14. A Mess

7.8K 936 5
                                    

“Apapun yang nanti kamu lihat atau dengar, tak boleh bocor ke siapapun, mengerti?” tanya Anna sambil melepas sabuk pengamannya. Sebelum meninggalkan kantor tadi, Anna memutuskan untuk mengajak salah seorang Sekuriti yang sedang berjaga. Dia hanya meminimalisasi kontak lansung dengan Arkan.
“Baik, Bu,” Anton, Sang Sekuriti, mengangguk kaku sebelum mematikan mesin dan mengikuti Anna keluar.
Anna menghela napas ketika menghadapi pintu masuk night club itu. Ini ketiga kalinya Anna datang kemari. Dua kali sebelumnya Anna tak perlu menyeret Arkan keluar karena ketika Anna sampai di sana, dia mendapati Arkan bersama kawan-kawannya, sehingga Anna hanya perlu melihat dari jauh.
Anna berjalan sedikit tergesa melalui timbunan manusia yang sedang terbuai dengan musik hasil aransemen DJ, beberapa berdansa sambil memegang bagian tubuh partner menarinya, sebagian lain ditemani sebotol bir di tangan mereka. Anna menuju tangga yang akan mengantarkannya ke lantai kedua, tempat yang lebih tenang, tak terlalu bising, tapi tentu saja lebih mahal. Ketika kakinya telah melewati anak tangga teratas, dia bisa mendengar suara erangan Arkan.
**
Arkan mengayunkan tinjunya yang kemudian bersarang di ulu hati seorang pemuda yang sepertinya belum lengkap dua puluh tahun. Arkan kembali menegakkan tubuhnya, meski tak bisa tegak sempurna, alkohol masih mempengaruhi tubuhnya, matanya memerah, menatap tajam pemuda lain yang ada di samping kirinya, teman dari laki-laki yang kini sedang terkapar di lantai dengan meringkuk, memegang perutnya.
“Sini bocah, gue kasih tahu gimana sopan santun ke orang yang lebih tua,” Arkan menggerakkan jari telunjuknya menantang. Lelaki yang ditantang oleh Arkan berjalan maju, melemparkan kepalan tangannya mengarah pada rahang kiri Arkan, tapi pria yang sudah terbiasa berlatih street fighting itu langsung menangkis dengan lengannya.
Yang tak Arkan sadari, seseorang membawa sebuah botol yang telah dipecahkan dasarnya ke arah perkelahian.
**
Sebuah tangan berjari lentik menepuk pundak pria pemegang botol dari belakang, ketika pria itu berbalik, telapak tangan berjari lentik lain terkepal dan melaju dengan cepat dari bawah dan menabrak dagunya, membuatnya sesak napas dan terhuyun beberapa langkah.
“Keroyokan?” tanya Anna dengan nada meremehkan, ketika tatapan mereka bertemu. Bocah remaja itu kembali menerjang Anna, dari sisi besar tubuh dan tenaga sebenarnya Anna kalah jika harus berhadapan dengan pria itu dalam keadaan sadar. Namun, kini mereka sedang mabuk yang membuat fokus dan pengendalian tenaga tidak baik, sehingga Anna bisa unggul dengan teknik dan strateginya. Sementara Anton meng-handle lawan Arkan yang lain. Lima lawan tiga.
Kekacauan di ruang VIP itu hanya berlangsung beberapa menit dan berhenti ketika beberapa pria besar dengan kaus seragam hitam datang melerai dan menendang mereka keluar dari tempat itu. Arkan berteriak beberapa kali pada gerombolan remaja tanggung yang babak belur, sementara lengan kiri pria itu tergores oleh pisau lipat yang dibawa salah satu dari lawannya.
“Hai Putri Es! Apa yang kau lakukan di sini? Aku pasti sedang bermimpi!” Arkan berhenti dan menatap Anna yang sekarang rambutnya tergerai tak beraturan akibat perkelahian tadi. Seperti dugaan Anna, Arkan kehilangan akalnya ketika mabuk, sehingga wanita itu memilih untuk tidak menanggapi dan meraih salah satu saku jas Arkan yang Anna pegang. Anna tahu, Arkan adalah pria yang hampir selalu membawa sapu tangan. Classy. Kebiasaan yang sudah jarang didapati pada pria masa kini.
“Hai!” panggil Arkan lagi, kali ini tangannya terjulur ingin menyentuh Anna, memastikan bahwa wanita itu nyata.
“Diam!” seru Anna galak, menahan lengan baju Arkan yang telah basah oleh darah. Arkan langsung menurut seperti anak kecil yang baru dimarahi ibunya, membiarkan Anna membebat lukanya dengan sapu tangan.
“Kau peduli? Putri Es peduli?” Arkan termangu, sedangkan Anna menahan diri memberikan reaksi apapun.

**
Cari visualisasi rambut berantakan Arkan, how? Cukup terlihat bandelnya?

**Cari visualisasi rambut berantakan Arkan, how? Cukup terlihat bandelnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mending The SoulsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang