Hamil

19.2K 699 16
                                    

Sekarang aku sudah tidak bertugas di Bogor, karena memaksa Ayahku untuk memindahkanku ke Jakarta. Jadilah sekarang aku mengurus Dirga Construction, aku pernah bekerja sebelumnya di sini namun sekarang aku ditunjuk menjadi direktur. Sementara Media Kata dipercakan pada Alan.

Sudah dua bulan setelah Riana ulang tahun, kita tidak merayakannya dengan foya-foya. Hanya berbagi dengan anak-anak panti asuhan, semenjak itu pula ia selalu memintaku memenuhi janjiku untuk memberinya adik.

Setiap pulang ke rumah mertua wajah cemberutnyalah yang aku lihat ditambah Ayah mertuaku yang belum mau berdamai. Sebenarnya aku ingin pindah ke apartemen yang lama, dan memulai semuanya dari awal. Sangat jelas sekali Ayah mertuaku menentang keras rencana itu.

'Ayah pembohong, Ayah pembohong' itulah yang selalu Riana katakan padaku. Sebenarnya aku dan Karlina sudah berusaha namun belum membuahkan hasil, bagaimana caranya aku menjelaskan hal tersebut pada anak kecil. Jika Riana mulai merajuk Karlina malah marah padaku.

Aku berjanji bertemu adikku di sebuah cafe, kenapa aku memiliki perasaan enggan untuk pulang. Mungkin jika curhat dengan psikolog pikiranku bisa sedikit lebih tenang.

Sebuah tangan melambai padaku. Rupanya itu adikku, segera aku menghampirinya dan duduk di kursi di depannya.

"kusut amat tuh muka, dikira kalo udah gak jauh-jauhan ma istri mukanya bakal berseri gitu?"

"pusing nih, Riana gi ngambek"

"emangnya kenapa, anak baru ulang tahunkan biasanya masih seneng sama kado-kado barunya"

"dia nagih kado dariku"

"terus kenapa gak dikasih aja?"

"dia mintanya adik"

"hah" ia menghela napas

"makanya jangan menjanjikan sesuatu yang gak bisa ditepati pada anak kecil"

Kemudian seorang pelayan menghampiri kami, kamipun memesan makanan.

"gimana caranya biar Lina hamil?" tiba-tiba aku bicara

"ya nanyanya sama ginekolog lah, jangan ama psikolog. Mana ku tau?"

"waktu Satria mah sekali juga jadi"

"kalo Kakak mau pake cara begitu, siap-siap aja gak bakal bisa nyentuh Lina lagi seumur hidup"

***

Aku terbangun karena merasa kosong, istriku tidak ada di sampingku. Tiba-tiba kudengar suara seseorang di kamar mandi. Aku langsung menuju ke sana, ternyata istriku sedang muntah-muntah. Segera aku membantunya, tapi yang ada dia malah tambah parah, lalu aku malah diusir.

"orang mau bantuin malah diusir" aku menggerutu sendiri

'Tunggu, pagi-pagi kok muntah-muntah. Jangan-jangan?..'

Setelah istriku keluar dari kamar mandi, langsung saja aku bertanya

"kapan kamu terakhir datang bulan?"

"emang kenapa?"

"mau coba?" sambil menyodorkan beberapa test pack yang sudah ku stok, dengan berbagai merk berbeda.

"satu aja"

"tiap merk tingkat akurasinya berbeda, jadi coba semua!"

Akhirnya istriku keluar, ia menunjukkan 5buah test pack yang ku berikan tadi. 3 hasilnya positif dan 2 hasilnya negatif.

"mau cek ke dokter?" tawarku, lalu aku memegang perutnya karena penasaran. Setelah itu ia malah kembali mual

Aku izin tak masuk kerja karena ingin menemani Lina ke dokter. Lina malah bilang dia ingin pergi dengan Ibunya saja, entah kenapa ia seperti sedang menghindariku. Tapi aku terus saja memaksanya. Dan sekarang kita telah tiba di salah satu rumah sakit ibu dan anak.

"jika dilihat dari pemeriksaan barusan, kondisi Istri anda dan janinnya sehat. Anda hanya perlu menjaga kondisinya, jangan melakukan pekerjaan berat dan hindari mengangkan beban yang berat karena usia kandungan awal trimester pertama masih rawan" pesan dokter sambil menuliskan resep untuk Lina.

Dari pemeriksaan USG barusan janinnya masih belum terlihat . Dokter memperkirakan usia kandungan Lina baru 5minggu berdasarkan perhitungan terakhir menstruasinya. Biasanya janin mulai terlihat pada usia 8minggu, dan kita disuruh check up lagi nanti.

"Dok, waktu kehamilan pertama saya. Saya tidak merasakan mual sama sekali. Sekarang saya sering merasa mual terlebih saat saya berdekatan dengan suami"

"setiap kehamilan memang berbeda-beda. Tapi jika mualnya dipicu sesuatu mungkin itu bagian dari ngidam saja"

'HAHH.. ngidam jenis apaan ini, disentuh suami jadi mual' suara hatiku berbicara

Jadi dari tadi Lina mencoba menghindariku karena aku penyebab dia muntah. Kita keluar dari rumah sakit dan hendak kembali ke rumah.

"ngidamnya gak bisa yang lain aja ya? orang lain kalo ngidam itu pengen ini pengen itu. ganti dong ngidamnya aku janji deh bakal turutin apapun kepengen kamu" aku langsung mengajaknya bicara di dalam mobil

"emangnya gimana ngerubahnya?" dia menjawab sambil mengelu-elus perutnya yang masih rata. Padahal aku juga ingin ikut mengelus perut itu.

"masa tiap kamu deket aku langsung mual-mual sih?"

"Aku kan pengennya deket-deket sama kamu terus, padahal kan belum lama kita tidur satu ranjang"

"kamu jahat baby sama Ayah" sepanjang perjalanan aku terus saja merajuk

"Kakak usahin ya buat puasa 9bulan ke depan" Lina mengucapkannya sambil tersenyum. Aku hanya bisa menggeram.

***

"gimana hasilnya?" kepulangan kita langsung disambut Ibu Lina dengan pertanyaan

"baru 5minggu Bu, kata dokternya 3minggu lagi kita disuruh check up lagi" Lina menjawab

"Ayah, kata Nenek aku mau punya adik, terus adiknya mana?" Riana menghampiriku dengan wajah berbinar kemudian kugendong

"tuh, di perut Ibu" sambil menunjuk Lina, sementara kedua Kakaknya masih di sekolah yang diantar supir

"berarti yang kasih aku adik Ibu dong, bukan Ayah" ucap Riana

"Iya, yang ngasih adik bukan Ayah, adik kamu aja benci sama Ayah" T.T

Istriku hanya tertawa dengan wajah tanpa dosa.

Lagi-lagi Airlangga tidak bisa menyentuh istrinya, setelah perjuangannya untuk menunggu istrinya sembuh dari phobianya kini istrinya mengidamkan sesuatu yang aneh.


SkinshipWhere stories live. Discover now