18. Keluarga

1K 265 101
                                    

"Eun, itu ..."

Ternyata bukan hanya dirinya yang menyadari sosok yang kini hanya berjarak satu meter saja dari mereka. Bisikan Donghyun membuatnya ingat bahwa dia tidak sendiri dan dia bisa menghadapi ini seperti dulu-dulu. Walau ...

Astaga! Ibunya sedang di rumah sakit, demi Tuhan! Bagaimana mungkin ayahnya tega ... ah, sudahlah.

"Jalan terus, Ddong," kata Euna mati-matian menunjukkan wajah datar pada pria itu. "Pura-pura nggak kenal aja."

Ia berjalan lurus, sengaja mengangkat dagu sedikit, sama sekali tidak menoleh pada pria itu. Ia boleh saja terlihat tidak peduli, tapi cengkramannya pada tali ransel Donghyun membuktikan sebaliknya.

Mereka berjalan sampai tiba-tiba Donghyun berhenti di depan kedai es krim.

Ice cream. Their moodmaker.

"Mau bungkus atau makan di sini?" tanyanya pelan.

Euna bahkan tidak sadar kalau Donghyun sudah melepaskan cengkramannya dari tali tas dan kini malah menggenggam tangannya erat. Persis seperti ketika ia menggenggam tangan sahabatnya saat melihat adegan pemakaman Yondu.

Two sad people. One with deceased loving father, one with still-living unloving father.

"Bungkus," sahutnya pelan.

Sebab ia tidak yakin berapa lama lagi sanggup menahan bendungan air mata agar tidak bocor.

🎸🎸🎸

Kim Donghyun
Udah siap?
06:12 pm

Choi Euna
Udah
06:13 pm

Kim Donghyun
Nggak usah cantik2 dandannya
Eh dandan yg cantik deng
Mau aku pamerin ke Eomma
06:14 pm

Choi Euna
Berisik
Dasar plin plan
Buruan berangkat!
06:14 pm

Kim Donghyun
Yes maam
06:15 pm

Apa tadi katanya? Mau dipamerin ke Eomma? Sebagai apa, Ddong? Suaka kalau tidak ada yang mau menampung?

Euna menghela napas pelan. Dia berusaha berdandan senormal mungkin, mengenakan gaun pink di bawah lutut agar tidak terlihat terlalu formal, juga tidak terlihat terlalu shabby. Ia yakin isi pesta itu kebanyakan adalah ABG teman-teman Wooshim yang mungkin akan lebih bling-bling darinya.

Donghyun tiba dengan kemeja pink bermotif hitam yang entah bagaimana membuat mereka terlihat color-coordinate. Pantas saja dari tadi dia sibuk menayakan Euna mau pakai baju apa. Senyumnya sumringah ketika melihat rambut Euna yang digerai. Tangannya mengulurkan sesuatu.

Bando.

"Buat apa?" tanya Euna heran.

Donghyun tidak menjawab, tapi malah mendekat dan memakaikan bando itu tanpa izin di kepala Euna. Lagi-lagi ia tersenyum sumringah ketika bando itu sudah terpasang.

"Tuh 'kan, cantik."

Entah itu pujian atau gombalan. Euna memutar bola mata dengan malas. Sedang tidak mood untuk baper dengan sahabatnya.

Rumah keluarga ibu Donghyun masih termasuk kawasan elit meski terletak agar di pinggir Seoul. Euna tahu kalau ini bukan rumah masa kecil sahabatnya. Rumah ini ditempati sejak ibu Donghyun menikah lagi dengan ketua jaksa ternama, Jaksa Park. Rumah besar dengan gaya Eropa klasik.

Pesta sendiri diadakan di taman belakang dilengkapi dengan kolam renang. Adik Donghyun masih berusia lima belas tahun, memberi jarak lima tahun dengan Donghyun. Ketika Wooshim berusia dua belas tahun, Donghyun pindah ke rumah sepupunya, Youngmin. Desas-desus yang mengiringi pernikahan ibu Donghyun dengan Jaksa Park membuat Wooshim tidak menyukai kakak seibunya itu.

"Donghyun ..."

Ibu Donghyun menyambut mereka dan memeluk putranya dengan hangat. Ia mencium puncak kepala Donghyun yang harus menunduk penuh rindu. Lalu, melirik ke arah Euna yang tersenyum gugup. Salah tingkah.

"Lho, Eomma pikir kamu datang sama Youngmin," celetuk ibu Donghyun.

"Hyung lagi nge-date, Eomma. Masa Donghyun intilin terus," elak Donghyun, kemudian menarik Euna mendekat padanya dengan dirangkul. "Eomma, kenalin ini soulmate Donghyun, Choi Euna. Itu lho yang nolongin Donghyun waktu insiden maba," jelasnya.

Ibu Donghyun atau sekarang Nyonya Park maju selangkah dan menangkup wajah Euna dengan kedua tangannya lembut. Matanya berkaca-kaca.

"Duh, Donghyun suka begini emang. Eommonim udah lama pengen ketemu sama kamu, tapi baru dikenalin sekarang," cerita beliau. "Makasih, ya, Cantik. Sudah menolong Donghyun, putra Eommonim."

"Sama-sama," balas Euna pelan.

"Aduh, Eommonim aja biar akrab," katanya ramah. "Kamu udah Eommonim anggap anak sendiri. Yuk, yuk, ikut ke dalam."

Euna mengikuti ibu dan anak itu masuk. Interior rumah ini benar-benar luar biasa. Bahkan rumah Euna dulu saja kalah jauh.

"Maaf, Eomma nggak bilang kalau Park Aboeji sakit tiga minggu lalu. Kamu tahu sendiri ..." Ucapan Nyonya Park menggantung sembari melirik tak enak hati ke arah Euna. Mungkin merasa tak etis melibatkan dirinya dalam pembicaraan rahasia keluarga.

"Nggak apa-apa, Eomma," ujar Donghyun kali ini menggenggam tangan Euna lagi. "Dia tahu semuanya."

Ada semacam tatapan aneh yang diberikan Nyonya Park saat melihat genggaman tangan Donghyun. Wanita itu memeluk Euna begitu saja.

"Eommonim titip Donghyun, ya," bisik beliau pada Euna yang hanya bisa melongo bingung. "Ayo, kasih salam sama Aboenim sekalian Eomma kenalkan dengan adik-adik Donghyun."

Adik-adik?

Donghyun masih punya adik selain Wooshim?

Euna menatap Donghyun bingung, tapi sahabatnya hanya tersenyum muram dan mengeratkan genggaman tangan mereka. Alhasil Euna mengamati sekitar dan pandangannya jatuh pada foto keluarga besar yang terpajang di dinding. Keluarga mereka punya satu  anak laki-laki lagi.

Euna membelalak.

Dia 'kan ...?!

-bersambung.-


An. Udah pasti bisa nebaklah yaa itu siapa? Wkwkwk.
Tuh eatjahe, si Ddong udh modalan dikit lol

04:04Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang