Bertemu Psikolog

14.2K 735 5
                                    

Kemarin Kak Angga datang kemari dan memintaku untuk kembali bekerja, untung aku pingsan jadi aku tak perlu bicara banyak pada Kak Angga, –apakah pingsan ku bisa disebut keberuntungan?, yang jelas aku tak akan kembali bekerja.

Hari ini aku mengantarkan anak-anak sekolah dan menunggu sampai mereka pulang

***

"ngapain mobil Om jahat itu ada di sini lagi" ketika pulang sekolah Satria melihat mobil Angga terparkir di depan tempat mereka. Angga turun dari mobil dan menghampiri mereka

"untuk apa anda kembali lagi ke sini?"

"aku hanya ingin memperhatikan karyawanku"

"sudah ku bilang aku bukan karyawanmu lagi"

"aku tak pernah memecatmu, aku membiarkan kau tidak bekerja karena kau sedang sakit"

"sebagai bos yang baik aku akan membawa karyawanku yang sakit ini ke rumah sakit"

Sebelum Lina mengatakan keberatannya, Angga menyela ucapan Lina

"kau naik ke mobil, atau aku akan membawamu dalam keadaan pingsan"

'sejak kapan dia banyak bicara, pakai mengancam pula, sepertinya keberuntungan tak pernah memihakku'

"Ok, tapi aku akan mengantar anak-anak ke rumah Indri dulu" kataku

Setelah anak-anak siap, kita menaiki mobil Kak Angga menuju rumah Indri, Indri memarahiku karena aku mau begitu saja diajak Kak Angga.

"kita mau ke mana?" aku bertanya di dalam perjalanan

"rumah sakit" dua kata, dia kembali menjadi monster es, aku malas mengajaknya bicara aku lebih memilih melihat ke jendela

"ini kan ke jakarta"

"Kita mau ke mana?"

"aku mau pulang"

"cepat hentikan mobilnya"

Ia tak merespon apapun. Aku ingin memukul tubuhnya dan meminta berhenti, tapi aku tak bisa.

'sebenarnya aku mau dibawa ke mana?'

***

"turun!"

'turun!, gak ada kata yang lebih sopan gitu, kan bisa 'kita udah sampai'. Dasar monster'

'tunggu, ini kan rumah sakit tempat Ayah kerja'

"jangan coba kabur, atau aku akan seret kamu!"

Tadinya hendak aku jawab, tapi tak jadi ah, dia saja tak pernah menjawab pertanyaanku, lagi pula tadi dia tidak menanyakan tapi memerintah. Aku tak mau membuang tenaga.

'dr. Isyana Dirgantara S.Psi'

'oh Isyana dah jadi spesialis ternyata, tunggu ngapain aku di bawa ke psikolog'

"kenapa kita ke sini?"

'terus aja acuhin'

Tok.. tok.. tok..

Isyana muncul dari balik pintu, ia memeluk Kak Angga lalu matanya menemukanku

"ngapai Kakak bawa mantan istri Kakak ke sini?"

"aku kan udah bilang bakal ajak seseorang ke sini"

"iya Isyana tau, tapi kok mantan Kakak yang diajak sih?" Kak Angga tak menjawab pertanyaan adiknya dan langsung masuk ke dalam tanpa dipersilakan, Isyana mendelik menatapku.

Setelah perceraian seluruh keluarga Kak Angga memusuhiku termasuk Isyana, padahal dulu kita sangat dekat

"dia mau konsultasi sama kamu" Kak Angga berbicara pada Isyana sambil melihatku

'what?, aku disuruh konsultasi ama dia'

"emangnya dia kenapa?" Isyana menjawab tanpa mau menatapku

"kamu hypnotherapy aja, dia phobia skinship"

"kamu obatin aja dia, aku tunggu di luar"

'aku yang berobat di sini, tapi dia aja terus yang ngomong. Mau diobatin gimana dokternya aja gak menatapku'

'bentar, aku kan gak pernah setuju buat ke sini'


SkinshipWo Geschichten leben. Entdecke jetzt