2. Untuk yang Terbaik.

1.5K 135 2
                                    

Biarlah kulepas dirimu..
Meski sakit terhujam rindu.
Biarlah angin dan salju membeku kan mu. Biarlah rasamu terbang dan hanyut bersama aliran darah yang terpancar keluar bersama cintaku.

***

Tatapan itu ... begitu mengusik nya, hatinya sakit melihat seseorang yang ia cintai menatap penuh kekecewaan. Mata elang miliknya sanggup meluluh lantakan perasaannya saat ini.

"Kenapa kau tidak memberi tahuku?."

Kenan, lelaki bertubuh tegap itu memang baru mengetahui satu fakta, yang sungguh membuat segalanya akan berakhir percuma. Tangannya terangkat untuk menggenggam tangan lembut kekasihnya, calon istrinya, tunangannya. Namun dengan cepat Alqyra segera menjauh, menciptakan jarak yang lebih jauh dari sebelumnya.

"Jangan sentuh aku, kumohon ...." ucap gadis itu dengan mata sayunya.

"Kenapa?"

"Kau bukan mahramku, kau tidak boleh menyentuhku!." Ucapnya mencoba untuk dimengerti.

"Kenapa? Apa alasamu menjadi seperti ini?."

"Maaf ... aku rasa, semua sudah berakhir." Perlahan dilepasnya cincin dengan permata cantik yang menghiasinya.

"Tidak! Tidak ada yang berakhir, hari pernikahan kita tinggal satu bulan lagi. Dan ...." Kenan tidak dapat meneruskan ucapannya, satu bulir air mata lolos dari pelupuknya. Membuat Alqyra semakin merasa bersalah dibuatnya. Gadis itu ikut menangis dalam diam.

Lelaki yang tengah berdiri dihadapannya ini sangat mencintai dirinya, begitu juga sebaliknya. Namun apa boleh buat, mereka berbeda. Dan perbedaan ini tidak dapat menembus batas yang menjulang, batas yang terbentuk oleh sebuah keputusan akan keyakinan.

Alqyra memang mencintai Kenan, tapi rasa cinta itu tidak dapat ia jual dan tukarkan dengan agamanya saat ini. Meski rasa cinta kepada Sang Rabbi belum dapat ia curahkan seutuhnya, tapi rasa itu terlampau besar dan mampu mengokohkan dinding pembatas itu.

"Kenapa kau tidak memberitahuku tentang keputusan ini?."

"Karena kau tidak akan mengizinkannya Kenan." Qyra menggeleng lemah.

Mengusap wajahnya dengan kasar, Kenan sungguh tidak mengerti dengan keputusan besar Qyra. Gadisnya sungguh keras kepala, apa pun yang akan diucapkannya tidak akan mengubah segalanya. Benar, semua telah berakhir.

"Apa kau bahagia?." Ditatapnya lekat wajah yang terlihat lebih meneduhkan itu.

"Sangat Kenan, sangat bahagia."

"Meski tidak ada lagi aku dihidupmu?."

Mengangguk pasti, dengan bulir air yang terus meluruh.
"Ya..!" Sedikit berat mengatakan hal itu, karena Qyra tahu. Dia tengah meremukkan hati lelaki dihadapannya.

"Aku mencintaimu Qyra, tidak bisakah kita kembali seperti dulu?."

Tertegun mendengarnya, Alqyra hanya bisa menggeleng cepat. Keputusan besar dengan menjadi seorang muallaf adalah keputusannya yang paling benar selama hidupnya, tidak akan rela Qyra melepasnya.

Apalagi hanya karena lelaki yang belum pasti menjadi jodohnya. Karena gadis itu percaya Allah akan mempertemukan dirinya dengan Imam dunia akhiratnya, seorang Imam yang akan menjadikannya bidadari surga. Seorang Imam yang akan menuntunnya pada jalan yang benar.

Ja, ich bin ein MuslimWhere stories live. Discover now