[ENAM]

19.7K 1.4K 80
                                    

Di luar langit mendung. Angin berhembus sedikit kencang. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

Adina melirik jam tangan kecil yang melingkar di lengannya. Sudah 45 menit ia menunggu. Angkasa belum juga datang. Nomornya tidak aktif membuat Adina lagi-lagi menghela napas panjang.

Siang tadi Angkasa memintanya untuk bertemu dengannya di kafe dekat kampus. Entah apa yang akan dilakukan oleh pemuda itu. Ia bilang akan bertemu jam 4. Apa Angkasa hanya mengerjainya saja?

Setelah keluar dari rumah sakit, memang dirinya dan Angkasa jarang sekali bertemu. Mungkin karena Angkasa yang terlalu sibuk dengan Sherin sehingga tidak memiliki waktu untuk Adina.

Adina tidak masalah akan hal itu karena Angkasa sudah sangat sering melakukannya. Ketika ia sedang bersenang-senang dengan wanita barunya atau sedang bosan dengan Adina, ia akan menjauh. Kalau bosan, kenapa tidak putus saja?

Hujan sudah turun bahkan turun dengan sangat deras. Adina sudah sangat yakin kalau Angkasa tidak akan datang dan ia akan sendirian disini sampai hujan benar-benar berhenti. Perutnya kembung karena sedari tadi hanya meminum secangkir cappucino tanpa ada kue yang menjadi temannya.

Adina pun memutuskan untuk memesan beberapa muffin kepada pelayan dan secangkir cappucino lagi. Ia butuh teman untuk menunggu hujan berhenti dan kekesalannya kepada Angkasa.

Di tengah hujan yang deras, samar-samar Adina melihat seorang pemuda jangkung dengan hoodie bewarna navy blue berlari menembus derasnya hujan. Adina yang duduk di dekat jendela kafe bisa melihat wajah pemuda jangkung tersebut yang kini sudah masuk ke dalam kafe dengan keadaan basah kuyup.

Ia adalah Angkasa dengan hoodie dan bucket bunga mawar yang sudah basah karena hujan.

Mata Angkasa bergerak untuk mencari keberadaan Adina. Adina hanya terdiam tidak memberikan kode dimana dia berada. Ia terlalu terkejut melihat keadaan Angkasa yang nekad menembus hujan.

Dan juga, apa yang akan ia lakukan dengan bunga mawar yang juga ikut basah kuyup itu?

Angkasa sedikit membulatkan matanya saat sudah mendapati dimana Adina duduk. Ia mendekat lalu duduk di hadapan Adina. Adina bisa mendengar suara Angkasa yang bergumam kedinginan.

"Sorry, aku telat. Tadi ada kelas. Aku lupa ngasih tau," ujar Angkasa yang meletakkan bucket bunga itu di atas meja.

Adina memperhatikan bunga mawar yang basah. Lalu bergantian menatap Angkasa yang juga sama basahnya. Adina pun menyerahkan sapu tangan kepada Angkasa untuk menghapus air yang mengalir di wajahnya.

"Kamu mau pesan apa?"

"Aku nggak laper."

Adina hanya mengangguk singkat lalu memutuskan untuk menggigit muffin-nya.

"Maaf, bunganya basah," ujar Angkasa menatap Adina.

"Ini untuk aku?" Adina menunjuk bunga mawar itu.

Angkasa mengangguk.

Adina mengernyit heran. "Dalam rangka apa?"

"Menyambut hari pertama kita ketemu dan hari jadi kita ke 2 tahun."

Adina kembali mengernyit. Ia tidak menyangka seorang Angkasa akan mengingat tanggal berapa mereka bertemu. Serius? Bahkan dirinya saja lupa kalau harinya adalah hari ini.

"Sa..." Adina sedikit ragu memanggil Angkasa. Namun ia ingin memberanikan dirinya. Hari ini kafe ramai. Jadi, Angkasa tidak akan mungkin melakukan sesuatu yang macam-macam kepadanya.

"Kita udah 2 tahun dan aku ngerasa pacaran sama kamu itu kayak buang-buang waktu." Adina membulatkan keberaniaannya. "Aku ngerasa kita nggak bener-bener kayak pacaran. Aku... Aku capek sama semua ini. Aku capek sama kamu yang aneh."

BOYFRIENDWhere stories live. Discover now