[DUA PULUH SEMBILAN]

17.3K 1K 56
                                    

Liburan belum berakhir. Angkasa memiliki rencana untuk mengajak Adina pergi berlibur. Kalau Niko bilang, tujuan mereka berlibur adalah untuk bulan madu yang langsung mendapatkan pelototan kesal dari Adina. Angkasa memberikan Adina dua tiket pesawat untuk terbang ke Manila. Awalnya Adina heran mengapa Angkasa mengajaknya ke Manila. Manila bukanlah negara yang sering dikunjungi oleh pelancong dari Indonesia. Manila juga terasa asing bagi Adina.

"Mama aku stay di Manila sama suaminya. Aku pengen bawa kamu ke sana dan ketemu sama Mama aku lagi." Angkasa memberikan penjelasan dan Adina mengangguk setuju.

Mereka pergi diantar Juna. Walaupun Adina sedikit parno untuk ke luar negeri setelah kejadian bersama Sherin di Paris yang sampai sekarang belum seratus persen ia lupakan. Tapi bersama Angkasa yang manis dan selalu memegangi tangannya dengan erat, Adina merasa tenang. Sepertinya Angkasa begitu merindukan sang mama. Adina bisa merasakannya.

"Kamu udah ngehubungin Mama kamu?" tanya Adina.

Angkasa menggeleng. "Mama lagi sibuk ngurusin bisnis fashion-nya. Aku sengaja kasih suprise aja."

"Mama kamu designer?" tanya Adina sambil melotot tidak percaya. Akan terasa begitu membahagiakan jika profesi Mama Angkasa nyambung dengan profesi yang digeluti Mama Adina. Mereka pasti tidak akan canggung jika mengobrol.

"Bukan. Mama cuma ngerti aja soal fashion," jawab Angkasa.

Adina mengangguk paham. "Terus, yang jemput kita siapa?"

"Aku udah ngehubungin James."

"James?"

"Suami Mama."

"Kok James? Kenapa kamu nggak manggil Papa?"

"Dia juga nggak masalah aku nggak manggil dia Papa."

"Oh ya? Memangnya kenapa?"

"Entar kamu liat aja sendiri." Angkasa tersenyum kemudian mengelus puncak kepala Adina.

Sejak dulu Angkasa memang ingin sekali mengajak Adina ke Manila dan mengunjungi rumah orang tuanya di sana. Namun masalah hati yang tidak kunjung selesai membuat rencananya selalu tertunda. Bersyukur semua masalah sudah selesai. Angkasa bisa dengan yakin membawa Adina ke sana.

Setelah perjalanan udara selama kurang lebih 4 jam. Akhirnya mereka tiba di bandara di Manila. Seorang pria tinggi dengan wajah bule. Begitu muda dan tampan dengan setelan kerja yang ia gunakan. Menunggu Adina dan Angkasa di depan bandara. Angkasa langsung memeluk pria itu yang Adina sendiri tidak mengenali siapa pria itu. Mungkin saja dia adalah paman Angkasa.

"Din... sini! Kenalin dia suaminya mama. James."

Adina nyaris tidak percaya saat Angkasa memperkenalkan pria itu. Yang benar saja? Semuda dan setampan ini? Adina salut dengan Mama Angkasa yang memang kecantikannya tidak bisa diabaikan begitu saja dan bisa menarik hati Om-Om tampan bernama James di hadapannya ini. Adina sedikit salah tingkah ketika mereka berjabat tangan.

"Waaah... cantik banget. Angkasa memang nggak salah pilih." James mengedipkan satu matanya dan Adina begitu terpukau melihatnya.

"Inget Din! Dia papa aku. Calon mertua kamu," bisik Angkasa yang membuat wajah Adina memerah karena malu.

Adina menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga lalu tersenyum ke arah James yang super tampan ini. "Makasih, Om. Om juga ganteng."

James terkekeh. "Jangan panggil Om. Panggil Papa aja."

Adina mengangguk. Ia harus terbiasa memanggil pria yang hanya tua sepuluh tahun darinya dengan panggilan Papa.

James pun membawa mereka masuk ke dalam mobil. James sendiri yang mengendarainya membelah jalanan di Manila yang padat. Sangat sama seperti di Jakarta. Hujan pun turun saat James membawa Adina dan Angkasa menuju rumahnya.

BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang