Mobil di depan rumah

14.3K 762 0
                                    

Terlihat terjadi kehebohan di kantor penerbitan Media Kata, Oki sibuk ditanyai oleh seluruh karyawan mengenai sahabat satu divisinya yang telah dipecat oleh Ibu sang direktur, tapi percuma saja karena diapun tak tahu ap-apa.

Aldo tampak yang paling kecewa, ia tidak menyangka dengan akting atasannya itu yang selalu membuang muka saat ia menceritakan tentang bidadari pujaannya, yang ternyata adalah mantan istri dari si atasan.

Airlangga memasuki perusahaannya, karyawan yang sibuk bergosip mendadak diam dan pura-pura sibuk, Airlangga tahu ia menjadi bahan pembicaraan para karyawannya karena ulah ibunya sendiri. Tapi ia tak peduli dan pergi menuju tempat tujuannya dengan pasti yaitu ruangannya sendiri.

Airlangga duduk di kursi kebesarannya ia memanggil Aldo keruangannya

"anda memanggil saya Pak Direktur?" Aldo bertanya pada Airlangga

'Ia aneh sekali, biasanya memanggilku Bos' batin Angga

"kau bersikap formal padaku?" Angga balik bertanya

"bukankah memang seperti ini sikap bawahan terhadap atasannya?" Aldo menjawab dengan pertanyaan

"bukankah kita sahabat?"

"cih, sahabat? kau bahkan tak pernah memberitahuku tentang kehidupanmu, mantan istrimu saja aku tak tau. Selama ini kita hanya bersikap sok akrab" Aldo menjawab dengan smirk, lalu kembali mengendalikan emosinya

"Jika anda tak ada keperluan denganku, aku kembali ke ruanganku. Permisi Pak Direktur" Aldo pergi begitu saja dari ruangan Airlangga

Airlangga tahu jika Aldo menyukai mantan istrinya itu

'seharusnya aku memberitahu sedari awal jika Karlina adalah mantan istriku'

'setelah bercerai aku tak tahu apa-apa lagi tentang mantan istriku, apalagi sekarang ia merawat tiga orang anak yang bukan anaknya'

Angga teringat sandiwara lebay yang dilakukan Aldo

'"Sayangku, Engkau telah meninggalkanku. Aku tidak akan mencari pria lain, aku akan merawat anak-anak yang ditanggalkan ini agar mereka tidak sendiri dan untuk menemaniku. Karena aku tidak akan menggantikan tempatmu dengan orang lain"'

'kurang ajar sekali dia telah mengiraku sebagai orang mati'

'apa karena saking traumanya Lina sampai tak mau menikah lagi, hingga ia mau merawat anak orang lain karna tak mau sendiri?'

'saat masih menjadi suaminya aku memang agak keterlaluan, tapi...' Angga menggantung monolog rianya

"jika pikiran kacau begini aku takkan bisa bekerja" Angga meraih gagang telepon dan menghubungi HRD

"kirimkan cv Karlina Putri Megantara ke komputerku!" Angga mencatat alamat Lina yang tercantum di cv.

Ia pergi meninggalkan kantor dan menuju tempat Lina, ia memarkirkan mobil di depan kostan Lina dan melihat jika tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Iapun memutuskan menunggu di dalam mobil.

***

"kok ada mobil di depan sih?" Cakra bertanya pada Ibunya

"Ibu kenal mobil itu?" giliran Satria yang berbicara

Tampaklah ibu dan anak-anak itu baru pulang dari sekolah

'bukannya itu mobil Kak Angga? Ngapain dia ke sini?' Lina membatin

Angga keluar dari mobil setelah melihat jika Lina telah kembali

"untuk apa Bapak kemari?" Lina berbicara sesopan mungkin dengan mantan suami dan bonya itu, ia tak ingin mempertontonkan live action pertengkaran orang dewasa di hadapan anak-anaknya

"aku hanya ingin memanggil karyawanku yang membolos bekerja"

"aku tak membolos, bukan Ibu anda telah memecat saya?"

"perusahaan itu diurus olehku bukan ibuku, jadi segala keputusan berada di tanganku, termasuk urusan memecat karyawan"

"aku tidak peduli, kalau begitu anda saja yang memecatku" Lina menjawab sambil melotot kepada Angga

"anak-anak sebaiknya kalian masuk duluan ya ke dalam! Ibu ingin berbicara dengan Om ini sebentar" Lina ingat anak-anak masih bersama, akan sangat gawat jika anak-anak melihatnya berantem

"dengar ya Pak, saya tidak akan kembali ke tempat itu dan meninggalkan anak-anakku sebaiknya Bapak pergi" Lina hendak meninggalkan Angga tetapi dicekal oleh Angga. Lina kaget dan mulai berkeringat dingin


SkinshipWhere stories live. Discover now