Monster Es

16.6K 838 4
                                    

Aku disuruh ke ruangan direktur untuk mengecek monitor yang tersiram  air kopi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku disuruh ke ruangan direktur untuk mengecek monitor yang tersiram air kopi. Direktur baru ini sepertinya orang yang tidak bisa diandalkan, padahal aku berharap akan ada perubahan yang baik pada perusahaan ini dengan digantinya direktur. Tapi tampaknya aku terlalu berharap banyak, aku hanya berharap perusahaan ini tidak bangkrut di tangan direktur ceroboh yang bahkan tidak dapat memegang gelas kopi dengan benar.

Aku sudah di depan ruangan sang direktur, aku mengetuk pintu jati itu

Tok.. tok.. tok..

Saat aku membuka pintu, dapat kulihatlah wajah dari sang direktur baru.

Aku hampir kehilangan keseimbangan saat melihat wajah itu, ternyata sang direktur baru adalah Airlangga Dirgantara, Kak Angga mantan suamiku.

Aku tahu jika Dirga Group adalah perusahaan keluarga mantan suamiku, tapi aku tidak pernah menyangka kalau Kak Angga yang ditugaskan di sini, di Bogor.

Kak Angga pun sama kagetnya seperti, bahkan pangeran es itu tidak bisa menyembunyikan mata melototnya saat melihatku. Di sampingnya terdapat asistennya Pak Aldo yang sudah beberapakali aku lihat secara tidak langsung. Aku akan bersikap profesional, dan berpura-pura tidak mengenalnya

"saya mendengar monitor di sini mati karena tersiram kopi" tanyaku

Kak Angga menghindari tatapanku dan ia menuju samping ruangan yang dindingnya terbuat dari kaca, sehingga pemandangan Kota Bogor bisa terlihat dari ruangan yang berada di lantai sebelas ini. Interior ruangan telah diganti, saat direktur yang lama menempati ruangan ini, tempat ini dominan berwarna maple dan diisi furnitur antik. Sementara sekarang interior menjadi minimalis dan bernuansa monochrome. Aku masih hapal dengan selera Kak Angga.

Hidupnya hanya diisi warna hitam dan putih, dia hanya bisa mengangguk dan menggeleng, lebih pantas disebut monster es daripada pangeran.

Pak Aldo menjelaskan jika ia yang menyiramkan air kopi itu ke monitor, aku memang heran dengan insiden ini karena tak mungkin Kak Angga seceroboh ini. Tapi aku juga heran kenapa Kak Angga bisa memperkerjakan orang sebodoh dan seceroboh ini, aku sering melihat Pak Aldo mengobrol bersama para karyawati di lobi, 'sebenarnya apa kompetensi yang dimiliki orang ini' tanyaku dalam hati.

"monitor ini masih bisa diperbaiki, tetapi sebaiknya monitor di sini di ganti saja, saya akan memperbaiki monitor ini di ruangan saya" usulku, Kak Angga sama sekali tidak peduli dan ia hanya memandang ke arah jendela besar itu

"kau akan membawa monitor ini?" ku jawab dengan anggukan

"kau selalu membawa benda-benda berat seperti ini? Tapi kau kan perempuan"

"Bapak meremehkanku?"

"tidak, bukan itu maksudku" aku langsung membawa monitor ini, Pak Aldo hendak membantuku tapi ia memegang tanganku, otomatis aku terperanjat

"aku bisa membawanya sendiri, Bapak tak perlu khawatir"

"tidak biar aku saja yang bawa" aku langsung saja menyerahkan monitor ini ke Pak Aldo, jika sekali lagi Pak Aldo mencoba menyentuhku mungkin aku akan kehilangan kendali. Aku berjalan mendahului Pak Aldo menuju ruangan divisi IT yang berada di lantai tiga. Saat di dalam lift Pak Aldo seperti menanyakan sesuatu, namun aku merasa kosong aku masih kaget akan sentuhan Pak Aldo tadi.

Aku meminta Pak Aldo menaruh monitor rusak ini di meja dan aku akan mengambil monitor yang baru. Pak Aldo kembali menawarkan bantuan untuk membawa monitor baru ini, tanpa berkata apapun aku segera memberikannya pada Pak Aldo. Perjalanan membawa monitor baru ini ke ruangan direktur diisi oleh keheningan.

Setelah tiba di ruangan direktur aku langsung memasang monitor itu, dan bergegas kembali ke ruangan divisi IT, tanpa mengucapkan apapun. Aku tak peduli aku akan di cap sebagai karyawan tak sopan atau apalah, sekretaris yang berada di depan ruanganpun menatapku heran.

SkinshipWhere stories live. Discover now