Janda

15K 702 9
                                    

Flashback 5 tahun lalu

Hakim telah mengetuk palu, kini aku manyandang status baru, menjadi seorang janda. Kak Angga tak menolak gugatanku sehingga proses persidangan tidak sulit dan kita berpisah secara damai, hanya kita yang damai tidak dengan keluarga kita. Mereka bilang alasanku untuk bercerai terlalu mengada-ada, mereka bilang aku egois, dan segala kalimat buruk lainnya, bahkan adik ipar yang sudah menjadi sahabat pun ikut memusuhiku.

Aku keluar dari apartemen Kak Angga, dan hendak kembali ke rumah orang tuaku.

"kami tidak pernah bilang mau menampungmu, setelah kau keluar dari rumah suamimu" sambutan dari ayahku saat aku baru saja tiba di rumah

"memang apa yang sudah dilakukan Nak Angga sampai kamu menggugat cerai dia, hah?" giliran Ibuku bicara

'memperkosaku'

"Nak Angga tak pernah sekalipun berbicara kasar padamu"

'dia bilang kejadian itu anggap saja tidak pernah terjadi'

"apa kekurangan Nak Angga?"

'kurang ajar'

"kamu tak mau berusaha menjadi istri yang baik"

'dia merebut mahkotaku dan menyuruhku melupakannya'

Aku hanya menjawab pertanyaan Ibuku di dalam hati

"aku tak percaya memilki putri yang tak mau diatur oleh suaminya, jika kau ingin hidup bebas. Pergilah dari rumah ini!, kau akan bebas"

OK, aku diusir dari rumah orang tuaku, aku pergi tanpa mengucapkan kata pamit. Aku berjalan menuju halte bus dan menghubungi Indri.

Beberapa hari yang lalu aku menceritakan kejadian malam itu pada Indri dan aku mengeluhkan jika kewanitaanku terasa sakit. Aku diajak untuk memeriksakannya di rumah sakit tempat Indri bertugas. Tapi aku menolak karena dokter di sana lelaki, entahlah sekarang aku merasa takut kepada lelaki.

Indri mengajakku berobat ke bidan, bidan itu memberiku beberapa obat untuk menghilangkan rasa sakit, tapi dia mengatakan jika aku merupakan korban marital rape, dia menawariku untuk melakukan visum, dan dia siap menjadi saksi ahli jika aku hendak melaporkan hal ini ke polisi. Aku sempat memikirkan hal itu, tapi akhirnya aku menolak. Aku hanya ingin bercerai dari Kak Angga, itu saja.

Indri datang menjemputku menggunakan taksi dan membawaku ke rumahnya. Ia menawariku tinggal di rumahnya, Ibu Indri pun Tante Ranti menyarankan untuk tinggal bersama mereka,mereka hanya tiggal berdua. Ayah Indri sudah lama meninggal dan ketiga kakaknya sudah berkeluarga, akhirnya aku setuju untuk tinggal di kediaman keluarga Indri.

Tante Ranti selalu memperhatikanku, ia menolongku tanpa ingin tahu apa masalahku, ia sangat pengertian 'jika Indri tak cukup, Tante siap jadi tempa curhatmu' itu yang pernah Tante Ranti katakan tapi aku belum menceritakan apapun pada Tante Ranti.

***

Prankk.. Gedebrukk...

Tubuhku mendorong vas bunga hingga pecah, tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan dan pandanganku mengabur.

Ketika aku terbangun, aku berada di atas tempat tidur yang dikelilingi tirai dengan tangan yang diinfus

'ini pasti ruang igd'

"kamu udah sadar?"

Oh, ternyata Indri ada di sampingku sedari tadi.

"mau minum?" aku mengangguk, Indri menyodorkan segelar air

"sebenernya aku kenapa?"

"kamu jangat kaget ya! kamu tadi pingsan karena kamu banyak pikiran"

"kamu gak boleh banyak pikiran, nanti kamu ambruk lagi"

"karna kamu lagi hamil"

Aku tersedak air minum mendengar penuturan Indri barusan

"padahal barusan udah dibilangin jangat kaget" Indri mengelus-elus punggungku

"kamu mau gimana sekarang?"

"ya ngurus kehamilan aku lah"

"maksud aku, apa kamu mau ngasih tau Kak Angga?"

"maaf ya udah ngerepotin kamu dan ibu kamu"

"padahal sebelumnya aku udah rencana bakal sewa kost, kalo-kalo aku diusir dari rumah"

"eh malah keenakan tinggal di rumah kamu"

"sebenernya aku juga udah siapin tabungan seandainya aku hamil"

"aku waspada aja karena waktu itu aku lagi masa subur"

Aku mengusap-usap perutku, aku tak menyangka di dalam sini ada kehidupan. Ini adalah anugerah terlepas dari kejadian malam itu, anak ini adalah malaikatku

"aku tau kamu bukan orang yang sembarang ambil keputusan, tapi soal sewa kost aku gak akan biarin itu"

"tapi aku udah kelamaan tinggal di rumah kamu, aku gak mau nyusahin kamu lagi"

"kamu gak nyusahin kok, kamu bantuin katering Ibu malah"

"gak cuma bantuin masak doang, kamu juga bikin katering Ibu aku makin laris pake ilmu SEO kamu"

"seharusnya kamu digaji, tapi kita gak kasih kamu apa-apa. Kamu anggep aja apa yang kamu lakuin sebagai uang sewa tinggal di rumah aku"

"jadi kamu gak boleh sewa tempat tinggal di tempat lain, negerti!!"

SEO (Search Engine Optimation)


SkinshipWhere stories live. Discover now