• Part 4 • Teror I

209K 11.5K 128
                                    

Anne berjalan pelan ke arah kelas sambil memainkan ponsel bareng Candela, Nova dan Lisa. Baru saja Anne masuk ke pintu kelas, aemua orang di kelas menatap ke arahnya dengan wajah yang susah ditebak. Anne bergidik ngeri menatap mereka.

"Kenapa??" Tanya Nova mendekat ke arah yang lain.

Irene langsung menarik tangan Anne ke arah tempat duduknya. Di situ Anne bisa melihat sebuah kertas yang dilumuri dengan tanah merah. Anne mengambilnya lalu membacanya.

'Ini baru awal, Roseanne'

-DEG-

Jantung Anne langsung berdetak kencang saat membaca tulisan itu. Dan yang membuat Anne lebih kaget lagi saat melihat keadaan tempat duduknya yang sudah berantakan dengan tanah. Nova dan Candela langsung merebut kertas di tangan Anne. Sedangkan Lisa dan Bina membantu membereskan meja duduk Anne yang berantakan.

"Sabar ya," Ucap Erga menepuk pundak Anne.

Anne masih terdiam berdiri menatap tempat duduknya yang sedang di bereskan. Pikirannya langsung buntu, tidak bisa bekerja sama sekali.

"Kita harus lapor ke Pak Farhan sama Pak Andre!" Ujar Dara yang di setujui oleh semuanya.

"Gue aduin Pak Hafiz juga!" Ucap Erga juga yang angkat suara.

Anne langsung menggelengkan kepala cepat pada mereka. Mereka menatap Anne aneh.
Kalau mengatakan ke mereka sama saja itu memberi tahu ke Marcus. Bisa-bisa nanti Anne habis di introgasi dari malam sampai subuh oleh Marcus.

"Nggak usah. Ini cuman hal kecil, gue gak apa-apa kok," Ucap Anne mencoba menenangkan mereka.

"Tapi ini tuh bahaya Nne," sela Lisa menatap Anne.

Anne hanya tersenyum ke arah mereka dan terus menyakinkan mereka kalau dirinya baik-baik saja.

"Gue gak bodoh. Ini pasti ada hubungan nya sama Marcus, tapi dia masih bisa jaga ini semua." Batin Anne dalam hati masih menatap kertas di tangannya.

Jantung Anne berdetak lebih cepat dari biasanya. Dirinya benar-benar takut sendiri memikirkan ke depannya.

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

-bruk-

-sret-

-bruk-

-sret-

Suara itu membuat Anne dan yang lain langsung buru-buru duduk dengan beberapa aduan suara decitan kursi dan lantai yang terdengar heboh.

"Tuh suara suka muncul tiba-tiba aja kaya jin!"
Gerutu Anne dalam hati.

Anne duduk dan meletakkan tasnya di atas meja untuk menutupi mejanya yang masih ada sedikit tanah. Marcus berdiri kokoh di depan dan menatap ke sekeliling kelas hingga terakhir menatap lama ke arah Anne.
Anne hanya bungkam, menatap Marcus seperti tidak terjadi apapun.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Marcus menatap pada semua anak didiknya dengan curiga.

Anne menatap sekeliling, memberi kode melalui tatapan agar mereka tidak bilang apapun. Tiba-tiba tatapan Erga dan Anne bertubrukkan. Anne menatap Erga lama. Entah kenapa intuisinya mengatakan jika Erga seperti sudah tahu siapa dirinya. Erga hanya tersenyum kecil menatap Anne.

"Tidak ada, Pak!" Jawab Erga dengan cepat yang membuat sekelas menatap kearahnya.

Erga adalah orang yang berisik dan tidak pernah akan ngomong atau masuk jika sama Dosen yang tidak dia sukai. Meskipun masuk kelasnya Erga pasti hanya akan tidur.
Contohnya ke suami Anne sendiri.
Dosen Kutub.

Dosen • Kutub - [ SUDAH TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang