"Kak Bintang!" Cowok itu menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap Aura.

"Apaan?!" Ia sedikit berteriak berhubung jarak mereka yang sedikit jauh.

"Gue belom ganti duit obatnya!"

"Apa?!" Ulang cowok itu karena tidak bisa mendengar perkataan Aura akibat lagu yang sedang mengalun di kedua telinganya.

Aura menunjukkan obat yang ia pegang. "Obatnya belom gue bayar ke elo!"

Tanpa aba-aba, si cowok es justru malah berbalik badan dan melanjutkan perjalanannya tadi tanpa berbicara lagi pada Aura. Cowok itu memasuki gang kecil yang berada tak jauh dari supermarket dan seketika itu juga menghilang dari pandangan Aura. Aura berspekulasi, bahwa rumah cowok itu mungkin dekat dari supermarket, berhubung cowok itu tidak membawa kendaraan sama sekali.

Cowok aneh. Kagak mau duit apa ya? Batin Aura sambil mengamati obat yang ia pegang.

Tak mau berlama-lama disana, Aura pun menyalakan mesin motornya dan menjalankan motornya dengan kecepatan yang sedang. Entah kenapa, Aura merasa penasaran dengan cowok itu. Cowok yang menurut Aura berbeda dari cowok-cowok yang lain. Pendiam dan dingin.

Senyum Aura timbul dari balik helm yang ia kenakan.

Cowok diem kalo dibikin jadi cerewet, asik juga? Bisa ga ya? Jadi penasaran.

***

Bel jam pelajaran ketiga baru saja berbunyi. Pergantian jam pelajaran akan dilakukan di semua kelas, tak terkecuali kelas 11 IPS 3. Kelas yang terletak di lantai 3 gedung tengah SMA Angkasa.

Pak Amar memasuki kelas lima menit setelah bel berdering sambil membawa beberapa barang yang bisa dipastikan menjadi bahan untuk praktek seni kali ini.

"Pagi semua," Sapa guru itu.

"Pagi, Pak," Ucap semua murid serentak, namun tidak untuk Aura.

Cewek itu masih memejamkan matanya dan menjadikan jaket putihnya sebagai alas pengganti bantal. Tidak tahu bahwa guru dengan mata pelajaran baru sudah datang dan memulai pelajarannya.

"Aura," Panggil Pak Amar dari depan kelas saat menyadari bahwa muridnya yang satu itu lagi-lagi tertidur di kelas.

"Ra bangun Ra," Fira menyenggol lengan sahabatnya itu sambil berbisik pelan. "Woy Aura, Pak Amar manggil lo itu."

"Aelah, ganggu aja," Gerutu Aura, namun ia menurut dan mengangkat wajahnya, iapun menatap Pak Amar dengan tatapan datar. "Kenapa Pak?"

"Kamu kalo di kelas jangan tidur mulu kenapa sih?"

"Aduh maaf, Pak. Tapi saya ngantuk," Aura menggaruk-garukkan rambutnya yang berantakan. "Mau diapain lagi? Obat biar ngantuk ilang itu kan tidur, Pak." Ucap Aura santai.

"Yasudah kamu cuci muka sana," Perintah Pak Amar, Aura pun menyetujuinya dengan senang hati.

"Oke," Aura bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu kelas.

"Oh iya Aura," Pangil Pak Amar tiba-tiba.

Aura menghentikan langkahnya, dan berbalik badan menghadap guru seni kelas 11 nya ini. "Kenapa lagi, Pak?"

"Bapak lupa sesuatu," Guru itu nampak menghentikan acara mengotak-atik barang bawaannya itu dan menatap salah satu murid yang sudah ia afal itu. "Kamu ambil hiasan tempel buat karya mozaik ya? Ada di lemari kayu warna putih di pojok ruang seni. Kamu tau kan? Nah, disitu ada tempatnya kok, khusus benda buat karya seni mozaik."

MemoriesWhere stories live. Discover now