• Part 17 • Pertahanan

172K 9.3K 330
                                    

Apa yang kalian rasakan bila seseorang yang kita sayangi mengalami kecelakaan?
Pasti kaget dan khawatir sekali, bukan?
Itulah yang Marcus rasakan saat ini.
Marcus masih terdiam duduk menilap tangannya sambil menatap Anne yang memainkan jari sambil menunduk.

"Kenapa ke kampus?" Tanya Marcus akhirnya berbicara.

"Ketemu sama teman-teman," Jawab Anne pelan sambil melirik Marcus. Marcus mengangkat sebelah halisnya meminta penjelasan lebih dari Anne. "Mau main juga," lanjut Anne pelan.

Marcus hanya menghela napas. Anne tahu kalau dirinya salah karena tidak memberitahu Marcus lebih dahulu.

"Kenapa tidak hubungi Saya dulu kalau mau ke kampus?" Tanya Marcus menatap Anne.

"Saya sudah tau jawabannya. Lain kali kasih tau saya kalo mau kemana pun, termasuk kalau mau ke kampus." Sela Marcus sambil berdiri dari duduknya dan membuka makanan di plastik putih yang sempat dia beli di depan rumah sakit tadi sebelum keruangan Faisal. Marcus tau kalau Anne tidak akan suka dengan makanan rumah sakit.

Marcus meletakkan makanannya di meja kecil di depan Anne lalu membantu Anne untuk duduk lebih nyaman.
"Makan dulu, Saya beli makanan buat kamu, nasi uduk." Ucap Marcus lalu menyendokkan makanan dan mengarahkannya ke mulut Anne dengan nasi dan sisihan telor yang sudah di potong kecil. Anne menerima suapan itu.

"Jangan menunduk terus, nanti leher kamu sakit."

Anne tidak menjawab, dia hanya menuruti ucapan Marcus. "Em--Mas--tidak apa-apa kan??" Ucap Anne bertanya saat melirik tangan Marcus. Anne menarik tangan kembali dengan cepat saat Marcus menatapnya.

"Saya tidak apa-apa," balas Marcus lalu mengarahkan kembali suapannya pada Anne.

Anne terdiam melihat beberapa goresan di lengan Marcus yang sudah di obati. Kemudian dia menerima suapannya lagi. Walau hanya enam kali suapan, Marcus sudah tenang setidaknya orang di depannya ini mau makan.
Marcus duduk di ranjang tepat di depan Anne yang duduk bersandar di kepala ranjang. Sudah beberapa jam, tidak ada percakapan atau suara yang keluar dari bibir keduanya.
Marcus menghela napas lalu mengusap kepala Anne pelan.

"Saya tidak apa-apa."

Anne mulai terisak pelan dan memeluk Marcus, membuat Marcus mengelus punggung Anne pelan untuk menenangkannya.

"Hiks.."

"Saya tidak apa-apa, tenang aja."

"Mas.. Terluka karena aku."

"Luka saya tidak besar. Nggak seperti luka kamu."

Anne masih memeluk Marcus sambil menangis. Karena jujur saja saat melihat lengan Marcus dengan plester di tempat luka yang lain itu membuat Anne tambah sangat bersalah padanya.

"Maafin.. Aku Mas."

"Gak apa-apa."

"Aku--takut."

Marcus sadar dengan ucapan Anne barusan. Marcus sendiri pun tidak bisa di pungkiri bahwa dirinya pun sama takutnya seperti Anne. Takut Anne terluka saat dirinya tidak ada di sisinya atau tidak ada saat bersamanya.

"Ssttt.. Ada saya. Semua akan baik-baik aja,"
Ujar Marcus menenangkan.

Anne hanya bisa terisak pelan sampai Marcus membawa Anne untuk berbaring dengan dirinya ikut berbaring di samping Anne untuk menemani tidur.


*
*
*


Marcus keluar kamar ruangan Anne setelah dia melihat Farhan di pintu dan memberi kode Marcus untuk berbicara di luar.
Tentunya setelah menenangkan Anne sampai tertidur, Marcus pun keluar, ternyata tidak hanya Farhan tapi ada Andre, Azmi dan Zhona juga di luar ruangan.

Dosen • Kutub - [ SUDAH TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang