• Part 18 • Interaksi || Kepercayaan

154K 9.4K 321
                                    

"Gue gak mau ikut campur lagi!"

"Lo udah janji bakalan bantu gue buat dapetin Anne! Gue gak bego ya!"

"Tapi gue gak mau lakuin itu!"

"Terus lo mau gimana?! Kita sama-sama dapat untung disini! Lo dapetin Pak Marcus! Gue dapetin Roseanne!"

"Tapi gue gak mau lakuin itu!"

"Ck, karena lo terlalu jatuh cinta sama dia! Kenapa lo gak terima Mas Chandra waktu itu?"

Cewek itu terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan cowok di depannya ini. Cowok itu tersenyum sinis mengejek perempuan di depannya.

"Gue tau lo suka sama Pak Marcus dari awal dia masuk ke kampus! Dan lo udah tau kalo gue suka sama Anne dari kita SMP! Mana yang lebih sakit?" Tanya cowok itu menatapnya.

Cewek itu terdiam mendengarnya. Cowok itu berdiri dari duduknya lalu mematikan putung rokok di sela jarinya ke asbak.

"Keputusan ini ada di tangan lo. Kalo lo batalin perjanjian ini jangan salahin gue kalo cowok yang lo suka, besok dapet kabar ada di rumah sakit!" Ucapnya lalu pergi meninggalkan cewek itu yang terdiam mendengar ucapannya.


*
*
*

"Nggak baik ngelamun pagi-pagi buta, kesambet nenek lampir tau rasa nanti."

Suara intruksi itu membuat cewek yang duduk di kelas masih sepi itu menoleh ke arah pintu.

"Eh? Selamat pagi Pak Dimas."

Lelaki bernama lengkap Dimas Bian Wijaya.
Tertegun mendengar nama dirinya terucap dari bibir kecil perempuan itu. Dimas pun berjalan mendekati meja yang cewek itu duduki, Kedua tangannya dia masukan ke saku celana hitamnya.

"Sedang apa kamu pagi-pagi di sini? Yang saya tau, kelas kamu nanti jam sembilan Candela?"

Ya perempuan yang sudah berada di kelas sendirian sepagi ini itu adalah Candela.
"Hanya ingin, Pak."

Dimas hanya menganggukkan kepala mendengar itu. Ia pun duduk di meja sebrang yang Candela duduki. "Gimana hubungan kamu sama Anne??"

Candela menoleh pada Dimas, dan itu membuat Dimas mengunci tatapan Candela padanya. Sementara dipikiran Candela,
Darimana Dimas tau masalah dirinya dan Anne?? Dimas membuang tatapannya ke arah lain, lalu menatap Candela kembali.
Ia tau dengan mimik muka Candela yang berubah tanda tanya itu, Dimas mengulas senyum kecil di bibirnya.

"Saya tau masalah kamu sama Anne. Bukan dari Anne atau dari teman-teman kamu yang cerita ke saya."

Candela menundukkan kepala mendengar itu, lalu menoleh ke arah jendela tidak menjawab pertanyaan Dimas.

"Masalah, Kesalah Pahaman, Beda pendapat itu gak akan jauh dari hubungan apapun."

Candela terdiam mendengar itu.
"Lebih baik kalian berdua bicarakan baik-baik. Ini sudah mau sebulan hubungan kalian masih renggang, Dosa loh kalo marahan lebih dari tiga hari." Nasehat Dimas pada Candela.

Candela terdiam mendengar Dimas,
Memang benar nasehat dulu lewat tiga hari dalam marahan itu tidak baik.

"Saya tau, kamu orangnya tidak seperti yang saya dengar, Candela," Ujar Dimas sambil mengusap puncak kepala Candela lalu turun dan pergi keluar kelas. Candela menelungsupkan wajah di kedua tangannya di meja tidak lama dia mengeluarkan isakan kecil.


*
*
*


Anne berjalan pelan di lorong kampus ini.
Dia menundukkan kepala saat beberapa pasang mata masih selalu menatapnya,
Bahkan mencemooh dirinya karena beranggapan saat kecelakaan itu hanya akting belaka.

Sini gue tabrak tubuh lo, biar rasain gimana rasanya di tabrak. Sungut Anne dalam hati.

"Sendirian aja," Ucap suara di samping Anne membuat dirinya menoleh. "Yang lain kemana??"

"Ada di kantin, nih aku mau kesana."

"Oh, Nne. Bisa kita bicara berdua gak??"

Anne terdiam mendengarnya menimbangkan ajakan orang di sampingnya ini.

"Hanya sebentar aja Nne, ada sesuatu yang harus aku omongin," Ucapnya lagi menyakinkan.

Anne pun menganggukkan kepala pelan.
Anne lebih memilih diam tidak bersuara dan sedikit menjaga jarak dengannya. Dia tidak mau ada gosip beredar lagi tentang dirinya dan orang di samping nya lagi. Mereka akhirnya sampai di belakang kampus yang sepi.

"Nne."

Panggilan itu terdengar di telinga Anne,
Membuat Anne yang memainkan ponsel menoleh padanya.

"Kok aku ngerasa kamu ngehindarin aku?"

Anne terdiam mendengarnya, Anne tahu kemana arah bicara orang di sampingnya ini.
"Aku gak ngehindarin kamu Jo," elak Anne menjawab sambil memainkan ponselnya lagi.

"Kamu beneran ngehindarin aku, Nne."

Anne terdiam mendengar lelaki di samping Anne yaitu ternyata Joshua, menatap Anne yang berdiri di depannya.

"Jo--"

"Aku tidak perduli kamu sudah menikah atau belum. Aku tetap menunggu jawaban pertanyaan aku waktu itu Nne," potong Joshua, membuat Anne ikut menoleh dan menatap ke arahnya.

"Jo.. Semua gak segampang itu. Aku tidak mungkin menjawab pertanyaan kamu, Jo."

Joshua menghela napas lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jacketnya.

"Aku bukan lagi perempuan bebas kaya yang lainnya yang masih bisa bebas menerima apapun itu. Ada sesuatu yang melingkar di jari manis aku, Jo." Lanjut Anne sambil menunjukan tangan ke arah Joshua,
Membuat Joshua juga menatap sesuatu yang ada di jari Anne.

"Aku tidak sebebas perempuan lain lagi, Jo.
Aku sudah menikah. Menikah Jo!"

Anne menjelaskan lagi. Joshua kembali menghela napasnya.

"Kita sahabatan dari dulu. Hubungan kita tidak lebih dari itu Jo, Selamanya hanya itu." Suara Anne dengan sedikit tinggi saat mengatakannya.

"Ikatan persahabatan itu bisa berubah, Nne. Tidak selamanya ikatan Persahabatan akan terus seperti itu."

Anne terdiam mendengar apa yang di ucapkan Joshua itu memang benar.

"Semua bisa berubah tanpa kita sadari, Nne. Tidak ada yang melarang jika ikatan Persahabatan berubah jadi ikatan hubungan lebih dari itu."

"Jo ta--"

"Kamu tahu jika aku tidak akan melepaskan apa yang sudah aku tentukan dan apa yang sudah ada di tanganku, bukan?"

Anne sangat tahu bagaimana Joshua, Dia tidak akan melepaskan begitu saja dengan apa yang sudah ada di dalam genggamannya.

"Aku tidak perduli kamu sudah menikah atau belum. Aku tetap akan terus menunggu kamu."

Anne menutup kedua matanya. Dia tidak habis pikir dengan Joshua.

"Jo, aku mohon jangan seperti ini. Aku tidak bisa menerima kamu. Aku sudah menikah.
Aku tidak mungkin menghianati ikatan suci yang sudah aku lakukan dengan suamiku.
Aku tidak mungkin melakukan kesalahan besar sekarang!"

Kemudian Anne pergi dari tempat itu meninggalkan Joshua sendiri yang menatap punggung Anne menjauh darinya. Sementara seseorang yang sedari tadi berdiri di balik pohon besar mendengar semua ucapan Anne dan Joshua itu terdiam.

Setelah dia mendapatkan pesan dari Erga,
jika tadi melihat Anne pergi dengan Joshua ke belakang kampus, membuatnya yang baru saja sampai di ruangan langsung menyimpan buku di meja dan dengan cepat melarikan diri keluar untuk pergi menyusul ke tempat yang di maksud. Dan disinilah dia berdiri sedang menyembunyikan dirinya mendengar percakapan mereka berdua.

"Saya percaya sama kamu, Roseanne."

*
*
*

Dosen • Kutub - [ SUDAH TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang