[ENAM BELAS]

15.9K 1.1K 48
                                    

9 tahun yang lalu...

"Happy birthday to you... Happy birthday to you... Happy birthday... Happy birthday... Happy birthday to my lovely Bintang."

Naomi menyanyikan lagu untuk Bintang sambil membawa kue coklat dengan lilin angka 18 di atasnya. Angkasa dan Thomas ikut bertepuk tangan saat Bintang meniupkan lilinnya setelah sebelumnya melakukan make a wish.

Kue coklat itu pun dipotong. Potongan pertama tentu saja untuk si Mama. Naomi memang sangat bersemangat untuk merayakan ulang tahun Bintang. Lalu, potongan kedua untuk si Papa yang berdiri di sebelah Naomi dengan senyum bahagia. Yang terakhir untuk Angkasa dan Bintang menghadiahi sebuah pelukan untuk adik tersayangnya itu.

"Makasih Ma, Pa, Angkasa."

"Sama-sama, Sayang."

Hari itu hari bahagia bagi Bintang. Angkasa bisa melihat senyuman kebahagiaan itu. Namun, senyuman itu tidak sampai matanya. Mata Bintang nampak sedih. Seperti sedang menunggu sesuatu yang tidak kunjung datang.

Angkasa sangat menyayangi Bintang. Alarm protektifnya berbunyi. Angkasa mulai berprasangka kalau kesedihan kakaknya ada sangkut pautnya dengan Samudra.

Setelah acara ulang tahun kecil-kecilan itu selesai dan semuanya sudah kembali ke kamar masing-masing, Angkasa pun mengunjungi kamar Bintang.

"Hey! Kamu ngapain? Udah malem, sana tidur. Besok sekolah kan?" Senyuman masih nampak di wajah Bintang. Namun Angkasa tahu kalau senyuman itu tidak tulus.

"Apa ada sesuatu yang lagi Kakak pikirin?" tanya Angkasa to the point.

Wajah itu berubah menampakan ekspresi yang sesungguhnya. Angkasa masih menatap Bintang, menunggu Bintang untuk bercerita. Namun perempuan itu masih terdiam dan bahkan sekarang tengah melamun.

Angkasa menyentuh tangan Bintang membuat Bintang tersentak dari lamunannya.

"Kalau ada masalah, cerita sama aku."

Bintang berusaha tersenyum. "Semua baik-baik aja kok."

Angkasa tahu kalau semuanya tidak baik-baik saja. Namun ia tidak bisa memaksa Bintang. Ia pun menyerah dan kemudian mengecup pipi Bintang dan mengucapkan selamat malam. Dengan hati yang tidak puas dan khawatir dengan apa yang terjadi dengan kakaknya, Angkasa berusaha untuk memejamkan matanya dan masuk ke dalam mimpi.

Dan Angkasa tidak tahu kalau Bintang semalaman tidak tidur dan terus menangis hingga matanya membengkak. Bintang berharap besok pagi keadaan matanya tidak akan menjadi pertanyaan oleh keluarganya.

***

Sudah dua jam Bintang menunggu. Namun orang yang ia tunggu belum juga tiba. Bintang khawatir takut-takut sesuatu terjadi. Nomornya bahkan tidak aktif. Bintang berulang kali mencoba untuk menghubungi namun selalu layanan operator yang menjawab.

Siang hari yang cerah dan cukup panas. Beruntung mata bengkaknya sudah membaik dan tidak menjadi pusat perhatian. Bintang memakan es krimnya sambil berulang kali melirik ke jam yang melingkar di tangannya.

Kenapa belum sampe juga?

Berbagai macam pertanyaan terlintas dipikiran Bintang. Bintang khawatir, benar-benar khawatir. Ia sudah akan beranjak pergi dan memutuskan untuk datang ke rumah orang yang ia tunggu tersebut. Namun ia mengurungkan niatnya saat si pemuda sudah sampai dan duduk di hadapannya dengan wajah yang dingin.

Bintang tersenyum ke arah pemuda 17 tahun yang seumuran dengannya. Wajah tampannya itu nampak tidak bersahabat. Bintang tahu akan seperti ini jika mereka kembali bertemu. Namun, bisakah Bintang bertemu untuk terakhir kalinya sebelum semua ini benar-benar berakhir?

BOYFRIENDWhere stories live. Discover now