7. Blow Yours

Mulai dari awal
                                    

"Aku ke toilet dulu, Ems," kata Teddy mengisyaratkan Emily untuk bangun dari pangkuannya.

Sementara Emily yang paham maksudnya hanya menurunkan pandangan ke boxer lelaki itu, seolah dia sedang berbicara dengan si boxer.

"Almost coming?" Emily berbicara dengan boxer Teddy atau sesuatu dibaliknya.

Teddy tidak menjawab dan hanya menunggu. Karena seharusnya Emily tahu sendiri jawabannya.

Namun Emily masih bergeming. Dia menggigit bibir bawahnya sendiri kelihatan sedang berpikir.

"Kenapa, Ems?" tanya Teddy heran. Karena biasanya Emily akan secepat kilat berdiri dibandingkan dirinya yang menjadi korban pelepasan lelaki itu.

"Do you want me to blow yours?" Emily masih berbicara dengan si boxer.

Dan Teddy mengira dia salah mendengar. Dia mengira imajinasi liarnya sedikit menulikan telinganya.

"Huh?"

Emily berdecak kesal. Akhirnya dia menegakkan kepalanya dan memandang Teddy yang memasang wajah tololnya. Wajah Emily masih semerah tomat. Atau mungkin wajahnya baru saja kembali memerah karena kalimat gilanya tadi.

"I won't say it twice, Ted. Just say you want it or not!"

Teddy ingin sekali bertanya 'kenapa berubah pikiran?' atau 'apa alasannya?' atau hanya sekedar 'benar kamu mau?' tapi Teddy tidak sepenasaran itu untuk kehilangan kesempatannya. Ratusan pertanyaan itu bisa ditanyakannya nanti atau kapanpun.

Teddy mengangguk bodoh. Dan Emily membantu menurunkan boxer-nya.

***

Emily berlari kecil terburu-buru ke arah kamar mandi. Dan setelah menunggu beberapa saat mengembalikan kesadarannya yang melayang-layang, Teddy ikut berdiri dan menghampiri Emily ke kamar mandi.

Dia menemukan Emily sedang menyikat giginya dan Teddy lega dia bukan sedang muntah.

Emily masih telanjang dan kini sedang menatapnya intens.

"You're great, babe," Teddy merangkul dan mengecup pelipisnya.

Wajah Emily yang pucat mulai kembali memerah.

"Shawt uph~ Ted!" Emily mendorong tubuh Teddy menjauh dan mulutnya yang penuh busa pasta gigi bahkan berbicara tidak jelas.

Teddy malah memeluknya dari belakang semakin erat karena gemas. Teddy merasa gadis itu benar-benar manis sekali.

Emily mengeluarkan sikat gigi dari mulutnya untuk menggeram dan memaki, "Your fvcking dick, Teddy!" katanya merasakan sesuatu mengganjal di belakang tubuhnya. Di antara dia dan Teddy.

Teddy sengaja tidak melepaskan pelukannya dan berbisik di telinga Emily.

"You put that fvck in your mouth a moment ago, hon."

Dan Emily semakin memerah.

"If you didn't stop teasing me, I will not do that again!" ancam Emily yang tampak berhasil.

Karena Teddy merasa terancam dan tidak melanjutkan.

Emily menyelesaikan menyikat giginya sementara Teddy menunggu dengan manis di sampingnya.

Teddy menggendong Emily dan meletakkannya di samping washtafel saat Emily sudah menyeka mulutnya yang basah.

Teddy menciumnya.

"Aku sungguh-sungguh waktu bilang kamu hebat, Ems. I'm not teasing you." kata Teddy tulus.

"Yeah, and it's embarassing. So please stop talking about it!"

"It's not embarassing at all, Emily." Teddy kembali mendekatkan wajahnya, "I like it, Ems. Thank you."

Teddy kembali menciumnya dan Emily hanya mengikutinya.

"Boleh aku tahu kenapa kamu berubah pikiran?" akhirnya Teddy mengungkapkan rasa penasarannya.

"Aku nggak berubah pikiran." jawab Emily, "Aku masih sama takutnya dimasuki kamu. Tapi kurasa seperti tadi masih oke."

"Tapi kamu nggak apa-apa?"

Sejujurnya Teddy khawatir. Di antara sensasi luar biasa dari Emily tadi, Teddy masih bisa melihat mata gadis itu berair dan dia kelihatan mual di tengah aktivitasnya.

"Aku kenapa?" Emily balik bertanya.

"Kamu kelihatan mual tadi, aku nggak mau kamu terpaksa, Ems."

Emily memutar bola matanya sambil mengacak-acak rambutnya sebelum menjawab, "Just imagine you've got zucchini jab your throat and bet me if you didn't feel sick at all."

Emily menggunakan analogi yang mau tidak mau membuat Teddy tersenyum geli membayangkannya.

Teddy tidak melanjutkan berdebat. Dia memilih menciumi gadis itu sepuasnya.

"Kamu buat aku makin takut, Ted," kata Emily menjauh sedikit setelah kepalanya penuh dengan imajinasi.

"Kenapa?" Tanya Teddy masih belum puas.

"How is it possible that big thing come inside me and I don't feel any pain?" Emily menyernyit kesakitan sendiri membayangkannya.

Hari ini memang pertama kalinya Emily melihat benda asing milik Teddy itu. Dan dia baru sadar bahwa dia cukup nekat untuk menawarkan pelayanan gila itu kepada Teddy tadi tanpa pikir panjang.

Teddy mendengus mendengar pertanyaan Emily.

"At that time you will only feel pleasure, Ems. Trust me." janji Teddy.

Emily memutar bola matanya lagi dengan malas. Dia yakin Teddy cuma membual dan dia tidak akan termakan.

Teddy kembali melihat tubuh Emily yang sudah dihiasi bekas-bekas gigitannya tadi. Dan Teddy mulai naik lagi. Sayang rasanya membuang kesempatan hanya untuk tidur setelah Emily mulai sedikit membuka diri untuknya.

Teddy meremas pantat favoritnya dan mendorong Emily mendekat.

"One more round before bedtime?" usul Teddy yang disetujui Emily.

Emily melingkarkan kedua lengannya di leher Teddy dan melingkarkan betisnya di pinggang lelaki itu.

Dan Teddy tersenyum sebelum mengangkatnya dari sana.

***

Emily's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang