PART FOURTEEN

16.6K 978 73
                                    

Nggak mau buat catatan karena takut dibully readers 😂

Clara melamun di meja kasirnya. Dia memikirkan sahabatnya Rika yang tidak ada kabarnya selama seminggu ini. Kemana dia ya? Tidak pernah gadis itu tidak terdengar kabarnya seperti ini. Sebaiknya sepulang kerja nanti Clara harus pergi penemui sahabatnya tersebut.

"Mbak... Mbak.." panggil seseorang. Namun, Clara masih tenggelam dalam lamunannya. Sedikit kesal, pria itu pun meninggikan suaranya membuat Clara kaget.

"Apaan sih! Biasa aja dong, mas!" ucap Clara spontan kepada pria itu. Dan saat kedua mata mereka bertemu, secara bersamaan wajah mereka pun menunjukkan ekspresi terkejut yang serupa.

"KAMU!!" sahut keduanya serempak.

"Cewek bunga..?"

"Cowok bunga..?"

Dan mereka terdiam beberapa saat.

"Grrhh.. Jangan panggil aku dengan panggilan memalukan seperti itu." ucap Carol kesal.

"Hah..? Emang kenapa? Jadi aku panggil apa dong? Mas tidak dikenal, mas tanpa nama, mas asing? Akukan tidak tahu nama situ siapa?" balas Clara tidak mau kalah.

"Panggil saja aku Carol! Sudah cepat! Hitung semua belanjaan ini. Aku tidak ada waktu meladeni cewek nggak jelas seperti dirimu!" ucap Carol.

"Apa? Cewek nggak jelas! Kamu sendiri yang tidak jelas!" balas Clara lagi. Keduanya pun saling bertatapan tajam sambil memberikan kekuatan death glare masing-masing.

"Ehem." dan suara deheman itu pun langsung mengalihkan pandangan keduanya ke asal suara.

"Mas, pindah kesini saja. Daripada berdebat. Mumpung antrian saya sedang kosong." ucap Tria dengan wajah manis.

Clara tahu itu hanya akal bulus wanita itu untuk menggaet pria kaya. Dasar cewek genit!
Clara pun segera mengambil ancang-ancang.

"Tidak usah! Disini saja." ucap Clara seraya menahan semua belanjaan Carol.

"Ya sudah cepat! Kau membuang waktuku saja." balas Carol. Clara pun tersenyum puas sambil melirik Tria yang sudah kesal wajahnya.

Setelah selesai menghitung dan membungkus semua belanjaan Carol, Clara pun tiba-tiba teringat.

"Oh, iya! Kamu asistennya mas Deron'kan? Pasti tahu dong dimana rumah dia." sahutnya.

"Memangnya kenapa?" tanya Carol menaikkan sebelah alisnya.

"Mmmm begini.. Kau tahu'kan istrinya itu sahabat aku. Dan selama seminggu ini aku tidak dengar kabarnya. Aku khawatir.. Jadi aku mau ke rumah mereka."

"Terus..?" tanya Carol lagi dengan wajah datar.

"Ihhh peka dikit dong! Aku itu mau minta dianterin tahu! Aku baru sadar nggak tahu rumah mereka dimana." geram Clara. Urat sudah menyembul dari pelipisnya. 

"Ohh.. Maaf ya nona. Tapi saya bukan supir nona. Lagipula saya orang sibuk. Tidak punya waktu." balas Carol seraya memberi uang sejumlah 700 ribu.

"Kembaliannya ambil saja. Sekalian buat ongkos ke rumah pak Deron." lanjutnya lalu mengambil belanjaannya dan segera pergi.

Clara mematung disana. Dia lihat uang merah 7 lembar di tangannya yang keadaannya masih baru. 700 ribu? Padahal belanjaan pria itu hanya 499 ribu. Pria itu baik atau jahat sih?

***

Carol menghela napas panjang. Dasar gadis tidak sopan. Kalau saja tadi ada kata tolong saat dia meminta antar, pasti Carol mau membantunya. Apakah orang kalangan bawah memang seperti itu ya? Kurang beretika?

Not Know WhoWhere stories live. Discover now