#11 "kado terbaik"

4.4K 320 11
                                    

...."kamu percaya aku kan ? Kalau gitu, tutup mata kamu.."

Aku menutup mataku, ragu. Ada apa lagi, apa lagi, dan apa lagi yang akan terjadi. Ia sangat penuh kejutan juga misteri. Aku salah mengenalinya aku telah salah menilainya. Aku sungguh tak tau orang seperti apa kamu ini, Irwan. Aku menaruh curiga sehingga kubuka lagi mataku yang semula terpejam.

"Kok di buka lagi.."

"Kali ini kamu mau ngerjain aku yah ?" aku memandangnya sinis yang langsung di tanggapinya dengan tawa.
"Yaampuun, enggak sayang.. Yaudah merem lagi deh.." sebelum aku memejamkan mataku, aku tengok kanan kiri. Tak kudapati Novy disana.

"Nggak, nggak ada siapa-siapa disini. Lagi sepi banget.." kata Irwan kemudian. "Yaudah ih tutup mata sini.." kali ini Irwan sendiri yang menutup mataku dengan satu tangannya. Sementara tangan satunya perlahan menyentuh tanganku.

Gelap.

Aku tak bisa melihat apapun selain gelap. Apa sih yang mau di berikannya. "Apa sihh.."

"Ssssttt... Bentar yah.."

Entah ia sedang apa disana, tapi tak berapa lama sesuatu menyentuh bibirku pelan, lembut, sangat hati-hati dan kenapa jantungku mendadak aneh.

'Cuup'

"Aku sayang kamu, dan kamu harus percaya"

**

Disana tertulis manis, sepucuk surat buatan Irwan. Tulisan tangannya jelek, bak ceker ayam. Aku tersenyum membaca tulisan sederhana ungkapan cinta seorang lelaki tepat berusia 19 tahun bulan depan. Ohiyaa bulan depan kami sama-sama berulangtahun. Irwan 19 sedangkan aku 18. Ini lucu, jadi berasa kayak pasangan Rafi Nagita.
Kira-kira hal mengejutkan apa lagi yang di lakukan pacarku itu. Bahkan rasa ciuman pertamaku saja masih menempel, terasa setiap aku chatting dengannya. Setiap hari hubungan kami semakin membaik, aku juga sudah mulai bisa beradaptasi dengannya, entah sampai kapan, pun demikian aku masih belum bisa mengakui perasaanku.

"I Love You" dari Irwan, aku hanya bisa balas "aku juga" ragu mengatakannya. Sikapku sebenarnya jahat tidak sih ? Kalo dibilang sih aku terlalu acuh. Lama-lama aku jadi terbiasa menerima segala macam kebiasaannya. Sebenarnya aku tak terlalu suka dengan sikap terlalu perhatiannya itu. Bagiku semua kelakuannya terlalu berlebihan, dari mulai sikap overnya yang tak pernah kutemukan di Yudha, sikap terlalu memerhatikannya, segala sikapnya yang terlalu menjadikan aku 'ada' tak seperti Yudha yang super cuek. Irwan ini sangat berbeda dan tak terduga.
Aku sungguh sangat kurang suka, namun saat ia menghilang seperti sekarang ini, aku malah kehilangan. Sudah dua hari ini inbox pesanku belum juga di balas. Sebenarnya dia kemana.

"Maaf yaa sayang, dihari ulangtahun kita nanti aku gak bisa nemuin kamu. Ada sesuatu yang harus aku urus disini.. Tapi aku janji, kalo nanti semuanya udah selesai aku urus aku bakal secepatnya nemuin kamu.."
Inboxnya datang tepat sebelum aku mengklik keluar. Apa yang akan ia lakukan.

Malam harinya otakku berfikir keras tentang dia. Segala apa yang dia omongi di hari saat ia memberikan buket bunga yang sudah layu, yang masih kusimpan di sudut kamarku. ada  sesuatu yang baru saja ku ketahui tentangnya.

Flashback on..

"Aku pengen cari kerja yang lebih layak"

Aku hanya menyimaknya serius sambil terus menyemangatinya "sebenernya sih pengen kayak bapak."

Aku bengong "ohhiyaa, emang bapak kamu kerja ngapain ??"

"Bapakku tentara yank.. Pengen banget jadi tentara kayak bapak." ucapnya membangkakan sang ayah.

"Ohh, jadi kamu anak tentara.. Sumpah baru tau, kalo keluargaku sih sama sekali gak ada dari dunia militer gak ngerti sama yang loreng-loreng begitu.." ucapku sambil tersenyum memandangnya.
"Yaudah yank, kamu jadi tentara aja" lanjutku.

Dear Pak Loreng (END)Where stories live. Discover now