18. One Best Night

Start from the beginning
                                    

"Ted," bisik Emily pelan dalam desahannya, "give it to me, 'kay?"

Emily tahu lelaki itu sebentar lagi akan memberikan pelepasannya, dan Emily tidak mau Teddy menarik tubuhnya nanti.

Teddy terdiam beberapa detik. Berusaha mengumpulkan kesadarannya dan mengembalikan aliran darah yang tadinya berkumpul di satu titik tubuhnya kembali ke otaknya.

"Kamu yakin?" Teddy mengernyitkan alisnya walau tidak menghentikan gerakan tubuhnya di dalam gadis itu.

Malam ini adalah malam pertama mereka. Hubungan mereka bahkan masih terlalu muda dan cepat untuk menikah, apalagi memiliki anak. Bahkan dia sudah membuat keputusan salah dengan mempersatukan tubuhnya dengan gadis itu tanpa pengaman, walau dia tetap melakukannya karena takut Emily berubah pikiran kembali saat menundanya. Dan Teddy tidak ingin membuat kesalahan tambahan.

Terlebih lagi Teddy tidak ingin Emily menyesali apa yang mereka lakukan saat ini. Dia ingin Emily menikmati malam ini tanpa penyesalan sama sekali, apalagi menyebutnya kecelakaan.

Emily mengangguk mantap dalam desahaannya. "Please, Ted. Fill me.." Emily semakin tidak sabar karena lelaki itu begitu memenuhinya.

Dan Teddy mengabulkannya. Emily mengerang sambil menaikkan pinggulnya saat Teddy memberikan pelepasan di tubuhnya. Seluruh tubuhnya menegang dan mencengkram erat tubuh lelaki di atasnya itu selama beberapa saat.

Emily perlahan melemas. Matanya terpejam dan kesadarannya hampir hilang walau senyum tersungging di wajahnya. Dia sudah membiarkan Teddy menjadi lelaki pertamanya dan meninggalkan jejak di dalam tubuhnya. Tidak ada lagi hal yang ingin dilakukannya lebih dari ini. Emily merasa menang.

***

Emily membuka matanya perlahan dari tidur ayamnya beberapa menit. Atau mungkin sudah lebih dari itu. Emily tidak tahu pasti karena dia tidak melihat jam sama sekali sebelum dia terlelap kelelahan. Yang pasti saat ini sudah pukul dua pagi.

Emily menengok ke sisi kirinya, merasakan seseorang memandangnya dengan intens dan menemukan Teddy berbaring di sisinya, sambil menyerongkan tubuh menghadap Emily.

Emily tersenyum lemah refleks saat melihat Teddy menyunggingkan bibirnya. Emily butuh usaha ekstra untuk menggerakkan tubuhnya yang lemas untuk berhadapan dengan Teddy, terutama bagian di antara pahanya yang terasa perih.

"Kamu berdarah," kata Teddy bodoh yang membuat Emily mendengus.

"D'you think I lied when I said I was a virgin?" Kata Emily kesal masih dalam bisikan.

"You're so great that it flipped my mind you lied to me." Jawab Teddy tersenyum sambil mengecup kening Emily, "poin utamanya, kamu hebat, Ems."

Emily menghilangkan senyumnya, walau wajah meronanya tidak bisa berbohong, "kamu pernah dengan siapa sebelum sama aku, Ted, sampai kamu bisa bilang aku hebat atau nggak? When was your first?"

Teddy berdecak. "Aku nggak bilang kamu lebih hebat dari siapa. Aku cuma bilang kamu hebat, jadi aku nggak membandingkan kamu dengan siapapun. Dan yang pertama buatku harusnya setahun yang lalu.."

Emily merenggutkan wajahnya mendengar jawaban Teddy. Dia bukan yang pertama untuk Teddy, dan kenyataan itu membuatnya kesal dan sakit.

"..kalau kamu nggak ketakutan seperti ini." Tambah Teddy, "seharusnya kita udah melakukan ini setahun yang lalu."

Emily berusaha menahan senyum dan rona wajahnya kembali mendengar kalimat Teddy, "maksudnya hari ini yang pertama buat kamu juga Ted?"

"Kamu harusnya cukup pintar buat tahu aku udah suka kamu dari pertama kali kita ketemu saat aku masih umur tujuh belas, dan kamu nggak mengira aku udah pernah melakukannya sebelum itu kan?"

Emily menggigit bibirnya, "tapi kan ada waktu di mana kita nggak ketemu hampir setahun sebelum kamu lulus SMA. Mungkin aja kamu pernah melakukan dengan siapa sebelum ketemu aku lagi."

Lagi-lagi Emily dan cemburu tidak berdasarnya. Tapi Teddy akan lebih sabar kali ini karena Emily sudah menjadi miliknya sekarang.

"Makanya jangan tinggalin aku seperti waktu itu supaya kamu jangan berpikiran aneh-aneh lagi." Kata Teddy.

Emily terdiam. Dia mulai asik dalam lamunannya dan memainkan jarinya di dada telanjang Teddy.

"Kamu.. nggak takut hamil, Ems?" Tanya Teddy akhirnya menyampaikan rasa penasarannya.

"Kamu nggak mau aku hamil?" Emily membalas pertanyaan dengan pertanyaan sambil memandang Teddy.

"Bukan begitu," kata Teddy cepat, "aku nggak mau kamu menyesal belakangan."

Emily mengembalikan pandangannya pada tubuh Teddy.

"I don't mind if it is yours," Emily menjawab lebih kepada dirinya sendiri.

Teddy mendekatkan tubuhnya merangkul Emily. Teddy mengecup kening gadis itu dan mendekapnya. Dia menyayangi gadis itu lebih dari apapun dan tidak akan melepaskannya.

***

Emily's LoverWhere stories live. Discover now