#3

210 48 3
                                    

Aku berjalan menyusuri lorong untuk kembali ke kelasku. Bel tanda akhir dari istirahat sudah dibunyikan, tapi masih banyak siswa yang berseliweran di mana-mana. Terdengar langkah pendek yang mengikutiku dari belakang. Aku berbalik dan menemukan seorang anak hilang yang entah bagaimana malah berakhir menempel padaku.

"Haina, jalan duluan." Aku bergeser ke samping dan mempersilakan anak hilang itu untuk berjalan di depanku.

"Tidak mau." Haina menggeleng dan membuat rambut sepunggungnya bergoyang. "Laki-laki harus berjalan memimpin di depan."

Ajaran sesat apa itu?! "Kecuali untuk diriku sendiri, aku tak ingin mempimpin siapa pun. Jadi Haina jalan duluan."

"Hmm..." daripada mengikuti permintaanku, gadis itu malah menyentuh dagunya dan memasang ekspresi berpikir. "Kalau begitu, jalan sama-sama."

Apanya yang sama-sama?! Bukannya itu malah makin parah?! "Ah, iya. Aku lupa. Aku ada urusan sebentar. Haina pulang ke kelas duluan saja."

"Aku ikut!"

"Tak usah! Sana, sana! Kalau kau ikut, siapa yang akan menjelaskan kepergianku pada guru?"

"Aku akan mengirim SMS pada Rihma, jadi tenang saja."

Sungguh pun, kau lah satu-satunya hal di sini yang tak pernah bisa membuatku tenang. "Ini urusan pribadi, jadi kau tak boleh ikut."

Mata Haina segera melebar. "A-ah... begitu, ya? Maaf." Hania tersenyum kaku lalu mengucapkan salam sebelum akhirnya dia melanjutkan perjalanannya. "Kalau begitu, aku ke kelas dulu, ya, Al."

"Emm."

Beberapa detik kemudian, aku tinggal sendirian di lorong ini. Huh. Oke, saatnya beraksi.

Saat aku berkata kalau aku ada urusan, itu taklah sepenuhnya bohong. Aku memang ada urusan. Asli! Meskipun, yah... bukan berarti aku sudah punya rencana ini sejak awal, sih. Aku membuatnya agar bisa lepas dari gadis aneh itu.

Setelah berjalan melewati beberapa kelas dan taman, aku pun sampai di sebuah bangunan yang agak terisolir. Satu lantai, dicat putih, memiliki tanaman obat yang tumbuh di sekelilingnya, dan ada sebuah papan tergantung di atas jalan masuknya.

Di papan itu, terukir sebuah singkatan yang terdiri dari 3 huruf besar.

UKS.

***

Setelah membuka sepatuku dan memakai sandal ruangan, aku mengetuk pelan pintu UKS. Meski begitu, sepuluh detik kemudian, aku masih tak mendengar jawaban. Aku mencoba melakukannya lebih keras lagi, tapi percuma.

Apa dia sedang tidur?

Kuputar kenop pintu dan masuk ke dalam UKS tanpa ragu lagi.

Ketika kepalaku melewati ambang pintu, aku segera disambut oleh bau obat-obatan yang agak menyengat. Tampak di depanku sebuah ruangan yang penuh peralatan medis sederhana, macam timbangan, pengukur tinggi, pengukur tensi, stetoskop, dan lain-lain. Di bagian belakang ruangan, ada 3 buah tirai yang mengelilingi ranjang pasien. Aku masuk ke salah satunya dan langsung mendapatkan jackpot.

Salah.

Yang benar, jakepot.

Seorang pasien tidur di atas ranjangnya dalam posisi menungging.

Apa-apaan ini?

Seandainya aku adalah Peeves* si hantu jahil, mungkin sudah kutusuk pantat itu dengan jangka untuk kemudian segera kabur ke kelas.

*Salah satu karakter dalam novel Harry Poter.*

"Pe-permisi, Pak Jake?"

Pertanyaanku tersebut dijawab oleh sebuah dengungan tak sopan. "Ngggggggggggggg!"

Sepertinya dia marah karena aku mengganggu meditasi ala erotis-nya. "Maaf kalau mengganggu. Eng... nanti saja aku datang lagi."

Tepat ketika aku berbalik dan melangkah menuju pintu, Pak Jake bangkit dari posisi menunggingnya. "A-ah... ada perlu apa? Katakan saja?"

Kulihat wajah pria itu benar-benar pucat. Satu indomie goreng mentah lagi, maka dia akan sekarat.

"Aku hanya ingin tanya." Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mempersiapkan diri dengan segala kemungkinan. "Aku melihat formulir pendaftaran Ekstrakulikuler Peneliti Ilmu Gaib dan Makhluk Halus di meja Bapak. Hmm... mungkinkah Bapak itu pembinanya?"

Masih dengan wajah pucatnya, Pak Jake melebarkan mata tanda terkejut. "Iya. Aku memang pembinanya. Memangnya kenapa? Apa kau ingin masuk? Kau tidak gila, kan?"

Sungguh pertanyaan yang blakblakan. Lagi pula, kenapa kau berkata seperti hendak merendahkan ekstrakulikuler yang kau bina sendiri?! "A-ah. Perkenalkan, namaku Al-Fakri, dari kelas 10 IPA 1."

"..."

"Emm, maaf Pak, bolehkan aku tahu siapa ketua dari ekstrakulikuler ini?"

***

Secangkir NanahOnde histórias criam vida. Descubra agora