21. My Future Is You, Emily

Start from the beginning
                                    

Emily tersenyum sambil memandang kakaknya penuh kebencian, "Dia orang yang sudah membuat impian dangkal kamu itu nggak akan pernah jadi kenyataan, Ethan."

Ethan mengerutkan kening tidak paham sambil menebak-nebak apa yang dimaksud oleh adiknya tersebut, "Apa maksudnya?"

"Sekarang, atau kapanpun, kamu nggak akan pernah jadi yang pertama buatku, Ethan." Emily tersenyum puas sambil melemparkan pandangan kepada Teddy dan merangkul tangan lelaki itu erat.

Ethan menggeleng tidak percaya, matanya memerah dan tangannya mengepal kuat karena menahan marah walau dia masih belum bergerak dari posisinya.

"Come on, Ethan, kamu nggak benar-benar berpikir aku masih virgin di usiaku sekarang kan?!" kata Emily dengan nada retoris untuk mencemooh.

Teddy akan mengejeknya dengan mengatakan bahwa gadis itu memang masih virgin tidak sampai satu minggu yang lalu, kalau dia tidak ingat keadaan sedang serius saat ini dan Emily memang sengaja mengatakannya untuk memprovokasi kakaknya.

"Dia pemilikku, Ethan. Don't you ever wish to be my first," kata Emily penuh kepuasan saat menyampaikan maksudnya.

"Kamu bohong, kan, Emily?!" Ethan masih menggelengkan kepalanya tidak percaya, matanya semakin memerah dan berair, "Kamu cuma berusaha mengelabui aku kan?!"

Emily mendengus dalam tawanya, "Dan atas alasan apa aku harus berbohong? Atau kamu perlu menyaksikannya sendiri supaya percaya?" Emily tersenyum, "Sayangnya kamu nggak akan bisa menyaksikannya, Ethan. It's not for public consumption. That's my sexual life. And you'll never be one of it."

Oke, Teddy harus mengakui bahwa dia lebih pengecut daripada Emily yang notabene seorang wanita, tapi dia merasa takut sekarang. Dia khawatir dengan cara bicara Emily yang terlalu memprovokasi dan dia khawatir melihat rona muka Ethan yang semakin memerah karena menahan marah.

Ethan itu psikopat, seharusnya Emily jauh lebih tahu dari siapapun tentang hal itu. Dan Teddy tidak habis pikir kenapa gadis itu masih saja tidak kelihatan takut dengan akibat dari kalimat-kalimat hasutannya tersebut kepada kakaknya.

Teddy menarik lengan Emily untuk berusaha menghentikan sekaligus memperingati gadis itu.

"Kita harus pergi dari sini, Ems."

"Kalian nggak akan bisa kemana-mana." kata Ethan masih dengan wajah geram, "Orang-orang Papa nggak akan membiarkan kalian pergi dari sini, apalagi kalau aku berteriak untuk memanggil mereka sekarang juga."

Emily baru saja akan membalasnya sambil kembali melangkah maju sebelum Teddy kembali menghalanginya dengan menahan lengan Emily.

Teddy memutar otaknya untuk berusaha menyelesaikan masalah dengan caranya.

"Aku merekam semua pembicaraan kalian," kata Teddy kepada Ethan yang mengerutkan keningnya, "termasuk semua kata-kata vulgarmu ke adik kandungmu sendiri yang pastinya akan menjadi celaan publik kalau kuberikan ke pers atau kusebarkan lewat media sosial."

Untuk pertama kalinya, wajah Ethan memucat. Dan Teddy merasa idenya cukup berhasil.

"Dan aku sudah mengirimkan rekamannya ke temanku kalau-kalau terjadi sesuatu denganku." Teddy kembali menambahkan karena lelaki didepannya masih terlalu pucat untuk bergeming, "Aku bahkan nggak yakin ayahmu akan bisa menyelamatkanmu kalau publik tahu seperti apa kamu sebenarnya."

Teddy bisa melihat dari sudut matanya bahwa Emily memandangnya dengan tatapan kagum, yang membuat Teddy merasa sedikit benar atas gertakan yang dilakukannya walau dalam hati dia benar-benar ketakutan atas tindakan nekatnya sendiri ini.

Emily's LoverWhere stories live. Discover now