Kesatria

14.4K 728 8
                                    

Usia kandunganku sudah tiga bulan, aku tidak mengalami morning sick serta ngidam, aku juga tidak sensitif dengan bau-bauan jadi aku tetap bisa membantu Tante Ranti mengurus katering hanya saja nafsu makanku bertambah tiga kali lipat, kadang kalau kecapean aku suka merasa pusing tapi berkat perawatan dari suster Indri aku gak pernah pingsan. Sekarang perutku sudah terlihat membesar.

Skip 6 bulan

"Tarik nafas, hembuskan dan dorong sekuatnya" dokter memberi instruksi seperti itu berulang-ulang

Tiba saatnya aku lahiran, aku mengejan sekuat tenaga.

"ayo.. Bu anda pasti bisa, ayo Bu!" dokter dan para perawat terus memberiku semangat

Bayi dalam perutku belum juga keluar, ketika aku merasakan sakit lagi. Aku berkata

"aku tidak kuat dok"

"kamu gak boleh nyerah Lin. Ayo, kamu pasti bisa" aku lupa Indri ada di samping menemaniku, ia terus memberiku semangat

"ayo sedikit lagi, dorong terus Bu!" dokter tersebut kembali menginstruksikan. Aku meng

"ikuti perintah dokter dan terus mengejan.

Kemudian, rasanya seperti ada yang keluar dari dalam perutku, rasa sakitpun itu perlahan ikut hilang, lalu terdengarlah suara tangisan bayi.

"selamat Bu Karlina, dokter berucap sambil tersenyum. Bayi anda laki-laki" aku ingin membalas ucapannya, tapi aku merasa lemas sekali dan aku hanya bisa tersenyum.

Tanpa kusadari aku menitikan air mata, padahal aku sedang tersenyum sekarang. Aku mencoba mengatur nafasku.

"selamat ya Bu" ucap seorang perawat menyerahkan bayi yang telah dibersihkan pada gendonganku

"permisi ya Bu" perawat itu meminta izin sambil perlahan membuka kancing atas kemeja rumah sakit yang aku kenakan, sehingga bayi itu bisa mulai menyusu

"sekarang kita tunggu sampai plasentanya keluar ya, dan pembersihan, dokter juga akan mengecek jahitan yang diperlukan seperti apa, sambil Ibu bisa IMD" kemudian perawat itu berlalu keluar

Sekarang aku sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Setelah aku selesai menyusui, aku merapikan pakaianku dan tetap menggendongnya. Kemudian Indri dan Tante Ranti memasuki ruanganku. Tante Ranti mengelus pipi bayi yang ada di gendonganku, begitu juga Indri

"kamu mau memberinya nama siapa?" Tante Ranti menanyaiku

"Satria, karena dia tak pernah menyusahkanku ketika mengandung"

"dia akan menjadi ksatria yang melindungi ibunya" Tante Ranti mengambil bayi dalam gendonganku

"jadi namamu Satria Dirgantara bayi kecil" ucap Indri sambil menatap bayi yang ada digendongan ibunya seperti mengajak ngobrol

"hmm Ind, sepertinya aku tak akan menggunakan nama dirgantara untuk putraku"

"oh begitu, aku juga setuju deh. Nama bajingan itu tak pantas diturunkan untuk jagoanku ini"

"hey jangan berbicara kasar di depan anakku" Tante Ranti hanya tersenyum melihat tingkahku dan Indri

***

Bayiku sudah di pindahkan ke ruangan khusus bayi, aku melihatnya dari balik kaca. Dia dikelilingi bayi-bayi mungil seusianya. Namun ada satu bayi di sebelahnya, di papan itu tertulis jika ia lahir di hari yang sama dengan putraku namun kolom namanya kosong.

Aku menanyai perawat tentang bayi itu, ternyata ia bayi yang selamat dari sebuah kecelakaan. Ayahnya meninggal di tempat kejadian, sementara ibunya yang mengandung dirinya bisa diselamatkan hanya saja ia wafat setelah melahirkan bayi itu melalui operasi caesar.

Tadinya bayi itu akan diserahkan ke panti asuhan, tapi aku memutuskan untuk mengadopsinya. Aku memberinya nama Cakra, sekarang Satria mempunyai saudara. Ia tak akan kesepian karena ayahnya tak akan ada untuk menemani masa pertumbuhannya.

Tak lama Indri menikah dengan kekasihnya yang berasal dari Bogor. Ia pindah mengikuti suaminya, kasihan Tante Ranti sendirian, lalu Tante Ranti memilih untuk tinggal bersama anak ke duanya di malang, katanya ia ingin menikmati usia tuanya di pedesaan menemani cucu-cucunya.

Aku mengikuti Indri pindah ke Bogor dan memulai lembaran baru di sana. Dua tahun kemudian ada seorang bayi perempuan yang di buang di sebuah taman, aku mengambil bayi itu dan merawatnya lalu ku beri nama Riana.

Flashback end

IMD (Inisiasi Menyusui Dini)


SkinshipWhere stories live. Discover now