Special 2

17.6K 981 108
                                    

Cincin itu sudah tersemayat di jari lentik Kia. Kia tidak percaya apa yang sedang terjadi di hadapannya. Ia tidak berhenti meyakinkan dirinya kalau semua ini benar-benar kenyataan. Air mata menetes membasahi pipinya. Ia terharu dan tidak menyangka kalau hari ini benar-benar terjadi.

Kia baru pulang dari luar kota untuk pemotretan dan langsung menuju rumah Samudra karena merindukan Luna dan juga Samudra--tentu saja. Kia belum sempat meletakan kopernya karena Samudra datang menyambutnya sambil berlutut dan mengatakan,

"Will you marry me?"

Kalimat yang sejak dulu selalu Kia nanti keluar dari mulut Samudra. Dan hari ini, akhirnya, penantian itu sudah berakhir. Kia mengangguk berkali-kali dengan air mata yang turun tiada henti. Samudra pun berdiri dan segera memeluk Kia.

"Aku yakin kita bisa hidup bahagia bersama. Aku udah buang semua keraguan itu. Masa lalu biar menjadi masa lalu. Masa depan aku dan kamu akan lebih cerah dan membunuh masa lalu itu," bisik Samudra dan lagi-lagi membuat Kia menangis.

Luna yang berdiri di belakang Samudra bertepuk tangan. Kia langsung membawa Luna ikut masuk berpelukan dan merayakan kebahagiaan mereka. Hari ini hari yang begitu membahagiakan sekaligus mengharukan. Kia berharap kebahagiaan ini bisa awet selamanya.

"Maaf aku udah buat kamu nunggu selama ini, Kia," bisik Samudra dengan posisi masih sama. Namun kini tangannya membelai rambut Luna yang ikut masuk ke dalam pelukan mereka.

Kia mengangguk-anggukan kepala. "Makasih kamu udah mau percaya sama aku dan kasih aku kesempatan."

"Papa sama Mami nggak mau ciuman?" celetuk Luna. "Aku udah siap-siap tutup mata nih." Luna menutup matanya dengan kedua tangannya.

Samudra dan Kia tergelak dibuatnya. Samudra pun memberikan ciuman sekilas di bibir Kia dan ciuman yang panjang di dahi Kia. Ia juga menghapus air mata di pipi Kia.

"Aku sayang Papa sama Mami." Luna mengeratkan pelukannya. Ia tahu kalau akhirnya keluarganya kembali utuh. Memiliki keluarga yang lengkap adalah dambaan Luna.

"Kami juga sayang Luna." Kia mencium pipi Luna dan lagi-lagi ia berdoa di dalam hati agar kebahagiaan ini bersifat selamanya, bukan sementara dan hanya lumpanh lewat saja.

***

"Aku nggak mau kamu ngundang dia," ujar Angkasa menunjuk daftar nama tamu yang akan mereka undang ke acara pernikahan mereka.

"Angkasa!" Adina melotot tidak suka ke arah Angkasa. Semantara laki-laki itu hanya menaikan bahunya cuek. Ia meletakan kaki kanannya di atas paha kaki kirinya dan melipat kedua tangannya di dada.

"Yang bener aja? Danu 'kan temen kantor aku. Masa yang lain aku undang dia nggak diundang. Kamu jangan kayak anak kecil ah," ujar Adina kesal dan melihat kembali daftar nama tamu yang ada di tangannya itu.

"Temen kantor sekaligus orang yang suka banget sama kamu. Dia itu nggak punya otak atau gimana? Udah jelas-jelas kamu punya calon suami, eh dia masih gencar aja ngotot nganterin kamu pulang tiap jam pulang kantor." Angkas tidak menyukai teman sekantor Adina yang satu itu. Namanya Danu dan ia seumuran dengan Adina. Tampangnya juga lumayan walaupun kemana-kemana dengan motor matic-nya, tetap saja bagi Angkasa dia adalah ancaman untuk keberlangsungan hubungannya dengan Adina.

"Danu cuma bersikap sopan aja, kok. Malem itu kan nggak ada kendaraan lain dan udah hampir tengah malem. Kamu juga lagi ke luar kota, kan? Udah ah! Ngapain jadi cemburu buta sama Danu gini, sih? Danu juga tahu kalau aku udah punya kamu, Sayang." Adina mengelus tangan Angkasa mencoba menenangkan laki-laki yang akhir-akhir ini tingkat kecemburuaannya sangat tinggi.

BOYFRIENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora