17. Luka Lama

1.1K 270 57
                                    

'Sudah saatnya melepaskan'.

Melepaskan apa atau siapa? Donghyun?

Selama ini, Euna tidak pernah merasa mengikat Donghyun. Mereka bersahabat dekat tanpa ada aturan tidak boleh berteman dengan siapa. Bebas. Lantas, bagaimana dia bisa melepaskan kalau tak pernah mengikat?

Ah, ataukah Donghyun masih beranggapan dia berhutang budi pada Euna?

Euna menghela napas. Mungkin helaan napasnya terlalu keras sampai Donghyun menoleh padanya.

"Kenapa?" tanya Donghyun heran. Sejenak meletakkan gitar dan berlembar-lembar kertas musik di atas karpet. Euna tidak mengerti musik, jadi dia tidak tahu apa yang sedang dikerjakan Donghyun sejak beberapa hari yang lalu. Mungkin proyek dengan trio gitarnya.

Euna menggeleng dari posisinya di depan meja belajar. "Kamu nggak pulang?" tanyanya. Ia melirik jam dinding sekilas.

04:04 pm.

"Nanti jam 6 harus ke basecamp, ngerjain tugas," sahut Donghyun, mengumpulkan kertas musik ke dalam map. "Daripada pulang ke flat, nunggu di sini lebih dekat."

Ah, Donghyun dan segala tugas teknik sipilnya yang ribet. Untung hari ini Euna cuma ada dua kelas pagi dan tanpa tugas, jadi ia bisa pulang cepat.

"Heh, melamun," tegur Donghyun lagi. "Mikirin apa, sih? Surat kemarin?"

Lagi, Euna menggeleng. Salahkan Chaekyung yang kemarin membaca surat tak dikenal itu keras-keras di hadapan Youngmin, Sewoon dan Donghyun. Isinya seperti ancaman halus sekaligus sindiran yang membuat Chaekyung semakin merasa bersalah karena surat rahasia itu adalah idenya.

Bohong kalau Euna bilang ia tidak peduli. Mungkin ia tidak menunjukkannya, tapi belakangan ini apapun yang terkait Donghyun selalu membuatnya berkali-kali lipat lebih sensitif.

"Kamu kok akhir-akhir ini sering banget ke sini, Dong?" tanyanya heran. Sekarang hampir setiap Euna pulang pasti Donghyun mampir.

"Kusedih soalnya udah nggak dicariin sama Alpaca dan Ponyo," curhatnya sambil menggenjreng nada sedih dengan gitar.

"Hah?"

"Iya, sejak Youngmin Hyung punya pacar, terus Sewoon jadian sama Chaekyung, otomatis Youngdongpo jadi urutan ketiga setelah keluarga dan pacar," jelasnya merana. "Mana tiap aku pulang kadang mereka bawa pacar ke flat, 'kan aku makin kelihatan menyedihkan."

Euna tertawa geli. Ada-ada saja. Ia hampir saja refleks menyuruh Donghyun cari pacar, namun segera tutup mulut. Bisa gawat kalau ia melanggar perjanjian mereka untuk bahas pacar.

"Eh, hampir lupa." Donghyun merogoh ponselnya, membuka sebuah gambar dan menunjukkan pada Euna.

Undangan ulang tahun Wooshim.

"Temenin aku datang, ya?" pintanya.

Euna mengigit bibir. Ia tahu kalau tahun-tahun sebelumnya Donghyun selalu datang bersama Youngmin, termasuk saat mereka sudah dekat. Sahabatnya mengerti saat itu ia masih sulit diajak bergabung dengan orang-orang yang tidak dikenal.

"Youngmin Oppa nggak datang?" tanya Euna basa-basi.

"Nggak mau. Dia bilang katanya males ditempel mulu sama Wooshim. Nanti pacarnya marah. Makanya aku ngajak kamu," ujar Donghyun meletakkan gitar dan menatap Euna lekat. "Mau, ya?"

Donghyun pasti datang karena dia tidak akan mengecewakan ibunya dan Euna tidak akan tega membiarkan sahabatnya datang sendiri. Tidak setelah apa yang terjadi pada rencana piknik dulu.

Akhirnya, ia mengangguk.

"Yeay, besok temenin beli kado sekalian, ya!"

🎸🎸🎸

Panggilan masuk dari Just Ignore.

Euna menghela napas, menekan tombol reject tanpa berpikir. Sudah kepalang terbiasa melakukan hal itu. Selalu, kalau panggilan ditolak, maka pesan singkat menyusul.

Just Ignore
Eomma dirawat
Kamu mau jenguk?
02:34 pm

Ada rasa sesak di dada Euna mendengar kabar itu, tapi sampai kapan pun dia tidak akan sudi menjenguk wanita itu. Lagipula bukankah sakitnya akan semakin parah kalau wanita itu melihatnya?

Tangan Euna menyentuh pilihan delete, menghapus jejak seluruh pesan tadi sekaligus berharap menghapus uneasiness yang dirasakannya.

"Euna, ditungguin Donghyun tuh di depan," seru Kim Jaehwan, teman sekelas sekaligus anggota trio gitar Donghyun.

Ah, Donghyun kenapa tidak masuk saja, sih? Kelas Euna sudah selesai kok.

Ia mengucapkan terima kasih pada Jaehwan, lalu memasukkan diktat, binder dan iPadnya ke dalam ransel. Beranjak menemui Donghyun yang sedang mengobrol bersama Gwanghyun, sepupu Sewoon yang satu jurusan dengan Euna.

"Eh, udah kelar. Hyun, gue duluan," kata Donghyun menepuk bahu Gwanghyun sembari pamit begitu melihat Euna muncul dari kelas. Tanpa aba-aba, dia langsung merangkul Euna, membawa gadis itu ke arah parkiran.

"Jadi mau nyari kado?" tanya Euna sambil memasang sabuk pengaman.

"Jadi," jawabnya singkat. "Beli apa ya, Eun?"

Euna berpikir sejenak. "Dulu kamu ngasih apa?"

"Amplop isi uang," sahut Donghyun polos sambil menyetir keluar area parkir.

Sinting! Adeknya ulang tahun malah dikasih amplop isi uang. Euna menoyor kepala Donghyun.

"Lah, kamu kira orang kondangan," decaknya gemas. "Kasih make-up aja. Seumuran Wooshim pasti suka."

Donghyun hanya mengangguk-angguk pasrah dan akhirnya mereka berakhir di gerai kosmetik salah satu mall. Euna memilihkan set komestik mata, maksudnya maskara, eyeshadow, eyeliner dan primer, yang sedang nge-tren. Memilih kado untuk Wooshim hanya menghabiskan waktu satu jam karena Donghyun memang tidak ribet.

Setelah beli kado, mereka tidak langsung pulang melainkan jalan-jalan dulu. Euna memicingkan mata saat melihat sosok familiar yang berjalan dari arah berlawanan. Tubuhnya kaku ketika sadar ia benar-benar mengenali pria itu, meski tidak dengan gandengannya.

Sesaat mereka berkontak mata dan pria itu terlihat terkejut.

-bersambung.-

04:04Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang