Airlangga

15.3K 771 3
                                    

Semenjak aku mengunjungi rumah Lina, aku selalu memikirkan anak itu. Ada rasa yang begitu kuat untuk bertemu dengannya. Mengapa anak itu bisa sangat mirip denganku? Apa kebetulan bisa seperti ini?. Apakah tak aneh jika ada mantan istri yang merawat seorang anak yang mirip dengan mantan suaminya, bisa saja kan anak itu anak mantan suaminya kan, dia anakku?.

Jika saja aku tak mengatakan 'hal itu', mungkin saja saat ini kita masih bersama. Sejujurnya aku mencintainya..

Flashback On

Aku menekan bel pintu tapi istriku tak kunjung membukakan pintu,aku senang saat ia selalu memperhatikanku memakaikan dasi, memasakan makanan, membukakan pintu ketika aku pulang kerja dan sikapnya yang bawel selalu membuatku rindu ocehannya jika aku sedang di luar.

Malam ini ia tak membukakan pintu untukku, mungkin ia sudah tertidur. Aku sudah memberitahunya melalui sms jika malam ini aku akan pulang terlambat karena ada makan malam bersama timku sepulang kerja.

Aku memasuki apartemenku yang gelap, langsung ku pergi menuju kamar ku nyalakan lampu lantas melepas sepatu, jas, dasi dan menyimpannya. Kulihat istriku sedang terlelap.

Ia sangat cantik, wajahnya begitu polos. Aku mendekatinya, terdengar nafasnya yang teratur. Aku memerhatikan wajahnya, ku elus rambutnya, mataku tak bisa lepas dari bibir tipis itu. Tanpa sadar aku menciumnya, ciuman itu semakin dalam, aku tak bisa menahan hasratku. Tiba-tiba ia terbangun namun aku sudah sangat bergairah dan akupun melakukannya.

***

Sinar matahari menembus jendela membangunkanku dari tidur lelapku, ku lihat wanita yang tertidur di sampingku. Aku mengingat apa yang ku lakukan semalam padanya, ia terusik dan akhirnya mata indah itu terbuka, ia memandangku lalu memalingkan muka dengan pipi yang memerah. Ia sempat menolakku semalam, mungkin ini akan membuat kita canggung. Aku harus memulai bicara padanya.

"soal semalam bisakah kau melupakannya?" ia tak menjawab dan hanya mengangguk. Lalu bergegas ke kamar mandi sambil memlilitakan selimut di tubuhnya.

Flashback End

Sikapku saat itu memang keterlaluan, padahal aku memintanya untuk melupakan kejadian itu agar kita bisa bersikap biasa seperti sebelumnya. Aku tak bisa berhenti memikirkan anak itu, aku tak akan bisa tidur jika begini, lebih baik aku pergi ke rumah orang tuaku. Aku pergi tengah malam, akhir pekan lalu lintas Bogor-Jakarta akan sangat macet, jadi aku tak menunggu pagi untuk berangkat.

***

Aku mendengar keributan pagi-pagi di kamar Isyana. Isyana memang susah jika dibangunkan tapi kenapa musti seribut ini untuk membangunkannya. Aku lantas turun dari lantai dua menuju kamar Isyana yang berada di lantai satu dan aku menguping pembicaraannya.

"kamu sudah gila! Kamu ingin melaporkan kakakmu sendiri, hah?"

"orang yang bersalah memang harus dihukum, jika orang itu tak mau mengakui kesalahnnya. Biar aku yang melaporkannya" Isyana memang akhir-akhir ini bersikap acuh padaku, tapi aku tak menyangka ia ingin melaporkanku ke polisi.

'memang apa yang sudah aku lakukan, Isyana ingin melaporkanku atas tuduhan apa?' aku bertanya dalam hati

"kau lebih membela perempuan itu" Ibuku berteriak

"Kak Angga sudah memperkosanya" Isyana berteriak lebih kencang

'apa??' aku tak bisa menahan kekagetanku sampai-sampai aku harus menutup mulutku, aku terus bersembunyi di balik dinding dan mendengar pembicaraan mereka

"tidak ada suami yang memperkosa istrinya, itu sudah kewajibannya untuk melayani kakakmu"

"tapi Kak Angga melakukannya tanpa persetujuan Lina, bahkan dia memanganggap kejadian itu seolah tidak terjadi" Isyana tak mau kalah bicara

"Itu sama saja dia tidak mengakui benihnya" Isyana berbicara dengan nada lebih rendah


SkinshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang