13. Privasi

1.1K 277 57
                                    

"Siapa?"

Donghyun mengulang pertanyaannya dengan nada lebih memaksa, sedangkan Euna sedang terjebak dilema. Inginnya bicara jujur, namun tidak mau melihat reaksi menyeramkan Donghyun. Tapi yang terjadi selanjutnya justru lebih mengejutkan Euna.

Tiba-tiba tangan Donghyun merebut ponsel Euna begitu saja.

"Kim Donghyun!" pekiknya marah.

Pertama, Donghyun mengambil ponselnya tanpa izin. Sejak awal mereka berteman sampai bersahabat sedekat ini sudah ada kesepakatan tak tertulis bahwa ponsel dan barang-barang pribadi tidak boleh sembarangan dijamah. Euna dan Donghyun boleh saja saling tahu kode kunci ponsel masing-masing, tapi mereka selalu hati-hati melihat isinya. Lagipula itu tidak perlu. Mereka saling percaya.

Kedua, Donghyun sedang menyetir saat tiba-tiba mengambil ponsel Euna. Meski ia tahu mobil Donghyun canggih dilengkapi fitur auto-drive, tetap saja hal itu berbahaya.

"Balikin!" pinta Euna tegas, mengulurkan tangan.

Ponsel Euna kembali setelah Donghyun mengutak-atik sesuatu dan benar saja, kecurigaan Euna terbukti. Kontak Woojin sudah di-block oleh sahabatnya.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Euna bingung.

"Kamu yang kenapa!" balas Donghyun tak mau kalah. Genggaman pada setirnya menguat. "Kamu udah bosen main bareng aku?!"

"Astaga, Kim Donghyun!" serunya tak habis pikir. "Kalau aku nggak kenal kamu, aku bakal mikir kamu cemburu!"

"Yaudah, anggap aja aku emang cemburu!" tukas Donghyun kasar. "Katanya nggak kenal, tapi aku block kontaknya kamu malah marah."

Euna menghela napas. "Kamu juga nggak kenal sama dia, tapi kenapa kesannya kamu benci banget?!"

"Aku kenal ..." Donghyun berkata pelan sekali sampai Euna nyaris tidak mendengar. Jelas sahabatnya sudah melihat profil picture Woojin tadi.

"Serius?"

Jangan-jangan Donghyun yang dimaksud Daehwi dulu benar-benar Donghyun yang ini?! Ah, pantas.

Donghyun mengangguk. "Makanya, please, jangan dekat-dekat dia ..."

Kali ini, ia memohon membuat Euna tidak tega bertanya lebih banyak lagi tentang Donghyun dan Woojin, meski ia penasaran.

Sangat penasaran.

🎸🎸🎸

"Nuna!"

Euna mengerjap dan menoleh ke arah Daehwi. "Ya? Udah selesai ngerjainnya?"

Daehwi terkikik melihat Euna kebingungan. "Nuna sih melamun," ledeknya.

"Oppa, jangan gangguin Eonni! Nanti Daerin lapor Eomma!" Daerin membela Euna yang membuat gadis itu tersenyum dan mengusap rambut si bocah SD gemas.

"Ih, anak kecil nggak usah ikut campur," desis Daehwi menyebalkan.

Euna menjitak anak laki-laki itu. "Udah kerjain dulu yang benar."

Tangan Daehwi mengusap kepala dengan wajah cemberut yang hanya bertahan beberapa detik. Ekspresi tukang gosipnya sudah kembali dalam sekejap.

"Jadi, kenapa Nuna nge-block line Woojin Hyung?" tanyanya penasaran.

Pertanyaan yang sama yang membuat Euna melamun.

"Lah, malah melamun lagi!" seru Daehwi rusuh yang akan dijitak Euna lagi, namun bel pintu depan berbunyi.

Asisten rumah tangga keluarga Lee membukakan pintu. Euna tidak memikirkan siapa yang datang, namun ia tersentak ketika Daerin berteriak.

"Jinnie Oppa!!!"

Euna langsung melirik tajam pada Daehwi yang hanya nyengir kuda. Astaga! Setelah berkonspirasi memberikan kontak LINE Euna, pasti Daehwi juga yang mengatur supaya Woojin datang hari ini.

"Hai, Eun," sapanya.

Dalam hati, Euna meringis. Eun? Memangnya mereka sedekat itu. Ia hanya mengangguk sekilas.

"Lesnya udah selesai?" tanya Woojin lagi.

Sengaja Euna melihat jam di ruang tengah. "Masih ada lima belas menit lagi."

"Oh, 'Nak Woojin." Tiba-tiba Nyonya Lee alias ibu Daehwi malah muncul. Beliau melirik Euna sambil tersenyum penuh arti. "Udah mau pergi?"

"Kata Euna, masih lima belas menit lagi, Bibi Lee," jawab Woojin.

Nyonya Lee tertawa kecil. "Lho, nggak apa-apa disudahi aja. Biasanya juga Euna sering melebihkan waktu ngajar, jadi nggak apa-apa kalau sekarang pulang cepat."

Euna tercengang. Nyonya Lee memang baik, tapi ia tidak enak hati kalau bekerja tidak sesuai jam begini. Lagipula memang sejak kapan Euna berniat pergi dengan Woojin?

"Tapi—"

"Nggak apa-apa, Cantik," ujar Nyonya Lee menarik Euna berdiri dan mendorongnya ke arah Woojin. "Anak muda sesekali harus bersenang-senang."

Astaga ...

Mau tak mau, Euna mengikuti Woojin ke pintu depan. Ia masih sempat mendengar Daerin bertanya sebelum pintu tertutup.

"Eonni sama Oppa pacaran, ya?"

🎸🎸🎸

Demi Tuhan, ini aneh banget. Duduk berdua di kafe dengan orang yang baru ditemuinya dua-ah, tidak, tiga kali. Dulu saja, Donghyun menghabiskan waktu sebulan, bertemu setiap hari dan membujuk tak kenal lelah sampai Euna mau ikut pergi bersamanya. Berkat Donghyun, Euna tidak terlalu tertutup seperti dulu.

"Masih marah?" Woojin membuka percakapan.

"Marah?" ulang Euna. "Aku cuma nggak suka dipaksa pergi begini."

"Segitu nggak suka sampai line aku di-block?" tanya Woojin lagi.

Euna berdecak sebal. Ia pikir Woojin itu galak-galak menyeramkan, tapi ternyata dia tengil juga. Memang penampilan itu menipu, guys. Masa iya Euna harus bilang kalau bukan dia yang memblokir kontak Woojin.

"Terus ngapain kita di sini?" Euna balik bertanya, bersidekap. "Aku udah temani kamu makan, berarti kita impas." Ia sudah berdiri, namun tangan Woojin menahan dan memaksanya duduk lagi.

"Kamu udah punya pacar?"

Pertanyaan tiba-tiba Woojin membuat Euna membelalak.

"Bukan urusan kamu," jawabnya dingin. Jelas merasa tersinggung. Memangnya Woojin siapa bisa bertanya hal seperti itu di pertemuan ketiga mereka?

Woojin menghela napas. "Kata Daehwi, kamu belum punya pacar. Tapi, kenapa kamu defensif banget, Eun?" Ia mengacak rambut frustasi, lalu menatap Euna lekat-lekat.

"Bisa nggak kasih aku kesempatan dekat dengan kamu?"

-bersambung.-

An. Janlups vote, komen dan add to lib/reading list yaa.

-Ki.

04:04Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang