Chapter 18

2.5K 164 6
                                    

"Love is blind and love can be foolish - Our heart doesn't always love the right people at the right time. Sometimes we hurt the ones that love us the most and sometimes we love the ones that don't deserve our love at all."

***

"Aduh mampus, Kak!" Aura turun dari vespa putih milik Zaro dan bersandar di balik gerbang SMA Angkasa. "Kita telat 15 menit nih. Gimana dong?"

"Panggil Mang Supri gih!" Teriakkin," Ucap Zaro santai yang membuat Aura menggelengkan kepalanya heran. "Buruan."

"MANG SUPRI!" Teriak Aura toa yang membuat Zaro segera menutup kedua telinganya. "MANG SUPRI BUKAIN GERBANGNYA DONG!"

Setelah menunggu selama dua menit, gerbang akhirnya terbuka dan menampakkan seorang pria berumur sekitar 30an yang memakai seragam security dan guru berkepala setengah botak.

"Terlambat, huh?!" Pak Jono menatap Aura dan Zaro tajam.

"Iya," balas Zaro enteng, yang membuat Aura melotot dan menyikut cowok itu.

"Maaf, Pak. Kita telat. Tadi macet parah Pak. Seriusan saya ga boong nih. Saya jujur sejujur-jujurnya!"

"Berhubung kalian jarang terlambat, saya masih bisa men-tolerir," Pak Jono lalu menyuruh Mang Supri membuka gerbang dan menyuruh Aura dan Zaro untuk masuk ke dalam. "Ayo, kalian tulis di buku piket dulu di pos piket. Abis itu kalian berdiri di tengah lapangan sampai jam pelajaran pertama berakhir."

"Anjir, 45 menit dong, Pak?" Ceplos Aura.

"Iya. Kamu tahu sendiri, di sini kan satu jam pelajarannya 45 menit."

"Ga bisa nego, Pak?" Tanya Zaro.

"Tidak. Keputusan Bapak tidak bisa diganggu gugat." Pak Jono lalu menyerahkan buku bersampul hitam pada Aura dan Zaro. "Tulis di sini. Cepat!"

Nama: Zaro Bintang Adiwijaya
Kelas: 12 IPA 1
Kesalahan: Terlambat

Zaro lalu menyodorkan buku itu ke hadapan Aura setelah ia selesai menulis. "Lo gih,"

Nama: Aura Bulan Zhaniala
Kelas: 11 IPS 3
Kesalahan: Terlambat

Zaro lalu mengintip tulisan Aura diam-diam.

Oh. Kelasnya di 11 IPS 3 ternyata. Batin Zaro.

Ya, Zaro memang tahu bahwa Aura sekelas dengan Fira. Tetapi ia belum tahu dimana letak kelas Aura sebenarnya. Ia hanya tau bahwa cewek itu adik kelasnya, kelas 11 dan masuk jurusan IPS. Itu saja. Mau bertanya pun Zaro gengsi. Alhasil, ia baru bisa mengetahuinya sekarang.

"Sudah cepat kalian ke tengah lapangan sekarang. Berdiri di sana. Jangan duduk atau jongkok. Cepat!" Perintah Pak Jono setelah mengecek buku hitam terlebih dahulu. "Jangan terlambat lagi ya! Kalau iya, saya bakal kasih hukuman yang lebih berat!" Lanjut guru berkepala setengah botak itu.

"Iye, guruku."

Aura dan Zaropun menurut dan segera berjalan menuju lapangan. Sekolah nampak sepi, berhubung sekarang merupakan jam pelajaran berlangsung.

Zaro lalu melempar tas hitamnya ke pinggir lapangan dan berdiri di depan tiang bendera. Ia lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abunya.

Memoriesحيث تعيش القصص. اكتشف الآن