11. Bermain

1.2K 284 58
                                    

Piket BEM berlangsung dari jam dua siang atau selesai perkuliahan sampai jam tujuh malam. Tugasnya menjaga kerapihan sekretariat BEM, beres-beres bila ada yang berantakan dan menerima surat atau tamu yang datang. Hari ini Euna piket bersama Donghyun sambil membahas rencana persiapan untuk kegiatan Olimpiade Ilmiah Teknik. Mereka baru selesai membuat rancangan timeline saat Sewoon dan Chaekyung muncul di sana.

"PSDMO disuruh bikin team bonding minggu depan biar kita balik lagi kayak awal. Nggak suram gini," cetus Chaekyung menghela napas keras sambil meletakkan tas dan barang-barang yang diduga Euna sebagai peralatan team bonding.

"Lah, 'kan kemarin pas pelantikan udah team bonding?" Donghyun bertanya heran.

"Emergency, Donghyun," jelas Chaekyung tidak sabar sambil mengusap pelipisnya. Mungkin pusing karena harus memikirkan mau bikin acara apa.

Sewoon menepuk punggung Chaekyung lembut, lalu menyerahkan botol air minum. "Nih, minum dulu."

"Makasih, Sayang."

Euna dan Donghyun saling berpandangan dengan memutar bola mata jengah. Dasar orang kasmaran!

Im Youngmin memang marah besar tempo hari.

Setelah kejadian gawat darurat sesak napas adik tingkat, ia memanggil semua pengurus inti dan pengurus harian dalam hal ini kepala dan wakil kepala biro/departemen untuk ikut rapat mendadak. Ia mengingatkan mereka semua untuk lebih peduli pada staf masing-masing, merasa sangat kecolongan karena situasi kemarin sampai terjadi. Youngmin memang tidak marah-marah sampai berteriak, tapi nada dingin dan datar saat ia bicara seratus kali lebih menyeramkan dibandingkan kalau ia marah dengan berteriak.

Akhirnya, atas titah Youngmin, semua kepala biro/departemen wajib mendata ulang riwayat penyakit dan kesehatan para staf yang sebenarnya sudah tertera saat pendaftaran awal BEM.

Memang lima hari sudah berlalu sejak kejadian itu, namun para anggota BEM terutama adik tingkat masih merasa tidak nyaman padahal Youngmin sendiri tidak merasa ada masalah lagi.

"Ya sudah, daripada pusing hari ini kita main aja, mau nggak?" ajak Donghyun random. "Besok weekend, 'kan? Lagian piket bentar lagi selesai."

"Yok!" Sewoon setuju.

"Ikuut!" Chaekyung menambahkan.

Tinggal Euna yang terdiam. Bukannya dia nggak ingin kabur, tapi kalau itu artinya harus pergi bersama Sewoon dan Chaekyung ... 

Sepertinya ia belum siap.

"Eun?" Donghyun menyenggolnya.

Euna tergagap. "Eumm ... aku ..."

"Please, Euna ..." bujuk Chaekyung penuh harap sambil mengatupkan kedua tangan memohon.

Tidak tega, Euna menghela napas dan mengangguk disusul teriakan hore dari Chaekyung yang membuat mereka dilirik Youngmin lalu buru-buru keluar sekretariat.

🎸🎸🎸

"Kalian cari buku dulu aja. Kita mampir ke toko musik di sebelah, mau lihat tali gitar," ujar Sewoon.

Euna dan Chaekyung mengangguk, lalu mereka berpisah jalan dengan Donghyun dan Sewoon. Ia melihat-lihat rak buku impor sedangkan Chaekyung bilang ia mau cari buku resep kue.

Ada buku George Orwell yang terbaru di rak, tapi Euna terlalu pendek untuk mengapai buku itu. Ia melihat kiri-kanan, lalu berjinjit namun tetap tidak sampai. Wajahnya cemberut. Coba kalau ada Donghyun. Sahabatnya biasa mengambilkan novel di rak yang tinggi.

Euna baru akan minta bantuan petugas toko buku saat tiba-tiba seseorang menyodorkan buku itu padanya.

"Suka George Orwell, ya?"

Ah, dia lagi. Si rambut merah dengan gingsul.

Euna mengangguk, mengambil buku ini dan mengucapkan terima kasih.

"Sendirian?" tanya cowok itu—Park Woojin.

"Bareng teman," sahut Euna menunjuk asal ke arah Chaekyung menghilang tadi. Ia mendadak merasa insecure ketika Woojin mengajaknya bicara lebih dulu. Padahal ketika ada Daehwi dulu, lelaki itu irit bicara.

Mungkin Woojin menyadari ketidaknyamannya karena mendadak ia tertawa, memamerkan gingsulnya.

"Aku juga beli buku. Bukan ngikutin kamu, kok," katanya menunjukkan buku self-help yang ada di tangannya.

Euna hanya mengangguk-angguk. Ingin kabur, tapi takut tak sopan. Belum lagi, Woojin bicara dengannya menggunakan aku-kamu seolah mereka akrab, meski Euna tidak berani protes. Anggap saja memang begitu kebiasaan Woojin.

"Kalau bareng teman, aku nggak bisa ngajak makan dong," tukas Woojin lagi.

Blank.

Euna melongo. "Hah?"

Woojin menyeringai. "Lain kali kalau gitu, makan bareng aku, ya?"

Terlalu kaget dan bingung, Euna masih membelalak dan mengerjap. Sama sekali tidak merespon.

Bukannya marah atau tersinggung, Woojin malah tertawa lagi. Ia menarik novel George Orwell lalu membawanya ke kasir. Euna yang tersadar langsung mengikuti.

"Eh, eh, kok dibayarin?" tanyanya, berusaha mencegah namun gagal.

Novel itu terlanjur dibayar Woojin. Ia menyerahkan kembali novel itu pada Euna. "Nih, token of my promise. Jadi, harus mau ya kalau diajak makan bareng."

Euna mengernyit, mulai tak suka dengan gelagat pemaksa ala Woojin. Ia memberikan kembali novelnya pada lelaki itu.

"Kalau mau ngajak, ngajak aja. Bukan dipaksa—"

"Euna!"

Panggilan Chaekyung menginterupsi kalimat Euna. Gadis itu menghampirinya dan Woojin yang masih ada di dekat kasir.

"Udah bayar?" tanyanya heran.

Euna menggeleng, kemudian melirik Woojin yang tersenyum sekilas pada Chaekyung.

"Pegang dulu, ya. Nanti aku hubungi," katanya meletakkan novel itu dalam genggaman Euna, kemudian pergi begitu saja.

Chaekyung menatap punggung Woojin yang menjauh dengan tertarik. "Siapa, Eun?"

"Teman," jawab Euna singkat, sambil menatap novel di tangannya.

Dasar Woojin sombong! Memangnya dia bisa menghubungi Euna kalau tidak punya kontaknya?

-bersambung.-

An. Akkk ini ceritanya Be Mine aka grup chat mereka lg teambonding. Penasaran ga siapa2 aja isinya Be Mine?

Teman2, makasih yaa udh vote, komen dan add ke lib/reading list yaa. Baca 1 kalimat komen dari kalian tuh berarti banget.

Luv,
-Ki.

04:04Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin