4. Goddamn Virgin

Start from the beginning
                                    

"Sampai buang seratus dolar?"

"Aku nggak buang seratus dolar, Ted. Aku berikan seratus dolar sebagai tips. Dan itu aku kasih buat kamu juga kok. Kan kamu akan dapat bagian dari tipsnya. Habisnya kamu masih mau part-time walau aku bilang mau bagi uang jajanku buat kamu."

Teddy tidak mendebatnya. Kadang cara berpikir Emily terlalu aneh sampai Teddy merasa terlalu tolol kalau harus mengotot untuk berdebat dengannya.

Sewaktu Teddy pertama kali memutuskan kerja part-time dengan alasan untuk mendapat uang jajan tambahan, Emily mengatakan akan membagi uang jajan dari orangtuanya untuk Teddy sehingga dia tidak perlu capek-capek kerja sambilan.

Oke, Teddy tidak habis pikir. Mungkin Emily pikir lelaki itu adiknya atau apa sampai mau membagi uang jajannya dengan Teddy. Atau mungkin Emily lupa kalau Teddy itu lelaki dewasa, yang ingin membayar biaya kencan mereka. Atau mungkin Emily memang hanya aneh.

Dan supaya Teddy tidak merasa dirinya ikutan aneh, dia tidak ingin melanjutkan debatnya.

"Hari ini aku praktik membuat cheesecake di kampus," kata Teddy lagi lebih berniat membicarakan hal lain, "Mau aku buatkan raspberry cheesecake malam ini?"

Emily membulatkan mulutnya kagum, "Wow, instruktur chef di kampus kamu tahu aku suka raspberry?"

"Nope, Ems. Aku bilang di kampusku hari ini belajar buat just cheesecake. Aku yang berniat membuatkan kamu raspberry cheesecake, babe."

"Ow," Emily menyengir, "Aku mau Ted!" Emily menempelkan tubuhnya merangkul Teddy.

"Tapi kita harus mampir ke minimart dulu beli raspberry dan raspberry jam. Kamu udah habisin stok jam terakhir tadi pagi."

"Aye aye captain!" Emily mengangguk setuju.

***

Emily menunggu. Punggungnya bersandar di tembok dan bokongnya terduduk di ranjang. Emily sudah memakai thong-nya kembali. Napasnya sudah kembali teratur dan jantungnya sudah tidak memompa berlebihan saat wajah Teddy berada di bawah tubuhnya beberapa saat lalu.

Mereka bergiliran. Setelah Emily menikmati raspberry cheesecake buatan Teddy, giliran Teddy yang menikmati Emily dari bawah tubuhnya.

Teddy sudah terlalu sering berada di sana dan Emily masih heran kenapa wajah berbintik merahnya masih sama meronanya seperti saat pertama kali. Mungkin karena lidah Teddy memang terlalu hebat.

Tapi bukan itu masalahnya sekarang.

Teddy keluar dari kamar mandi setelah selama lima belas menit berkutat sendiri di sana. Dia masih bertelanjang dada dan mengenakan boxernya. Wajah kusutnya sudah lebih baik. Teddy kelihatan sedikit lebih lega dibanding lima belas menit lalu. Dan Emily masih sedikit merasa bersalah.

Teddy naik ke atas ranjang juga dan duduk di samping Emily. Kepalanya mendongak keatas dan Teddy menghela napas panjang.

"Udah?" Emily berbasa-basi. Berusaha mengurangi rasa bersalahnya.

Teddy mengangguk, "Sambil ngebayangin kamu."

Emily memukul lengan Teddy kesal. "I worry about you, Ted! It's not funny at all, Okay?!"

"Terus kamu maunya apa? I imagine other girls when masturbating? Kalau kamu mau kayak gitu juga aku bisa." Balas Teddy kesal.

Wajah Emily kembali bersemburat merah karena marah.

"Idiot! Pervert! Asshole! Jerk!" Emily kembali memukuli dada telanjang Teddy kesal.

Teddy tidak berusaha menghindar, karena pukulan gadis mungil itu tidak benar-benar menyakitinya.

"Aku nggak nyangka otak kotor kamu itu nggak ada bedanya dengan asshole lainnya. You're a jerk with a dickhead!" Emily masih belum puas memaki dan Teddy mulai gerah mendengarnya.

Teddy berusaha bersabar selama ini. Namun Emily selalu punya cara memancing emosinya.

Teddy menahan kedua tangan gadis itu dan mendorong tubuh Emily hingga berada di bawahnya.

"If I am a real dickhead, you are no longer virgin, Emily! I would never voluntarily back off and will just fvck you from the very first time! So you better watch your mouth, Ems!"

Wajah Emily semakin merah atas kalimat pelecehan Teddy barusan. Matanya mulai berair menahan kesal dan Teddy langsung menyesali kata-katanya barusan.

"Fvck off my bed right now," Emily berbicara dengan nada rendah sambil menahan tangisnya.

Teddy melepaskan kedua tangan gadis itu dan turun dari ranjang.  Dia berjalan keluar kamar meninggalkan Emily sendiri.

Teddy bisa saja kembali meminta maaf kepada Emily dan dia bisa tidur memeluk gadis itu malam ini. Tapi dia rasa dia memang butuh waktu untuk sendiri sejenak.

Teddy memang sudah melampiaskan hasrat pribadinya sendiri barusan. Tapi kadang rasa depresi tidak bisa hilang semudah itu. Rasa depresi karena dia belum memiliki Emily sepenuhnya. Karena Emily masih belum dimasukinya.

Teddy sudah tidur di ranjang gadis itu hampir setahun. And his Emily is still a goddamn virgin.

***

Emily's LoverWhere stories live. Discover now