• Part 13 • Hubungan Joshua?

151K 9.8K 433
                                    

Anne duduk melamun di sofa, sekarang dia sudah ada di rumah. Semenjak Marcus bertanya tentang kejadian itu, Anne tidak bisa mejawab dan memilih untuk diam. Hal itu membuat Marcus mulai kesal. Pada akhirnya Marcus membolehkan Anne untuk keluar ruangannya dan Anne pergi ke kantin sebentar untuk bertemu dengan teman-temannya sebentar untuk pamitan pulang. Karena sudah sore juga dan Anne harus tahu diri. Anne bukan lagi remaja yang bisa seenaknya kekuyuran sampai malam atau bahkan sampai tidak pulang juga.

Tak lama Anne mendengar suara pintu terbuka. Anne masih terdiam karena takut di tanya-tanya lagi oleh Marcus. Sampai Marcus masuk dan berjalan ke arah kamar mereka yang sebelumnya, mereka berdua saling tatap dan Anne langsung menatap layar TV dengan cepat.

Anne mendengar suara air, berarti Marcus sedang mandi. Anne pun menyediakan makan malam. Berutung Anne sudah makan terlebih dahulu, jadi bisa menghindar. Tidak berapa lama pintu kamar dibuka dan Marcus keluar dengan memakai baju berwarna putih berlengan pendek dengan celana hitam pendek selutut. Rambutnya masih terlihat basah sepertinya Marcud habis keramas.

Marcus duduk di tempat biasa dia duduk saat makan. Anne duduk di depan Marcus sambil meminum teh hangat yang tadi dia buat.
Meskipun Anne sudah makan, dia harus tetep menemani Marcus makan.

"Kamu tidak makan?" Tanya Marcus.

Anne menoleh pada Marcus dengan gelas di tangannya lalu menggelengkan kepala pelan.
"Aku sudah makan Mas," Jawab Anne sambil minum lagi.

Marcus hanya diam tidak menjawab ucapannya. Dia melanjutkan makannya kembali. Tidak ada perbicaraan apapun saat mereka makan. Sampai Marcus selesai makan dan pergi ke ruang kerjanya dan Anne mencuci piring bekas makan Marcus.
Setelah selesai Anne langsung masuk ke dalam kamar karena sudah mengantuk juga. Sebelum itu Anne menyempatkan diri membuka grup chat karena sedari tadi ponsel segi empat berwarna rose gold itu terus berbunyi.

#GRUPCHAT
-GesrekGrup-

Candeladel di keluarkan dari grup oleh Novaninovani

Lisalalisa : kok di kick?
Davanovan : ^ yang atas gue like lah
Aryandilan : ^ yang atas gue like lah (2)
Radityadit : kenapa di kick?
Novaninovani : biarin bang, biar dia bisa belajar dewasa, gak kaya bocah
Radityadit : tapi gak gitu juga kali
Lisalalisa : kita bicarain baik-baik yuk Nov..
Mungkin Candela cuman marah karena Anne gak cerita sebelumnya ke dia..
Davanovan : pikiran orang berbeda-beda ya Lalisa.. Kita Mana tau orang itu berhati iblis di balik topeng malaikatnya kan??
Novaninovani : bener banget Cadel.. tumben lo pinter..
Aryandilan : anjir cadel dewasa
Davanovan : kampret
Aryandilan : eh siapa tau aja yang bikin teror si anu?
Radityadit : hah?
Davanovan : hah? (2)
Lisalalisa : hah? (3)
Novaninovani : hah? (4)
Roseanne : hah? (5)
Aryandilan : gue bercanda elah kampret
Roseanne : jangan salah tuduh Bang Yani
Radityadit : ^ (2)
Novaninovani : ^ (3)
Aryandilan : Anjg banget ya lo Nne..

Read (3)

Anne menghela napas setelah melihat chat di grup. Anne hanya berharap nanti hubungannya dengan Candela kembali membaik seperti dulu lagi.
Anne pun merebahkan tubuh di kasur setelah menyimpan ponsel di nakas. Tidak lama Marcus masuk ke kamar lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan kaki pastinya. Setelah selesai Marcus pun duduk di kasur. Anne sengaja membelakangi Marcus agar dia tidak di tanya-tanya tentang teror itu lagi.

"Saya tau kamu belum tidur."

Marcus membuat Anne yang menutup mata langsung membuka mata kembali dengan tetap tidak berbalik badan.

"Sejak kapan teror itu datang?" Tanya Marcus. Anne masih diam tidak menjawab ucapan Marcus.

Nne lo gak boleh buka mulut yang ada lo bisa di amuk sama dia, Di rumah kok gue berasa kaya di kampus kalo sama dia. Di introgasi mulu.

Tiba-tiba sebuah tangan menarik pundak Anne sampai membuat Anne terlentang dengan mata melotot saat melihat sesuatu di depannya.

"Pa--Mas ngapain sih!" Seru Anne dengan suara tinggi naik dua level.

Bagaimana tidak membuat Anne terkejut jika Marcus berada di atas tubuhnya, mengurung Anne sama kedua tangan berada di kedua sisi kepala Anne.

"Saya lagi tidak bercanda."

Marcus menatap Anne tajam. Anne menelan ludah susah payah dan mengatur napasnya.

Gue parno kalo dia kaya gini!

"Ya-ya ud-udah minggir dulu!"

"Ceritakan semuanya."

Marcus bangkit dari posisinya dan menyenderkan punggung ke kepala ranjang dengan tangan menilap di dada. Anne masih terdiam untuk sesaat. Setelah sadar, dia pun duduk sama seperti Marcus. Anne pun menyenderkan kepalanya di kepala ranjang sambil menghela napas pelan sebelum membongkar semuanya.

"Aku gak tau harus mulai dari mana,"
Ucap Anne pelan. Marcus menoleh ke arah Anne dengan dahi berkerut aneh.

"Aku nggak pernah dapatin kejadian kaya gini sebelumnya. Teror itu datang sudah beberapa hari saat pernikahan kita. Dan yang awalnya tau masalah ini dan pernikahan kita adalah Erga. Aku baru tau kalo dia keponakannya Mas Hafiz," Ucap Anne menatap ke arah Marcus sambil sedikit tersenyum. Marcus masih terdiam tidak bicara apapun.

"Erga bakalan bantu aku buat cari tau siapa yang udah lakuin teror itu."

"Kenapa kamu tidak pernah bilang?"

Anne menundukkan kepalanya tidak mau melihat Marcus yang sudah mulai sedikit mengeluarkan emosi. Karena terlihat dari rahang suaminya ini yang mengeras.

"Aku tidak mau Mas khawatir dan mikirin masalah ini karena Mas harus fokus ke pekerjaan Mas," gumam Anne pelan sambil menunduk. Namun Marcus masih bisa mendengar suara pelan istrinya.

Marcus menghala napas pelan lalu menoleh ke arah Anne yang kebetulan juga Anne melirik ke arahnya. "Maafin saya. Karena saya kamu jadi dapat kejadian yang tidak enak seperti ini," balas Marcus sambil menunduk.

Kok gue ngerasa dia kaya anak kecil yang gak di kasih duit sama emaknya ya, Sumpah gue malah lihat dia lucu kalo kaya gini. Gak boleh ketawa Anne dosa lo. Batin Anne menatapnya.

"Gak apa-apa Mas. Itu udah resiko aku karena nikah sama Idol Dosen Kutub yang Fans-nya seabrek di kampus," Celetuk Anne santai.

Marcus langsung menatap Anne dengan wajah yang kurang enak buat di lihat. Anne terdiam karena baru sadar dengan omongannya.

Aduh bibir gue kok gak kekontrol banget sampe celetuk kaya gitu ya. Batin Anne sambil memukul bibirnya.

"Mak-maksud A-aku .. Dosen Idol Mas," elak Anne sambil cengengesan menatapnya.

Marcus hanya ngehela napas lalu merebahkan tubuhnya. "Tidur," Ucap Marcus akhirnya.

Anne pun menurut dan merebahkan tubuhnya juga lalu memunggungi Marcus. Tidak lama perut Anne terasa berat
Karena sesuatu. Anne menoleh ke arah perut yang ternyata tangan Marcus sedang melingkar manis. Bibir Anne tersenyum melihat tangan kekar itu.

"Nggak usah senyum. Cepat Tidur, Jangan liatin tangan saya terus."

Ini situasi lagi moment romantis malah di campur sama bumbu cabai pedas berlevel,
Merusak suasana.

Hhhhhhhh~


*
*
*

Dosen • Kutub - [ SUDAH TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang