15. Jurus

1.1K 283 127
                                    

Tangan Euna merogoh saku depan ransel, mencari kantong P3K yang selalu dibawa. Ia mengeluarkan plester luka bergambar Pororo dan membalutnya pada luka kecil di jari Donghyun. Sumpah, itu cuma luka lecet yang akan tertutup dalam waktu hitungan jam. Euna tahu sahabatnya sengaja bertingkah manja begitu di hadapan Dahyun.

"Kok bisa luka, Oppa?" tanya Dahyun panik.

Berlebihan, batin Euna dalam hati. Ya, namanya juga sedang naksir. Apa-apa jadi serba terlihat berlebihan kalau berkaitan dengan doi.

"Iya, gara-gara main gitar tadi," jawab Donghyun, lalu menoleh pada Euna. "Itu senar gitar anak FK ada skalpelnya kali ya. Tajam amat."

"Kayak tahu aja kamu mana yang namanya skalpel," celetuk Euna meremehkan.

Donghyun tertawa garing, disusul kikik manis Dahyun.

"Ya tahulah. Aku sering ikut tahu kalau pacarnya Youngmin Hyung ngasih ceramah," balas Donghyun.

Euna hanya mencibir, sedangkan Dahyun menatap mereka dengan tertarik. Euna tahu si adik tingkat pasti merasa tidak nyambung dengan obrolan mereka. Jelas dia tidak mengenal lingkar pertemanan Donghyun sebaik Euna.

"Makasih, Oppa," ujar Dahyun saat mobil Donghyun menepi di depan rumah besar berpagar hitam. Wajar, lingkungan rumah Dahyun termasuk kawasan elit. "Oppa mau masuk dulu? Biasanya Eomma sudah masak makan malam enak," tawarnya.

Dalam hati, Euna hanya bisa meringis. Dahyun bahkan tidak menawarinya mampir. Hanya Donghyun.

Tanpa banyak pikir, Donghyun menggeleng. "Nggak usah. Saya selalu makan malam di flat Euna," tolaknya yang membuat Euna melotot.

Kenapa dia malah buka rahasia?

Donghyun melambai sekilas pada Dahyun, lalu segera menjalankan mobil meninggalkan kawasan elit tersebut.

🎸🎸🎸

"Ddong ..."

"Hmm?"

Panggilan Euna hanya dijawab dengan gumaman oleh Donghyun yang sibuk menyetel senar gitar. Wajahnya serius sekali, berbeda jauh kalau sedang dalam kondisi biasa. Apalagi ketika meledek atau menggoda Euna. Kalau Donghyun berdekatan dengan gitar, sifat tengilnya tidak kelihatan.

"Kamu sengaja ya tadi?" tanya Euna lagi sambil melirik ke arah Donghyun. Lelaki itu duduk di karpet sebelah tempat tidur, sedangkan ia sedang mencuci peralatan bekas makan malam mereka di wastafel dapur.

"Yang mana?" Donghyun masih fokus dengan gitar.

Euna menghela napas, membilas piring dan mangkuk satu persatu. "Yang sama Dahyun tadi."

Lama Euna tidak mendengar jawaban Donghyun dan betapa kagetnya ia saat menyadari Donghyun sudah berdiri di sebelahnya, membantu mengeringkan peralatan makan. Sejak kapan Donghyun ada di situ? Anehnya, jantung Euna skip lagi. Ia mulai merasa sebal sendiri karena frekuensi jantungnya melompat-lompat begitu semakin meningkat setiap kali berada di dekat Donghyun.

Ia penasaran, apakah Donghyun merasakan hal yang sama?

"Iya, sengaja," jawab Donghyun pelan.

Tugas mencuci piring sudah selesai. Euna mulai mengembalikan peralatan makan yang sudah dikeringkan Donghyun pada tempatnya semula.

"Kenapa?" tanyanya.

"Biar dia sadar," jelas sang sahabat. "Sama kayak aku genggam tangan kamu biar ngusir cowok-cowok ganjen yang ngincar kamu. Aku pamer kita berdua dekat juga biar ngusir cewek-cewek yang deketin aku."

"Pppft," cibir Euna meledek. "Emangnya kamu yakin dia lagi dekatin kamu?"

Tangan Donghyun yang tidak memegang lap mencubit pipi gadis itu gemas. "Nggak usah pura-pura nggak sadar, deh. Mana ada baru beberapa kali ngobrol di sekre udah berani panggil aku Oppa. Lagian udah beberapa kali juga dia minta tolong ditemenin urusan BEM berkedok jalan bareng. Untung ada Chaekyung yang suka pinter bantuin nyari alasan ngeles," curhatnya panjang.

Mendadak Euna merasa sahabatnya lucu sekali. Pasti Donghyun sudah lama menahan diri untuk tidak bercerita padanya. Ia heran juga. Mana ada lelaki yang terganggu didekati gadis manis seperti Dahyun.

"Ck, kalau gini terus kapan kamu punya pacar, Ddong?" tanya Euna retoris sambil meletakkan sumpit di dalam kabinet dapur.

Donghyun mengelap mug couple yang selalu mereka pakai. Mug itu dibeli ketika ada sale besar di IKEA dengan alasan beli satu gratis satu. Tak peduli meski masing-masing mug itu bertuliskan boyfriend dan girlfriend. Kata Donghyun, faktanya mereka memang 'friend', 'kan?

"Udah masanya kita mulai bahas pacar, ya?"

Ucapan Donghyun tidak dimengerti Euna.

"Hah? Apa?"

"Udah satu tahun lebih sahabatan, apa sekarang udah waktunya kita mulai bahas pacar?" Donghyun mengulang pertanyaannya.

Euna tidak menjawab. Sejak kemunculan Woojin, juga kehadiran Dahyun dan ditambah dengan kondisi jantungnya yang sering skip tidak tahu tempat setiap bersama Donghyun, ia harus mengakui kalau ia pernah berpikir mengenai pacar. Dulu sama sekali tidak terpikirkan karena dekat dengan seseorang yang tidak dikenalnya adalah misi yang tidak mungkin dilakukan Euna. Tapi ia sudah berubah. Sekarang ia punya lebih banyak teman.

Berkat Donghyun.

Tidak ingin membahas pertanyaan Donghyun, Euna berjinjit untuk menyimpan mangkuk di kabinet atas. Biasanya Donghyun yang selalu menyimpan barang di kabinet atas atau ia harus memakai kursi karena tingginya tidak memadai. Namun, kali ini ia memaksa melakukannya sendiri tanpa kursi. Akibatnya, mangkuk itu nyaris terjatuh membentur kepala gadis itu kalau tidak ditahan Donghyun.

Entah bagaimana sahabatnya sudah berada di belakang punggungnya. Tangan kanan Donghyun menahan mangkuk yang tidak stabil di dalam kabinet, sedangkan tangan kirinya diletakkan di kening Euna, melindungi kepala gadis itu kalau-kalau mangkuk itu benar-benar jatuh. Degup jantung Euna mulai meliar dan ia menahan napas.

Donghyun sudah mengamankan posisi mangkuk di dalam kabinet, namun ia tidak beranjak satu senti pun. Perlahan Euna berbalik menghadap sahabatnya bersamaan dengan wajah Donghyun yang menunduk. Wajah mereka dekat sekali dengan kontak mata yang tak terputus. Akhirnya Donghyun bicara lagi.

"Bisa nggak kalau kita tetap begini aja?"

-bersambung.-

04:04Where stories live. Discover now