesaat, saat aku sudah tiba dan membawakan kue buatanku. Aku menatap ibuku sesaat, ada raut-raut mencurigakan di benaknya. Pasti lagi ngomongin aku. Pede.

“si pacar kemana ta ?” tanya teman ibuku tiba-tiba. Aku tersentak, dan langsung melirik ibuku, ahh pasti ibu sudah mempromosikan Irwan ketemannya. Aku garuk-garuk kepala yang tak gatal.

“sama tentara di tinggal-tinggal mulu yaahh..” ucap teman ibuku ringan, aku hanya tersenyum menatap. “nanti kalo udah nikah ninggalin ibu dong..” goda teman ibuku lagi. aku diam saja.

Hari-hari berikutnya, hari setelah obrolan tentang siapa-yang-meninggalkan-siapa itu berakhir, hal serupa kerap kali menyapaku, banyak sekali omongan-omongan yang tak mengenakan yang lambat-laun datang seolah menusuk telingaku. Seperti,

“kuliah ?”  tanya seorang tante, teman ibuku. “nanti nikahnya sama tentara. Dibawa sama suaminya, nanti percuma dong kuliahnya, udah capek-capek.. terus kuliah jurnalistik juga kan mahal, terus lulus kuliah.. nikah.. gak jadi apa-apa dong..” hey.. hey.. yang mau nikah setelah lulus kuliah siapa ? aku tertunduk, tapi untunglah ibuku pandai menghiburku dengan ucapan yang sukses membuat aku terharu.

“kuliah ta, belajar.. bukan soal mau jadi apa nantinya.. ibu ikhlas kuliahin kamu.. ibu juga gak nuntut kamu harus ini-itu, harus sukses balikin semua uang-uang ibu, gak harus ta.. Cuma yah..” ibu menghentikan pembicaraannya “emang bener sih, kata temen-temen ibu.. itu kembali ke kamu, itu pilihan kamu..” ucap ibu lagi, tak banyak berucap, langsung saja kupeluk ibuku, ibu yang berjuang membangunkanku lagi setelah beberapa kali sempat goyah akan sebuah angin yang sempat memengaruhi pikiranku.

Benar, aku tak berfikir sampai sejauh itu. lantas nanti kuliahku buat apa ? kalau toh ujungnya jadi ibu rumah tangga ? aku berfikir sampai rasanya tak nafsu makan. Sekarang Irwan, aku sudah lumayan jauh melangkah bersama Irwan dengan segala pengorbanan hati, lalu aku mau menyerah begitu saja kah ? ahh tidak. Baiklah, aku harus melupakan hal demikian, soal nanti.. biarkan waktu yang menjawab, dijalani dulu aja.. kumaha prak na wae !

Dear Pak Loreng (END)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن