Chapter 33

1.8K 148 20
                                    

"You are all the colors in one, at full brightness."


***

"Selamat pagi, IPS tiga. "

Suara tiba-tiba dari seorang guru yang baru saja memasuki kelas 11 IPS 3 membuat semua murid yang awalnya berkeliaran segera berlari menuju kursinya masing-masing. Tak terkecuali Aura.

Aura yang sedari tadi asik menonton video audisi Biskuat yang sedang booming bersama Fira, Dito, Jaki, Ryan dan Tama di pojok belakang kelas, kini terpaksa menghentikan kegiatan seru mereka karena guru yang sepuluh menit lalu seharusnya memasuki kelas, kini sudah datang.

Aura nampaknya mulai bisa menerima takdir hidupnya. Sudah tiga hari semenjak kepergian Ayah tercintanya, Aura nampak kembali seperti Aura yang dulu. Ia tidak lagi menjadi gadis pemurung seperti waktu baru ditinggal Ayahnya. Ia sudah ceria kembali, meski terkadang ia masih suka menggalau ria di malam hari.

Tentu perubahan itu dibantu dengan adanya sosok seseorang yang berpengaruh di hidup Aura.

Siapa lagi kalau bukan Zaro.

Zaro si lelaki dingin yang seketika berubah menjadi manis secara perlahan di hidupnya kini.

Namun semuanya tidak berjalan dengan mudah dikarenakan sosok Vino yang datang secara tiba-tiba.

Terlebih lagi, sudah tiga hari terakhir ini Aura jarang melihat Zaro di sekolah. Entah kenapa.

"Semuanya, kita bakal praktek hari ini."

Aura mendengus kesal ketika ia mendengar perkataan yang terucap dari mulut guru berparas lumayan tampan itu. Dan wajahnya semakin tertekuk kala tau bahwa praktek seni kali ini adalah menggambar.

"Kalian di perbolehkan keluar, bebas kemana sa--"

"Ke warung Abah boleh dong?!" Tanya Dito heboh sendiri.

Pak Amar melotot di depan kelas. "Tidak boleh, Dito. Kamu ini pikirannya hanya bolos, bolos dan bolos," tatapannya kini beralih ke seluruh murid. "Kalian bebas mencari objek di sekitar sekolah, ya. Misalkan taman belakang, lapangan, kantin, atau bahkan lorong koridor juga boleh. Jadi boleh dimana saja ya, asalkan ga keluar sekolah."

"Oke pak."

"Waktu pengerjaan mulai dari sekarang sampai pelajaran seni berakhir. Ketua kelas tolong dikumpulkan hasil kerjanya di meja bapak ya," Pak Amar menatap Jaki, sang ketua kelas 11 IPS 3. "Jaki, jangan sampai ada yang nggak ngerjain, ya. Semua harus terkumpul karena akan dimasukkan ke buku nilai. Terimakasih."

Tiga detik setelah Pak Amar pergi keluar kelas, murid-murid sontak heboh berlarian kesana-kemari. Ada yang meminjam pensil, penghapus, penggaris dan sebagainya. Bahkan ada juga yang memohon untuk digambarkan tetapi tak ada yang mau menggambarkan. Kasihan.

Kelas sudah nampak kosong berhubung hampir semua siswa sudah berlarian keluar kelas dengan semangat. Namun tidak bagi Aura. cewek itu hanya menatap malas kertas gambar yang sudah tersedia di depannya tanpa berniat untuk menyentuhnya.

"Aduh gue gak bisa gambar nih," Aura mengacak rambutnya frustasi. "Gue cuman bisa gambar titik."

Fira lantas memutar matanya malas dan bangkit berdiri dengan membawa alat gambarnya. "Lo mau ikut gak ke kolam ikan? Gue mau mulai, nih. Gamau buang-buang waktu."

"Ya elo mah enak. Pinter gambar. Lah apa daya gue," dumel Aura dengan wajah masam. "Lo duluan aja. Gue masih mau mikir gambar apaan."

"Lah, yaudah."

MemoriesDove le storie prendono vita. Scoprilo ora