Konsultasi

13.6K 735 6
                                    

"kamu santai aja kita di sini sebagai dokter dan pasien" dia bicara tanpa menatapku, lalu bagaimana aku bisa santai

"kau memiliki phobia terhadap sentuhan fisik dengan pria?"

Aku hanya menjawab dengan anggukan

"sejak kapan itu terjadi?"

'aku tak mungkin menjawab pertanyaanmu'

"kau tak mau menjawab, kau tak bisa percaya padaku?"

"bukan begitu.."

"orang yang pernah disekap, diculik atau terjebak dalam lift, mereka akan memilki trauma seperti takut berada di ruang sempit. Anak kecil yang pernah kaget oleh letusan balon akhirnya ia takut terhadap balon hingga dewasa"

'lagi-lagi omonganku disela, kakak adik sama aja'

"sepertinya kau mengalami kasus serupa, hal apa yang kau alami hingga membuatmu trauma?"

'aku benar-benar tak kan menjawabmu Isyana'

Isyana menunggu jawabanku hingga beberapa waktu

"tampaknya kau belum bisa terbuka padaku?"

"aku bisa melakukan hypnotherapy hanya kepada orang yang mengenal dan percaya padaku"

"bukankah dulu kita sangat dekat jadi percayalah padaku" nada bicaranya seperti dulu, saat kit masih dekat

"kalau begitu kita mulai proses terapi EMDR"

"ini akan membuatmu tenang, menghilangkan kenangan jelek dan rasa takut"

Lalu aku disuruh memakai penutup mata yang namanya aku tak tahu, alat ini menampilkan cahaya yang bergerk-gerak

"perhatikan sumber cahaya yang bergerak,kemudian hadapi kenangan buruk yang menghantuimu dan masa-masa paling menyakitkan dalam hidupmu" Isyana memberiku instruksi, sepertinya aku mulai merasa lebih rileks dan menjawab pertanyaan tanpa beban

"kapan kau merasa paling tertekan?"

"saat aku sedang tertidur lalu suamiku mencoba menyentuhku tanpa meminta persetujuanku"

"pada saat itu apa yang kau rasakan?"

"aku merasa sangat tidak berdaya, kotor dan murahan"

"pada saat itu apa yang ingin kau lakukan?"

"aku ingin menghentikannya, tapi tenaga ku tak sebanding sehingga dia memegangiku"

"aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan mencoba memukulnya, aku terus berusaha dan berteriak.."

"aaaaaaaa..."

"kau baik-baik saja dan kau akan sadar"

Sumber cahaya pada penutup mata ini menghilang dan kesadaranku kembali

"kau baik-baik saja?" Isyana menanyai keadaanku

"aku merasa mual, uek" lalu aku berlari ke toilet, Isyana mengikutiku.

Setelah selesai ia menuntunku untuk duduk lalu memberiku minum, Isyana terus menatapku tanpa mengatakan apapun

Hening...

"kau sudah tahu semuanya?" aku mencoba bertanya

"apa ini alasan kau bercerai dengan kakakku?" pertanyaan dijawab dengan pertanyaan, aku hanya menjawab dengan anggukan

"apa yang dikatakan kakakku setelah melakukannya?"

"mengapa kau tak mengatakan kejadian tersebut sedari awal?"

"OK, maafin aku. Sebaiknya kamu jangan mengingat-ingat dulu kejadian buruk itu!"

'Telat Isyana, sekarang aku kembali ingin muntah'

Aku kembali berlari ke toilet

"bukankah kau memilki pasien lain? Sebaiknya aku pulang"

"ya, tapi izinkan aku mengkhawatirkanmu"

"aku tak apa-apa sekarang aku pulang"

"dengan Kak Angga?"

"lalu siapa lagi? Dia yang membawaku kemari tentu dia harus bertanggung jawab membawaku kembali"

"kau tak apa pulang dengannya?"

"jangan terlalu khawatir, aku tak selemah itu"

Kak Angga muncul dari balik pintu

"kalian sudah selesai?" Isyana tidak menjawab, sekarang dia menjukkan sikap kepada Kak Angga seperti kepadaku saat sebelum sesi hypnotherapy.

Kita pamit padanya, Isyana memelukku dan ketika Kak Angga hendak memeluknya ia menolaknya. Kak Angga keheranan dan kita lantas kembali ke Bogor.

EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)


SkinshipWhere stories live. Discover now