Chapter 27

1.7K 169 15
                                    

"I have so much that I want to say to you, but I can't say a word."

***

"Dulu Zaro sakit kanker, Ra. Kanker otak."

Tubuh Aura langsung menegang begitu mendengar ucapan dari Eva.

"Bunda... becanda kan?"

"Engga. Bunda serius," ucap Eva tegas. "Dulu Zaro, Laura sama Vino seneng banget main basket bareng di halaman belakang rumah Zaro. Bunda liat-liat mereka bertiga emang berbakat di bidang itu."

Aura masih mendengarkan ucapan Eva dengan seksama.

"Setiap hari mereka barengan. Main bareng, sekolah bareng, belajar bareng. Pokoknya apa-apa bareng. Sampe kemudian pas mereka kelas 6, Zaro mulai sakit-sakitan. Kondisi badannya melemah. Bunda kira Zaro cuman sakit biasa aja karena kecapekan. Tapi pas Bunda sama Papa Zaro bawa ke rumah sakit, dokter di sana bilang kalo Zaro kena kanker otak dari seminggu yang lalu."

"Astaga Kak Bintang." Gumam Aura.

"Dari sejak itu Zaro jadi sering dibawa untuk kemo. Bolak balik ke rumah sakit buat check up. Bunda sedih banget, Ra. Setiap hari Bunda berdoa buat kesembuhan dia. Kasian dia jadi ga bisa main basket lagi bareng Laura sama Vino gara-gara ga boleh kecapekan. Dan akhirnya dia jadi beralih hobi, dari basket ke fotografi. Bunda selalu dukung apa kemauan dia. Bunda  ga tega liat dia lemes-lemes gitu. Padahal dulu dia petakilan banget." Ucap Eva sambil menteskan air matanya. Aura pun mendekat dan mengusap bahu Eva.

"Untung Tuhan masih memberikan kesempatan Bunda buat ngeliat Zaro lebih lama, dua tahun kemudian Zaro sembuh. Kata dokter kankernya bisa disembuhin karna Bunda yang langsung bertindak cepat begitu tau Zaro sakit. Bunda ga henti-hentinya bilang makasih sama Tuhan. Ga tau gimana Bunda misalkan Zaro ga ada. Bunda gamau kehilangan Zaro." Ucap Eva. "Tapi Setelah Zaro sembuh, ada lagi masalah yang menimpanya. Bunda kasian sama dia. Masalah dateng terus di kehidupan dia."

"Masalah apa, Bun?" Tanya Aura makin penasaran.

"Laura meninggal setelah mereka pacaran dua bulan. Ditambah lagi dengan kerenggangan hubungan persahabatannya sama Vino. Setau Bunda sih karena Vino yang juga suka sama Laura. Bunda tau karena Laura suka curhat sama Bunda. Tapi beruntungnya Zaro, Laura lebih milih dia dibanding Vino. Tapi dua bulan setelah mereka jadian, Laura meninggal karena kecelakaan motor. Laura emang begitu, dia kalo bawa motor kencengnya ga ketolongan makanya bisa sampe kecelakaan gitu. Dia anaknya agak tomboy, pokoknya mirip-mirip deh sama ka--"

"Bunda. Makanannya udahan belom? Tante Riri bilang acara makannya mau dimulai." Teriakkan Zaro tiba-tiba terdengar dan lantas membuat Eva tersadar kalau sedari tadi dirinya dan Aura sibuk mengobrol sehingga lupa untuk menyiapkan beberapa makanan.

"Bunda udah belum?" Ulang Zaro.

Aura menatap Zaro yang tengah bersandar di dinding dapur. Pantesan setiap gue liat foto masa lalunya, pasti mukanya pucet.

"Kenapa Ra?"

Aura yang tertangkap basah sedang memperhatikan Zaro kini gelagapan. "Emm-- itu... Kak Bintang bisa ngobrol sebentar gak?" Lanjut Aura cepat.

Zaro berpikir sebentar. "Bisa."

"Bunda, perlu bantuan lagi nggak sebelum aku tinggal ngobrol sama Kak Bintang?"

"Nggak usah sayang. Nanti Bunda minta mbak aja yang bantuin."

"Yaudah Bun, Zaro ke belakang dulu ya," izin Zaro. Ia lalu menatap Aura sekilas dan berjalan mendahului Aura. "Ayo."

MemoriesМесто, где живут истории. Откройте их для себя