Kosong.

Tidak ada seorang lelaki yang berbaring di atas sana seperti yang ia lihat di dalam mimpinya.

Air mata Aura kini mengalir lebih deras. Tubuhnya melemas. Ia tak mengerti bagaimana semua ini dapat terjadi.

"Selamat pagi, apakah ada yang bisa saya bantu?"

Aura mendongakkan kepalanya dan seketika matanya bertemu dengan seorang perempuan cantik berpakaian seperti perawat.

Aura menepis air matanya dan segera menatap Suster itu panik. "Sus, pasien yang ada di kamar ini mana? Pasien bernama Zaro. Kok nggak ada di sini?!"

Suster itu tersenyum kecil. "Beberapa jam yang lalu, kedua orang tua pasien tampan itu meminta izin dokter untuk membawa putranya pulang dengan satu alasan. Dan entah kenapa, dokter itu mengizinkannya."

Dengan gerakan cepat, Aura bangkit dari duduknya dan menepuk sebelah bahu Suster itu.

"Makasih infonya, Sus."

Aura kembali berlari cepat di tengah koridor rumah sakit yang sepi dan dingin. Namun kali ini tujuannya berbeda, bukan lagi ruang inap Zaro.

Melainkan motor vespa birunya yang dapat mengantar dirinya menuju apartment milik Zaro.

***

Zaro pindah ke Singapur.

Satu kalimat yang terucap dari mulut Vino beberapa menit yang lalu mampu membuat pikirannya melayang kemana-mana.

Sepuluh menit yang lalu, Aura berhasil sampai di apartment milik Zaro. Namun ketika pintu sudah terbuka, sang pemilik apartment justru tidak ada. Ia sendiri bingung mengapa malah Vino yang membukakan pintu untuknya, bukan Zaro ataupun keluarga cowok itu yang lain.

"Tadi sebelum Zaro pergi, dia minta tolong sama gue buat nulisin surat untuk lo," Ucap Rino sambil memberikan Aura sebuah kertas Doraemon yang terlipat.

Aura melepaskan pelukannya pada Fira dan mengambil surat itu. Ia menepis air mata yang masih tersisa di wajahnya sebentar dan segera membaca surat itu.

Hallo, Ra.

Sebelumnya gue mau minta maaf sama lo karena gue pindah nggak bilang-bilang. Gue cuman takut kalo misalnya gue bilang ke lo, gue jadi berubah pikiran. Sebenarnya gue juga gamau pindah, Ra. Tapi Bunda sama Papa gue maksa. Mereka bilang gue harus berobat ke sana. Entahlah, gue juga gamau berharap lebih.

Untuk berapa lamanya, gue belum tau. Entah gue nanti bisa balik lagi ke Jakarta atau malah hidup gue nanti berakhir di sana. Gue juga gatau. Yang gue tau, gue ga akan pernah bisa untuk berhenti menyayangi lo dan mendoakan lo.

Gue gamau liat lo sedih, mewek, galau atau apalah itu cuman hanya karena gue pindah. Jadi mohon, jangan bersedih lama-lama ya? Bukannya gue kepedean kalo lo bakal mikirin gue terus, tapi gue tau persis lo itu gimana Ra.

Gue takut kalo nanti lo dideketin sama cowok yang lebih baik dari gue, lo malah nolak cowok itu. Jadi gue cuman mau bilang, kita udahan aja, ya? Gue pengen kita udahan bukan berarti gue ga suka lagi sama lo. Tapi justru gue sayang banget sama lo. Jadi menurut gue ini yang terbaik.

Jangan lupa untuk doain gue terus, ya. Mungkin di Singapur nanti gue gaakan bisa lagi kenal sama sosok perempuan seperti lo. Gue ga pernah berhenti bersyukur karena Tuhan udah bikin kita ketemu, kenal bahkan sampai sedekat ini.

Sekali lagi maaf karena udah buat lo sedih. Maaf kalo hubungan kita berakhir seperti ini. Dan maaf untuk keinginan-keinginan lo yang belum bisa tercapai karena gue. Gue tau lo kecewa karena gue ga bisa nemenin lo pergi bareng ke Jepang. Maaf ya.

MemoriesWhere stories live. Discover now