Chapter 6

2.7K 244 63
                                    

"Sometimes, the smallest things take up the most room in your heart."

***

16.30 pm.

Aura kembali terfokus pada bola basket yang berada di tangan kanannya. Walaupun ini hanya sekedar latihan biasa, rasanya Aura ingin benar-benar serius dalam permainan kali ini.

"Tangkep Kak Der!"

Aura berlari dan mengoper bola itu kepada Deri yang berada tepat di sebelah ring basket. Sahabatnya yang dalam permainan ini menjadi lawannya hanya bisa menghela napasnya, karena ia lagi-lagi gagal merebut bola dari tangan Aura.

Bagaimana tidak? Latihan kali ini ditutup dengan pertandingan kecil antara 2 regu. Satu regu terdiri dari 3 orang. Fira harus dihadapkan dengan Aura, Deri dan Rino. Ketiga pemain basket di Sma Angkasa yang bisa dibilang cukup hebat. Apalagi salah satu dari mereka adalah sahabat dan juga kekasihnya.

Hap!

Deri menangkap bola pemberian Aura dengan cekatan. Ia pun segera menunjukkan aksi lay-upnya dan memasukkan bola dengan mudahnya.

"Maap, pacar!" Deri mengedipkan sebelah matanya pada Fira. "Kita jadi lawan dulu dalam beberapa menit ini,"

Fira memutar matanya. "Bodo Der, bodo."

Kali ini, bola dipegang oleh salah satu anggota dari regu Fira, yaitu Salwa. Salwa berlari ke kanan dan ke kiri, berusaha menghindari Deri yang ingin merebut bola dari tangannya. Dan ya! Berhasil. Salwa mengoper bola pada Erick dan ditangkap baik oleh cowok jangkung itu.

Tak disangka-sangka, Aura datang dari arah kiri belakang Erick dan merebut bola itu dengan gerakan cepat. Sampai-sampai, Erick tidak sempat lagi untuk menghindar.

Aura berlari kecil dan berniat mengoper bola pada Rino. Walaupun jarak diantara mereka berdua cukup jauh, tetapi ia yakin akan berhasil dan dapat memenangkan permainan kali ini. Berhubung Rino sedang berada di area three poin, jadi Aura memanfaatkan keadaan karena cowok itu sangat pandai dalam hal tersebut.

"Tangkep Kak Rino!"

Rino sudah siap pada posisinya, badan tegap dengan kedua kaki berjinjit dan kedua tangan di atas kepala. Namun, lemparan kencang milik Aura itu tidak tepat pada sasaran. Ia justru melempar ke arah kiri lapangan dan....

Brukk!

"Mampus gue!" Pekik Aura.

Aura pun berlari menuju korban kecerobohannya dengan panik. Ia bisa melihat dari tempatnya berdiri tadi, korbannya itu adalah seorang lelaki, berhubung  orang itu memakai celana abu-abu khas Sma Angkasa. Sepertinya, cowok itu tadi sedang berfoto-foto di sekitar lapangan outdoor dengan kameranya, makanya ia tidak sempat menghindar dari lemparan Aura.

"Aduh-aduh maaf ya. Gue ga sengaja," Kata Aura panik seraya berjongkok di hadapan orang itu. "Suer, dah!" Ia mengangkat tangannya membentuk angka dua.

Cowok itu tidak membalas ucapan Aura dan justru malah sibuk mengotak-atik kameranya yang masih menggantung di leher. Tak lama kemudian, cowok itu mendongakkan kepalanya dan menunjukkan wajahnya yang terlihat begitu emosi.

"Kak Bintang?!" Kaget Aura.

"Lo lagi?!" Zaro berdiri dari duduknya di pinggir lapangan. "Tanggung jawab!" Ucapnya tegas dan begitu dingin.

"Tanggung jawab apaan?" Ucap Aura bingung. "Oh! Lo luka? Mana? Mana? Dimana?" Aura memutar-mutar tubuh Zaro untuk mencari bagian tubuh cowok itu yang luka.

"Bukan itu," Zaro menghentikan aksi Aura yang membuatnya terkena pusing dadakan. "Tanggung jawab sama kamera gue!"

"Kamera lo kenapa? Luka?"

MemoriesWhere stories live. Discover now