9. Melancholic Drunker

Mulai dari awal
                                    

"Of course, Sissy!" Kata Camille dengan cepat sambil memeluknya senang.

"I'll call Suzie as well. I need to make sure I have a friend when you left me there to fvck a guy."

***

Teddy memasukkan bunga aster daisy putih ke dalam gelas kaca dan meletakkannya di atas meja. Dia membelinya tadi dalam perjalanan sepulang dari tempat Lorence. Dia mau memberikan bunga itu untuk Emily.

Sejujurnya Teddy habis akal.

Sebenarnya dia tidak ingin pergi ke kampus dan meninggalkan Emily sendirian di flat tadi pagi. Gadis itu kelihatan begitu depresi tadi pagi.

Namun Teddy juga tidak tahu apakah kehadirannya akan membantu atau hanya membuat Emily semakin kesal. Karenanya Teddy memutuskan tetap kuliah.

Dan dengan ide seadanya, Teddy membeli bunga aster putih yang pernah Emily bilang bagus, berharap bunga itu bisa membuatnya sedikit lebih bersemangat.

Teddy melihat jam di tangannya. Seharusnya Emily sudah balik saat ini tapi gadis itu belum ada di sana.

Teddy berniat menyiapkan air panas untuk Emily mandi dan mungkin membuat sesuatu berbahan raspberry jam  untuk membuatnya merasa lebih baik. Teddy mengambil ponsel dan menekan angka satu lama yang menyambungkannya kepada Emily. Dia perlu tahu berapa lama lagi gadis itu pulang untuk menyiapkan rencananya.

"Where are you, Babe?"  kata Teddy begitu mendengar panggilannya diangkat.

Dia mendengar suara bising di ujung panggilan itu dan dia sudah bisa menduga dimana Emily berada.

"Hey, Teddy bear," sapa Emily sambil terkekeh.

Entah kenapa Teddy tahu Emilynya sedang mabuk.

"Where are you?" tanya Teddy lagi, "I'll pick you."

"At Vault." jawab Emily patuh masih dalam kekehannya.

"Wait for me there, Ems."

Teddy menutup ponselnya, kembali memakai sepatunya dan bergegas keluar lagi dari flat-nya.

***

Emily memeluk Teddy manja begitu melihatnya di Vault, salah satu club yang sering Emily kunjungi bersama teman-temannya.

Dan Teddy menghela napas.

Kelakuan Emily susah ditebak kalau sedang mabuk. Dia pernah mengacaukan restoran Lorence dan di lain waktu dia pernah hampir melakukan striptease dance. Teddy lega dia belum melakukan salah satunya.

Tapi kini Emily sedang menciumi lehernya sambil melingkarkan lengan di pinggang Teddy. Dan Teddy merasa tanda bahaya. Bukan bahaya untuk orang lain, melainkan dirinya sendiri karena kalau Emily terus melanjutkan aksinya, dia tidak yakin bisa mengendalikan dirinya lagi.

"Kamu kemari sama siapa, Ems?" tanya Teddy hanya melihat Emily sendirian.

"Camille and Suzie." jawab Emily tidak peduli.

"I don't see them,"  Teddy mengitarkan pandangannya ke tempat ramai dan gelap itu.

"They left me alone. Bad girls." gumam Emily.

"Kita pulang ya," kata Teddy melepaskan pelukan gadis itu.

Emily mengangguk patuh.

Teddy membawanya pulang dengan taksi.

Teddy merasa Emily si pemabuk kali ini nampak begitu tertarik dengan lehernya. Karena dia tidak berhenti menciumi tengkuk lelaki itu sambil memeluknya.

Sebenarnya Teddy risih karena supir taksi yang membawa mereka beberapa kali mengawasi dari spion tengah sementara Emily masih asik dengan lehernya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena Emily mabuk. Dan Emily mabuk tidak bisa dilawan.

Lima belas menit perjalanan dan mereka sudah sampai di depan rumah mereka. Teddy membayar supir taksi dan memapah Emily masuk ke flat mereka di lantai dua.

Emily masih belum mau melepaskan lelaki itu bahkan sampai Teddy hendak mendudukinya di sofa. Membuat mereka berdua terjatuh di sofa dan Teddy harus menahan dengan kedua lengannya supaya tidak menimpa Emily.

"Sesak.." gumam Emily mengeluh.

Namun Emily menahan Teddy waktu lelaki itu hendak bangun karena mengira dia penyebab keluhan Emily.

"Pants.." kata Emily lagi.

Dan Teddy sadar apa yang harus dilakukannya. Dia membantu Emily membuka kaitan jeansnya dan menanggalkan jeans panjang itu dari kedua kaki Emily. Emily hanya menggunakan thongnya.

Setelah dia sukses, Emily kembali menarik leher Teddy dengan kedua lengannya dan menciumnya.

Teddy menikmati French-kiss aroma alkohol.

Emily menahan tengkuk lelaki itu sambil mengangkat lehernya sendiri karena tidak puas. Butuh beberapa saat sampai Emily kelelahan dan berhenti. Napasnya terengah dan dadanya naik turun.

Teddy memperhatikan gadis itu masih dengan posisi yang sama. Dia mempertimbangkan untuk menyerang Emily atau membiarkannya istirahat.

Dan karena Emily tersenyum, dia memutuskan bertanya lebih dulu.

"Sakit kepalanya udah hilang?"

Emily mengangguk.

"How's your feeling?"

"Better."

"Sleepy?"

Emily menggeleng. "I don't want to sleep, Ted."

Teddy paham maksudnya. Dia mengusap pelipis Emily masih belum mengubah posisinya.

"It's okay, Babe. I'll accompany you. Kamu mau mandi? Atau lapar?"

Emily terkekeh kemudian menggeleng. "Just stay with me here, Teddy bear."

Emily melepaskan lingkar lengannya dan mulai melepaskan kancing kemeja Teddy satu per satu. Bersamaan dengan itu dia menarik kemeja Teddy turun dan membuat tubuh lelaki itu mendekat padanya. Emily menciumnya lagi.

Tapi kali ini beda. Karena Emily tidak melakukan french-kissnya. Emily hanya melekatkan bibir mereka dan berdiam di sana. Matanya terpejam dan dia kelihatan berusaha menikmatinya.

Teddy tahu dia harus menahan keinginannya menyerang Emily saat ini. Karena gadis itu tidak sedang baik-baik saja.

***

Emily's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang