Chapter -1- Meet (1)

1.8K 59 4
                                    

Semenjak hari itu, impianku hanya satu, menjadi istri seorang dokter.......

Rumah sakit. Yuki benci tempat ini. Sangat benci. Mengingat masa kecilnya dihabiskan ditempat ini. Di saat anak-anak seumurannya mulai masuk TK, dan menikmati indahnya bermain bersama kawan-kawan, dia malah masuk rumah sakit. Setiap saat menghabiskan waktu di Rumah sakit, obat, infus dan suntikan. Nggak punya teman, hanya papa, mama, kakak, para dokter, para perawat dan dia....

Tapi kini Yuki sudah sehat. Sangat sangat sangat sehat.

Suara heels Yuki bergema di lorong saat dia melangkahkan kakinya memasuki salah satu Rumah Sakit ternama di Denpasar. Sejak awal menginjakkan kakinya di tempat ini sekalipun dia tidak pernah tersenyum. Hanya ada ekspresi cemberut dan jengkel. Mau bagaimana lagi dia tidak suka dengan yang namanya Rumah Sakit. Yuki berjalan cepat, mantel coklat kesayangannya tersampor di tangan kirinya dan jinjingan keranjang berisi beraneka buah segar plus balon berbentuk pesawat dan mobil terkait di tangan kirinya.

Tiba-tiba muncul seorang dengan jas putih. Dokter di Rumah Sakit ini tentunya. Sikap Yuki langsung berubah, tersenyum manis. "Lumayan." Batinya. Dia belum lupa dengan cita-citanya dulu, menjadi istri seorang dokter. Walaupun benci Rumah Sakit, tapi dia tetap cinta dengan dokter, terlebh lagi dokter muda dan tampan.

Sesaat mereka Sali berpandangan dan tersenyum. Walaupun begitu, Yuki berjalan melewatinya. Merasa kurang. Karena menurutnya Dokter harapannya haruslah seseorang yang mampu membuat jantungnya berdetak kencang. Membuatnya merasa dialah segalanya. She' the one.

Yuki tersesat. Setelah cukup lama berputar-putar di gedung ini, dan sibuk melihat para dokter yang berlalu lalang. Akhirnya Yuki menyadari jika dia tersesat. Tersesat di tengah-tengah Rumah Sakit yang luas dengan puluhan lorong yang entahlah akan berujung dimana.

"Dimana aku sekarang?" runtuknya. Merasa jengkel dengan kebodohannya.

Tujuan Yuki ke sini sebenarnya untuk menjenguk murid sekaligus keponakan tersayangnya yang kini di rawat di sini. Yuki masih belum tahu dia sakit apa, karena saat dia jatuh pingsan di kelasnya, Yuki sedang mengikuti seminar dengan tema Pendidikan di luar kota, selama seminggu. Dan begitu dia tiba di Denpasar, Yuki segera ke Rumah Sakit ini.

Ya kini Yuki sudah dewasa, dan bekerja sebagai seorang Guru Sekolah Dasar di sebuah Sekolah Swasta yang cukup terkenal di Denpasar. Selain bercita-cita sebagai istri seorang istri dokter, dia juga bercita-citai sebagai seorang guru yang mengajar anak-anak SD. Dia suka anak-anak.

"Kaaaaakkkk...!!!" Teriak Yuki begitu telponnya diangkat. Merasa lelah setelah berkeliling. "Aku tersesat...!!!" yah walaupun dis seorang Guru, bisa dibilang dia sangat ceroboh dan gegabah. Di tambah lagi gengsinya yang malas bertanya pada petugas Rumah Sakit yang dia temui saat mencari kamar muridnya.

"Aduh pelan-pelan, ga usah pake teriak-teriak juga, ini kan Rumah Sakit Yuki!" Sahut kakak Yuki di sebrang sana.

"Iya-iya, jemput gih, aku di lorong kamar....mmm.... Dahlia. Ya Dahlia nih!"

"Maaf ki, kakak sudah otewe ke rumah nih, jadi ngga bisa jemput!"

"Lho! Azka gimana? Siapa yang jaga? Kok kakak biarin dia sendirian sih?"

"Ya kamu lah, kan kamu bilang mau jenguk Azka? Tapi tenang aja, Azka sudah ada yang jaga, tadi ada dokter yang mau nemenin Azka sampe kamu datang, ya udah kamu kesana aja, kakak cepet- cepet sudah ya!"

Yuki mencibir, menatap smartphone-nya. Kakaknya memutuskan sambungan tanpa menunggu jawaban Yuki. Kakaknnya memang wanita super sibuk. Itu sebabnya Azka, murid sekaligus keponakannya yang akan Yuki kunjungi menjadi kurang perhatian. Ditambah lagi, papa Azka yang notabene kakak iparnya sedang sibuk dengan kuliahnya di Inggris sana. Jadi sehari-harinya Azka hanya bersama Yuki dan pengasuhnya. Itupun alasan kenapa Azka bersekolah di tempat Yuki mengajar, agar bisa mengawasi lingkungan bermainnya dan tidak perlu memikirkan tukang antar jemput, karena berangkat dan pulang sekolah mereka berangkat bersama. Alias irit bensin. Azka bahkan lebih dekat dengannya, daripada Mama-nya.

Kembali Yuki mengusap layar smartphone-ku, mencari pesan masuk 2 hari yang lalu, pesan yang mengabarkan kalau Azka harus di opname karena pingsan mendadak dikelas, dan ruangan tempat dia menginap.

Sudah pasti selama dua hari ini Yuki menjadi tidak tenang, dia harus mengikuti seminar selama seminggu di luar kota, dan baru empat hari ditinggal, Azka sudah sakit dan harus diopname. Bagaimana dia bisa tenang. Dua hari ini terasa sangat menyiksa, itu karena dia tidak diijinkan untuk pergi selama seminar belum selesai. Begitu seminar berakhir Yuki langsung ketempat ini. Tentunya setelah menelpon dan menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkan Azka untuk aku bawakan.

***

"Azka bunda datang...!!!" teriak Yuki tanpa babibu, masuk keruang Azka dirawat. Otomatis dua orang pria, dokter dan pasien yang sedang asik bercerita itu tersentak kaget.

Azka tersenyum bahagia melihat bundanya datang, sedangkan yang seorang lagi sepontan membeku melihat siapa yang datang.

"Azka.... bunda baru tinggal seminggu Azka sudah sakit begini. Jangan-jangan Azka makan sembarangan ya? Azka lupa pesen bunda?" ceroscos Yuki langsung memeluk Azka tanpa memperhatikan sekelilingnya. Tatapannya hanya tertuju pada Azka. Anak laki-laki itu terlihat sangat pucat dimata Yuki

Azka hanya tersenyum menjawab omelan bundanya, dan itu malah membuat Yuki semakin sedih, tanpa terasa menitikan air matanya. Yuki terlalu sayang pada Azka, pertama kali dia melihat wajah Azka yaitu pada hari kelahirannya, dia langsung memproklamirkan kalau dia adalah Bunda Azka, dan harus di panggil bunda jika Azka sudah bias ngomong kelak. Bahkan kakaknya pun harus rela di panggil Mama alih-alih Bunda.

"Bunda bawa buah kesukaan Azka, ini balon pesenan Azka mobil sama pesawat kan?" ujar Yuki segera mengalihkan perhatiannya dari Azka, diusapnya air mata yang seenaknya keluar tanpa seizinnya. "Azka mau buah apa?"

Sibuk membuka keranjang buah yang dibawanya, Yuki baru sadar bahwa ada orang lain lagi di ruangan ini selain dirinya dan Azka, orang yang disebut-sebut kakaknya tadi.

Yuki menoleh kearah orang itu berniat menyapanya, dokter itu berdiri di sebrang tempat tidur Azka, memandang Yuki dengan pandangan yang sulit diartikan. Pandangannya tak pernah lepas dari Yuki, semenjak gadis itu datang tadi.

Mengenali siapa dokter itu spontan mata Yuki membulat kaget, buah jeruk digenggamannya jatuh menggelinding entah kemana, Yuki nggak perduli....

Chapter -2- Meet (2)

Nggak tahu harus ngomong apa lagi. cuman minta vote dan kommen ulang. Kritik saran di tunggu banget.

I Love You DocterWhere stories live. Discover now