9. Gawat Darurat

1.2K 278 20
                                    

Tahun kedua di universitas, Euna dan Donghyun menjabat di BEM dalam departemen yang sama, Departemen Pendidikan dan Kegiatan Ilmiah. Donghyun menjabat sebagai kepala departemen sedangkan Euna menjadi wakilnya. Tahun lalu mereka sama-sama menjadi staf di departemen tersebut dan mengalami kenaikan jabatan setelah melalui proses seleksi dan wawancara.

Sebenarnya Donghyun ditawarkan posisi wakil UKM Seni menemani Jaehwan, namun ia menolak. Katanya  dia tetap bisa ikut UKM walaupun tidak menjabat, tapi Euna tidak akan mau ikut BEM kalau tidak ada Donghyun. Tahun lalu saja, Donghyun yang mengisi formulir pendaftaran mereka dan Euna marah besar padanya saat tiba-tiba nama gadis itu dipanggil untuk wawancara.

Tahun ini Youngmin menjabat sebagai ketua BEM dengan Takada Kenta, si Jepang dari Teknik Perminyakan sebagai wakil ketua. Senior berambut merah itu jelas tidak ikhlas melepaskan Euna yang meskipun tidak terlalu dekat dengan anggota BEM lain, memiliki kinerja sangat baik yang membuat kemajuan pesat di bidang ilmiah Teknik. Oleh sebab itu, Youngmin sengaja membujuk Donghyun untuk tetap di BEM agar Euna juga tetap di organisasi itu.

Hampir semua anggota dalam lingkaran pertemanan Donghyun adalah pejabat penting teknik. Selain Youngmin, Kenta dan Jaehwan, ada Sewoon sebagai kepala Departemen Olahraga dan Seni, Daniel dan Hyunbin sebagai kepala dan wakil  Departemen Aksi dan Kajian Strategis, Donghan dan Taedong sebagai duo kepala dan wakil Departemen Kemahasiswaan serta ditambah Chaekyung yang menjabat kepala Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Organisasi.

Sekarang sedang jadwal presentasi visi, misi dan program kerja tiap departemen atau biro. Departemen P&K—Donghyun biasa menyingkatnya begitu—sudah selesai presentasi dan Euna sedang merevisi beberapa proker dengan masukan saat presentasi. 

"Nama saya Song Dahyun, Desain Interior 2016, staf Biro Humas."

Gadis cantik di depan sana memperkenalkan diri paling akhir saat Biro Hubungan Masyarakat dipanggil untuk giliran presentasi. Para staf memang tidak mendapat giliran bicara, namun mereka ikut maju untuk perkenalan.

Euna memperhatikan presentasi proker humas, namun berkali-kali ia salah fokus saat melihat arah tatapan Dahyun yang tidak berpindah. Tepat ke sebelahnya.

Donghyun.

Lengan Euna menyikut sang sahabat yang malah berkonsentrasi pada layar laptop, membaca proker yang baru selesai direvisinya.

"Eun, jangan sikut-sikut, ah," protes Donghyun berbisik, takut menganggu jalannya acara. "Itu ujung siku tajam amat. Kamu kurusan, ya?" Ia malah meraih siku Euna.

Buru-buru Euna menarik lengannya. "Ck, itu Dahyun ngeliatin kamu mulu dari tadi."

"Dahyun yang mana?" tanya Donghyun bingung.

Euna mengedikkan kepala ke arah Dahyun yang masih duduk di depan bersama Biro Humas sebagai jawaban. Mulut Donghyun membentuk huruf O, lalu ia kembali fokus ke layar laptop membuat Euna kebingungan.

Sudah? Begitu saja?

Ckck, dasar Kim Donghyun!

🎸🎸🎸

Malam ini malam terakhir mereka menginap di perkemahan. Sejauh ini acara yang berlangsung tiga hari dua malam itu lancar, tanpa insiden yang berarti. Mereka sudah menyelesaikan hampir semua agenda pelantikan. Besok pagi hanya tinggal sumpah anggota, lalu penutupan acara.

Euna dan teman-teman anggota pos terakhir materi pelantikan sedang sibuk membereskan peralatan untuk dimasukkan kembali ke kardus saat ia mendengar derap langkah seseorang berlari.

"Euna! Choi Euna! Mana Euna?!"

Suara itu milik Kim Donghan yang bersimbah keringat. Kelihatannya benar-benar berlari kencang menuju pos mereka.

"Ngapain lo lari-lari gitu, Han?" tanya Sewoon heran.

Donghan mengabaikan pertanyaan Sewon. "Euna mana? PLEASE, URGENT!"

Semua menatap Donghan kebingungan sampai Euna mengangkat tangan. "Aku di sini."

"Ah, syukurlah. Ayo, ikut gue, Eun! Ditunggu Daniel di pos satu," ajaknya. Namun ketika melihat Euna bergeming, Donghan membentaknya. "SEKARANG!"

Dibentak seperti itu membuat Euna kaget dan tersinggung, namun dia tetap mengikuti Donghan berlari menuju pos satu. Semakin mendekati pos satu, Euna bisa melihat ada kerumunan kecil di sana.

"Minggir, woy! Minggir!" Donghan membentak lagi, membuka jalan agar ia dan Euna bisa lewat. "Daniel, nih gue bawa Euna."

Pada saat itulah, Euna bisa melihat Daniel bersimpuh di sebelah tubuh adik tingkat mereka yang berbaring di tanah. Wajah Daniel pucat tapi masih berusaha tidak terlihat panik. Adik tingkat itu memegang lehernya, bernapas seperti tercekik sambil menangis. Euna langsung tahu ada yang tidak beres.

"Hoobae, kamu bisa dengar saya?" Euna bersimpuh juga di dekat telinga adik tingkat itu dan bertanya dengan suara keras.

Adik tingkat itu—perempuan, mungil—semakin mencengkram lehernya. "N-nggak bisa napas, Sunbae ... Ra-rasanya tercekik ..."

Euna cekatan melepaskan dua kancing baju teratas dan melonggarkan celana si adik tingkat. Ia juga melepaskan tangan si adik dari leher.

"D-dong ..." panggil Euna keras, berusaha agar suaranya tidak bergetar. Tahu bahwa Donghyun ikut berlari menyusulnya ke pos satu.

"Ya?" tanya Donghyun sigap.

"Tolong ransel aku ..."

"Dimana?"

"Pos kita ..."

Tanpa bertanya lagi, Euna mendengar langkah kaki Donghyun yang berlari menjauh. Ia mengenggam tangan adik kelas mereka yang masih menangis dan sesak napas.

Please, jangan terlambat ...

-bersambung.-

An. A glimpse of what happened in the past huhuhu

Any vote, comments or added to lib/reading list will help me write more. Thanks.
-Ki.

04:04Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora