Part Eleven

17.5K 938 21
                                    

Hohoho..  😆😆
Aku datang lagi...

Aku cepat updatekan...?
Heheheh....

Berhubung sebentar lagi mau UTS, jadi aku kejar target untuk update 2 chap dalam minggu ini.

Tapi, minggu kedepannya aku nggak bisa janji ada updatetan atau nggak. Ya, semoga aja aku punya waktu luang untuk menulis cerita ini.

Dan yang paling penting terima kasih untuk vote dan komennyaaa

d=(´▽`)=b

Kalian yang terbaik 👍👍

Oke deh, daripada aku banyak bacot disini, monggo dibaca ceritanyaaa 😀😀

Jangan lupa tinggalkan voment yauu..

Thank you..
≧ω≦

***

Rika menangis senggugukan dikamarnya. Dia masih sangat sedih dan terpukul atas kebencian adik iparnya itu dan juga bi Sani yang sudah dia anggap seperti ibu sendiri.

Kenapa orang-orang yang ingin dia sayangi membencinya?

"Nak.. Sepertinya kita harus pergi dari sini.. Kita tidak layak tinggal disini.. Maafkan ibu ya, nak.. Maafkan ibu.. Seharusnya kamu tidak ada dalam situasi seperti ini.. Ibu benar-benar bukan ibu yang baik bagimu.. Maafkan ibu.." ucap Rika seraya mengelusi perutnya.

Dia sangat kasihan pada janinnya didalam sana. Kenapa anaknya harus dikandung oleh perempuan yang miskin dan susah seperti dirinya?

Tok tok tok..

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu kamar membuat Rika kaget. Dengan cepat diapun menghapus airmatanya dan menyahut.

"Ya.." sahutnya dengan suara serak khas menangis.

"Non, ini bibi. Boleh bibi masuk?" mendengar sahutan itu membuat Rika terkejut. Bi Sani? Ada apa wanita renta itu menemuinya? Apakah wanita renta itu ingin memarahinya lagi?

Memikirkan itu membuat hati Rika sakit dan sedih. Tapi bagaimana pun dia tidak boleh berpikiran negatif dulu. Dia pun merapikan penampilannya yang sedikit acak-acakan karena menangis, lalu melangkah ke pintu coklat itu.

Krekk

Pintu pun dibuka dan dapat Rika lihat bi Sani dengan ekspresi sedih dan khawatirnya.

"Non, non tidak apa-apa?" tanya bi Sani sangat khawatir membuat Rika bertanya dalam hati. Kenapa wanita renta itu kembali peduli padanya? Apakah dia memiliki harapan bahwa wanita renta itu sudah memaafkannya dan menerimanya kembali? Membayangkan itu membuat hati Rika sedikit tenang.

"Bi, maafkan aku yang sudah membohongi bibi selama ini." ucap Rika menyesal hampir menangis lagi.

"Tidak, non. Non, tidak pernah membohongi bibi. Seharusnya bibilah yang minta maaf. Bibi sudah salah sangka." balas bi Sani dengan wajah tak kalah menyesal. "Bibi langsung menuduh non yang tidak-tidak padahal bibi belum tahu kebenarannya."

"Maafkan bibi ya, non? Maafkan bibi." lanjut bi Sani sambil menggenggam tangan Rika membuat Rika berkaca-kaca.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan, bi. Bibi hanya salah paham." balas Rika sambil tersenyum lembut.

Bi Sani pun langsung memeluk Rika dengan sayang dan mengelus rambut gadis itu.

"Makasih ya, non. Bibi sangat bersyukur non Rikalah yang menjadi istri tuan Deron, bukan wanita lain." lanjut wanita renta itu tersenyum tulus.

Not Know WhoWhere stories live. Discover now