[DUA]

20.3K 1.3K 30
                                    

"BANGSAT!"

Satu tinjuan melayang ke wajah seorang pemuda hingga mematahkan tulang hidung pemuda tersebut. Angkasa menyeringai senang saat pemuda itu meringis kesakitan.

"Anjing lo!"

Musuh Angkasa tidak menyerah begitu saja. Pukulan yang lain pun diberikan untuk Angkasa dan kali ini mengenai perutnya. Angkasa tidak bisa membiarkan. Ia pun membalas serangan musuhnya tersebut.

Perkelahian hebat di jalanan yang sepi sedang dilakukan oleh Angkasa, Niko dan beberapa teman di fakultas teknik yang lain. Lawan mereka kali ini adalah anak fakultas hukum. Penyebabnya sepele, hanya karena mobil Angkasa terkena goresan kecil yang disebabkan oleh spion motor salah satu anak fakultas hukum tersebut.

Angkasa yang memiliki darah panas pun tidak terima. Ia segera menyeret sang pelaku ke jalanan yang sepi yang cukup jauh dari kampus. Lalu menyerangnya habis-habisan. Bahkan si pelaku sekarang sudah pingsan di tengah jalan. Saat ini Angkasa sedang berurusan dengan teman-teman sang pelaku.

Seperti biasanya, Angkasa dan teman-temannya akan selalu memenangkan setiap perkelahian walaupun tubuhnya tidak lolos dari serangan mereka. Wajah Angkasa membiru dan mengeluarkan banyak darah. Perutnya terasa sakit. Tampilannya benar-benar berantakan. Namun wajah tampannya tidak hilang sama sekali.

"Anjing dah tuh bocah! Cari gara-gara segala!" ujar Dimas salah satu teman Angkasa.

"Belum tahu aja kali rasanya diserang sama Singa Jantan Teknik Elektro," ucap Raka sambil melirik Angkasa yang tertawa puas.

"Luka lo parah banget, Sa. Lo nyerang banyak orang hari ini. Mau ke klinik dulu ngga? Atau ke rumah sakit?" tanya Dimas.

Niko berdecih di belakang mereka. "Angkasa nggak perlu dokter buat ngobatin lukanya."

"Hahahahaha... You know me so well, bro. Ini gue lagi nelpon dokternya. Tapi nggak diangkat-angkat. Kayaknya gue harus kasih rantai anjing di lehernya buat narok HP biar bisa dibawa kemana-kemana." Angkasa mengulang kembali panggilannya yang tidak kunjung diangkat-angkat.

"Ooohhh... Gue tahu! Pasti si Adina kan? Enak ya punya pacar kayak Adina. Lah kalau gue nyuruh Nabila buat obatin luka gue, yang ada gue diomelin," dengus Raka.

Angkasa tertawa. "Buat cewek tunduk sama lo! Bukan lo yang tunduk sama dia!"

"Haloo..."

Panggilan pun terhubung. Angkasa mendengar suara Adina diujung sana. Terdengar suaranya yang serak sehabis bangun tidur.

"Kamu lagi dimana?"

***

Adina meringis saat mengobati luka di wajah Angkasa. Tubuh Angkasa benar-benar babak belur. Adina tidak tahu apa yang terjadi. Karena percuma saja ia bertanya. Angkasa tidak akan mungkin menjawabnya.

"Kenapa jadi kamu yang kesakitan, sih? Aku-nya aja biasa aja, tuh," ujar Angkasa yang sedari tadi mendengar suara ringisan Adina.

"Ngilu liatnya," ucap Adina lalu membereskan kotak obat dan meletakan kembali di tempatnya.

"Kamu nggak mau nanya aku kenapa bisa kayak gini?"

"Karena berantem kan?"

Angkasa tersenyum. "Kok kamu tahu?"

"Anak kecil juga tahu kalau luka kamu yang kayak gini itu karena abis berantem."

Angkasa kembali tersenyum. Sifat pemuda satu ini suka berubah-ubah. Suatu saat ia akan menjadi pribadi yang tenang seperti sekarang. Tapi tidak akan bertahan lama. Mungkin saja beberapa menit lagi setannya akan muncul.

BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang