24. Rekonsiliasi

1.1K 294 190
                                    

For some people, family is not taken for granted.

Kalimat yang diucapkan Euna untuk Woojin anehnya malah menganggu dirinya sendiri. Hatinya terusik, bertanya-tanya apakah sebenarnya dia juga seperti Woojin? Taken family for granted? Ia melirik ponselnya.

Just Ignore
Sodam sdh melahirkan
Km mau lihat keponakanmu?

Pesan singkat itu sejak sore tadi tidak dibalasnya. Ia meragu. Tidak langsung menghapus pesan itu seperti biasanya. Kalimat yang menganggungnya berefek dashyat.

"Ddong ..." panggilnya pelan pada Donghyun yang tengkurap di kasur Euna, terusir dari flatnya sendiri karena malam ini anniversary Sewoon-Chaekyung.

Mata Donghyun yang hampir menutup langsung terbuka lagi.

"Apa?"

"Ke rumah sakit, yuk."

Donghyun melompat dari kasur secepat gerakan ninja-ninja dan langsung memeriksa tubuh Euna.

"Mana yang sakit? Kamu susah napas? Inhaler kamu habis? Kamu—"

Euna terkekeh. "Aku nggak apa-apa, Dongdong."

Donghyun menghela napas lega, tapi kemudian mengernyit lagi. "Terus ngapain ke rumah sakit?"

"Jengukin keponakan ...?" jawab Euna tak yakin sambil mengigit bibir.

"Serius?"

Euna mengangguk pelan, tapi wajah Donghyun sudah terlanjur berbinar.

"Ayo!"

🎸🎸🎸

Setelah menghabiskan satu jam berdebat di toko bayi tentang kado apa yang harus mereka beli, akhirnya Euna dan Donghyun tiba di depan ruang rawat Nyonya Choi Minho. Untuk sesaat, keberanian dan niat yang tadi dikumpulkan Euna menciut. Bagaimana kalau ternyata ada Appa atau Eomma di dalam? Bagaimana kalau ternyata semua pesan itu hanya basa-basi dan Minho Oppa tidak benar-benar berharap ia datang? Bagaimana ...

Tiba-tiba Donghyun menggenggam tangannya. "Kita masuk sekarang, ya?" Senyum malaikat itu mengembang.

Euna menurut dan ikut saja ketika Donghyun menariknya masuk.

Di dalam ruangan, Sodam duduk di atas ranjang dengan suaminya berdiri di dekat jendela sedang menimang bayi mereka.

"Euna! Donghyun! Kalian datang!" seru Sodam bahagia.

Minho ikut menoleh dan senyum lebar tercetak di wajahnya. Ia mengarahkan wajah bayi dalam gendongannya pada Euna dan Donghyun.

"Lihat, Yoogeun! Bibi dan Pamanmu ada di sini. Ayo, kita kenalan!" ucapnya pada si bayi.

Euna tahu kalau Donghyun mencintai anak-anak. Ia senang memangku sepupu pacar Youngmin dan bahagia sekali ketika disuruh mengasuh Daerin, adik Daehwi. Tapi, ia tidak pernah tahu kalau sahabatnya juga mencintai bayi.

Tanpa ragu, bayi laki-laki yang belum berumur satu hari sudah berpindah ke dalam gendongan Donghyun. Senyum Donghyun secerah mentari saat menatap Yoogeun seolah bayi itu keponakannya sendiri.

"Eun, Yoogeun lucu banget! Kok bisa copy paste Minho Hyung gini, sih?" komentarnya yang membuat Sodam dan Minho tertawa.

Euna ikut mendekat, hanya berani memainkan jari si bayi saja. Terlalu takut untuk mencoba menggendong. Jari mungil itu menggenggam erat telunjuk Euna. Entah mengapa perasaannya menghangat.

Setelah mengobrol singkat, Euna duduk berdua dengan Minho di lorong sambil meminum segelas cokelat hangat. Donghyun ditinggal di ruang rawat Sodam, menonton bayi Yoogeun tidur sambil mengobrol dengan sang ibu muda.

"Makasih sudah datang, Eun," kata Minho pelan, menggenggam tangan adiknya. "Kamu tahu ini berarti sekali buat Oppa dan Sodam Eonni."

Euna hanya diam. Dia sudah lupa kapan terakhir kali tangannya digenggam sang kakak. Untuk kali ini, dia membalas genggaman tangan Minho.

"Aku minta maaf, Oppa." Euna mengaku dengan suara bergetar. "Aku minta maaf karena selalu mengabaikan Oppa."

Tangisnya pecah. Air matanya jatuh satu persatu.

Euna mengakui dia salah. Dia marah dan iri pada Minho. Di saat keluarga mereka tercerai-berai, Minho sudah memiliki sandaran melalui Sodam. Dia iri karena Minho tidak sendiri. Dan dia marah merasa sang kakak telah meninggalkannya. Jadi, abai adalah satu-satunya pilihan yang dia punya.

"Ssh, jangan nangis, Eun." Minho mengusap pipi Euna penuh sayang seperti saat mereka kecil atau setiap kali Euna menangis menyaksikan ibu mereka kambuh. "Oppa juga minta maaf. Walaupun kamu mengabaikan Oppa, Oppa tidak akan menyerah padamu."

Minho merengkuh sang adik. "Family will always be family."

Mereka berpelukan cukup lama sampai tangis Euna mereda.

"Appa tidak bisa datang, cuma mengirimkan hadiah mewah," cerita Minho lagi. Ah, kini Euna tahu tumpukan kado berisi peralatan bayi mahal di sudut kamar dari siapa. "Eomma masih dirawat. Kondisinya belum membaik. Kamu benar-benar tidak mau jenguk?"

Euna mengigit bibir. "Eomma hanya akan tambah sakit kalau melihatku."

Minho menghela napas. "Eun ..."

"Oppa, maaf. Untuk yang satu itu ... aku benar-benar nggak bisa," tolak Euna tegas.

Minho menyerah, tidak memaksa lagi. "Apa kamu mau tinggal bersama Oppa dan Eonni mulai sekarang?" tanyanya.

Euna menggeleng. "Aku akan datang berkunjung sesekali."

"Jangan sesekali! Kamu harus sering datang, ya, Eun! Awas kalau tidak, Oppa akan suruh orang menjemputmu!"

Euna terkekeh.

"Donghyun menjagamu dengan baik, 'kan?" Minho memastikan.

"Selalu," jawab Euna tanpa ragu.

Hari itu Just Ignore kembali menjadi Minho Oppa di kontak ponsel Euna.

🎸🎸🎸

"Satu pasang sepatu bayi lagi buat apa, Ddong?" tanya Euna heran mengangkat sepatu mungil dalam kotak. Sepasang lagi sudah dihadiahkan untuk Yoogeun.

"Buat kita," sahut Donghyun sambil terus menyetir.

"Hah?"

Apa Euna salah dengar karena hujan deras di luar?

Donghyun diam sesaat. Terlihat serius memikirkan sesuatu.

"Aku ingin kita bisa seperti Minho Hyung dan Sodam Nuna," katanya pelan. "Kalau kamu?"

Jantung Euna skip.

Ia terpaku.

-bersambung.-

An. Aehehehhe
-Ki.

04:04Where stories live. Discover now