1

3K 71 6
                                    

Hari pertama sekolah yang sebenarnya bagi Ayana, setelah hampir seminggu mengikuti MPLS yang membosankan. Ayana mendapat kelas X IB¹, Ayana memang ingin sekali masuk kelas Bahasa karena dari pengamatannya kepada kedua kakaknya yaitu ; Adit dan Naya yang memilih jurusan IPS dan IPA, kakaknya itu terlihat sangat ruwet. Jadinya, Ayana tidak mau seperti kakaknya.

"Na! Kantin yuk!" suara Rani yang merupakan teman baru Ayana memecah lamuan Ayana. Ayana menoleh dan melihat Rani yang sudah siap dengan botol air minum kekinian berwarna pink. Ayana mengangguk dan beranjak dari bangkunya lalu keluar dari kelas menuju kantin.

Setibanya mereka berdua dikantin, Rani memesankan Ayana makanan sementara Ayana mencari tempat duduk kosong yang strategis. Ayana sudah mendapatkan tempat duduk yang ia mau dan Rani baru saja datang membawa semangkuk bakso milik Ayana dan sepiring nugget dan kentang goreng milik Rani sendiri.

"Enak ya Na? Kalau lagi musim tujuh belasan kayak gini?" kata Rani disela-sela makannya. "Banyakkan jam kosongnya daripada belajar," sambung Rani setelah menutup tutup botol air yang tinggal setengah botol.

Ayana terkekeh pelan, "iya sih. Tapi ketinggalan materi kita, mah." sahut Ayana.

"Nana!" teriak seseorang dari belakang Ayana, hingga membuat menoleh. Naya bersama dengan temannya berjalan menghampiri Ayana dan Rani. "Bagi duit, dong dek," Naya tersenyum manis pada Ayana.

Ayana mendengus kesal pada kakaknya itu, seharusnya ia yang dikasih duit oleh Naya, bukan sebaliknya. "Ngapain sih, kak! Bukannya udah ditransfer mama yah?" Ayana ingat bahwa lima hari yang lalu mamanya baru mentransfer uang saku ke rekeningnya dan Naya.

"Ck, atm gue disita mama," sahut Naya ketus.

"Oh," respon Ayana singkat lalu melanjutkan acara makannya.

"Mana?" tagih Naya.

"Nanti dikelas kak, aku gak bawa dompet kesini." kata Ayana pelan. "Aku cuman bawa segini," ucap Ayana memperlihatkan selembar uang berwarna hijau pada Naya.

"Yaudah nanti gue ambil, yuk girls cabut!" Naya dan teman-temannya pergi meninggalkan Ayana dikantin.

Ayana menoleh ke arah Rani yang daritadi diam, tidak bersuara. "Ran! Balik kelas yuk!" ajak Ayana setelah melihat piring Rani kosong dan hanya meninggalkan bekas saus sambal dan saus tomat. "Raniii!" Ayana menyentuh tangan Rani, alhasil Rani terkejut.

"Ehh... iya.. Apa?" kata Rani gelagapan.

"Balik kekelas sayang," sahut Ayana dan Rani pun mengangguk.

• Satu SMA •

"Ayo dong Ran, anterin gue." Ayana meminta Rani untuk menemaninya ke kelas Naya untuk menyerahkan kartu debet. Karena, sepuluh menit yang lalu Naya mengirimkan pesan padanya bahwa Naya tidak bisa kekelas Ayana. Dengan terpaksa, Ayana yang mengantar kartu pipih itu tetapi Ayana tidak berani kesana sendiri. Menurut Ayana, jika Ayana pergi ke kelas Naya sendiri sama dengan bunuh diri.

Sudah berbagai macam rayuan yang Ayana berikan untuk Rani supaya Rani mau mengantarnya tetapi Rani ya Rani. Kalau sudah nonton vidio yang berhubungan dengan idolanya pasti Rani akan lupa dunia dan malas untuk kemana-mana.

"Raniiii! Gue nangis nih," Ayana mengusap-ngusap matanya ala-ala orang nangis.

Rani akhirnya melirik Ayana lalu berdecak, "Ck. Manja amat sih buuu." kata Rani yang sudah memasukkan iPad yang ia bawa kedalam tas. "Ayok!" Rani beranjak dari duduknya dan menyeret Ayana.

Kini mereka sudah hampir sampai didepan kelas Naya, tinggal dua kelas lagi yang harus mereka lewati.

Saat mereka melewati kelas XII MIA³, Ayana melihat kumpulan cabe yang menatap sinis mereka. Sementara Rani dengan terang-terangan membalas tatapan sinis kumpulan cabe itu.

Dan akhirnya mereka sampai didepan kelas Naya, banyak anggota kelas itu yang berada didepan kelas. Entah mencari jaringan Wi-Fi atau sekedar bercakap-cakap ria dengan rekan mereka.

"Ceilehh... ada adkel nihh gess," suara dari salah satu penghuni kelas XII MIA¹.

Hingga salah satu teman Naya yang ikut kekantin tadi, melihat mereka berdua dan menghampirinya.

"Masuk aja dik, gak papa," ujar cewe itu.

Ayana dan Rani mengangguk, lalu mereka melangkahkan kakinya kedalam kelas.

"Shiit!" umpat Rani saat sebuah pesawat kertas mendarat diatas kepalanya. Rani mengambil pesawat kertas itu dan segera meremasnya hingga tidak berbentuk lagi.

"Duuh, maaf banget ya dik." Naya datang menghampiri mereka dan segera meminta maaf ke Rani karena ulah sahabatnya itu.

Saat Rani akan memprotes tiba-tiba saja, Ayana mengiyakan permintaan maaf Naya, hingga mendapat pelototan dari Rani.

"Udah," ucap Ayana tanpa suara dan direspon dengan helaan nafas oleh Rani. Ayana merogoh saku dan memberikan Naya benda pipih itu, "jangan dihabisin. Nanti aku jajan pake apa," Ayana mengingatkan kakaknya itu supaya uang yang tersedia di kartu debet itu tidak dihabiskan. Kakaknya itu boros.

"Iya... Iya," ucap Naya dan langsung memasukkan kartu itu kedalam dompetnya.

"Terbang kemana pesawat kertas gue?" seorang cowo datang menghampiri mareka. "Naya."

"Kakak nyari ini," Rani memperlihatkan gumpalan kertas yang sebelumnya berwujud pesawat kertas.

Cowo itu terlihat shock ketika melihat kertas itu dan lantas mengambil dari genggaman Rani.

"Itu kertas apaan sih?" tanya Naya penasaran.

"Ini kwitansi sepatu gue," ucap cowo itu pelan.

Rani berdecak, "yaudah lah sih, kak. Kalau gak mau rusak, kenapa dipake mainan?"

"Tau nih si Neka, main serobot aja kertas yang gue bawa." sahut cowo itu dengan ketus. Tanpa sengaja cowo itu menjatuhkan pandangannya pada Ayana yang terlihat menunduk dari tadi. "Kalian... Anak kelas satu ngapain disini?" tanya mengubah topik pembicaraan.

"Adek gue, Darya" celetuk Naya.

"Ini...." ucap cowo itu tertahan sambil menunjuk Rani. "Adek lo?" tanya cowo bernama Darya itu sambil menunjuk Rani.

Rani jadi terkikik ketika Darya menunjuknya dan mengira dirinya adiknya Naya. "Yang ini ogeb!" Rani menunjuk Ayana dan seketika Ayana mendongak menatap orang yang berada didepannya.

Mata Ayana dan Darya bertemu, Darya mengunggingkan senyum ketika membalas tatapan polos Ayana.

• Satu SMA •

----------------------------------------------------------------------------------------------

Hallo, para readersku! Terima kasih sudah membaca cerita saya yang absurd ini, semoga tidak bosan yaa😄.
Jangan lupa kasih vote dan komentar😊

Satu SMAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن